Ada Dugaan Mafia Karantina, PHRI: Yang Kena Getahnya Hotel Terus
Reporter
Francisca Christy Rosana
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Senin, 31 Januari 2022 17:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani menjawab soal dugaan mafia karantina setelah seorang wisatawan mancanegara (wisman) asal Ukraina melaporkan kecurigannya terhadap prosedur tes usap atau RT-PCR. Haryadi mengatakan sejauh ini anggota asosiasinya hanya menjalankan ketentuan sesuai aturan pemerintah.
“Yang kena getahnya hotel terus. Ada tendensi, hotel yang kena enggak baiknya. Kami dituduh mafia karantina. Padahal PHRI sangat terbuka, kalau ada kesalahan akan kami tindak tegas,” ujar Hariyadi dalam acara Weekly Press Briefing, Senin, 31 Januari 2022, yang berlangsung secara virtual.
Sebelumnya seorang wisman asal Ukraina melaporkan kejanggalannya atas tes RT-PCR kepada Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno. Wisatawan tersebut dinyatakan positif Covid-19 pasca-menjalani karantina di salah satu hotel di Jakarta, namun ia tak percaya akan hasilnya.
Wisman yang membawa satu orang anak ini kemudian meminta tes usap ulang. Alih-alih dikabulkan, pihak hotel malah menyarankan wisman memperpanjang masa karantinanya.
Hariyadi menjelaskan ada problem komunikasi dalam persoalan tersebut. Dia mengatakan wisman itu ingin melakukan tes PCR di laboratorium yang ia kehendaki. “Tapi dalam aturan karantina, tidak boleh. Laboratorium itu adalah yang ditunjuk oleh Kementerian Kesehatan,” tutur dia.
Akhirnya, Hariyadi melanjutkan, pihak hotel menawarkan perpanjangan masa menginap lantaran wisman meminta waktu untuk berpikir. Tak lama setelahnya, wisatawan asing itu pun memutuskan pindah hotel untuk menjalani masa karantina mandiri.
<!--more-->
Hariyadi mengatakan aturan karantina dari pemerintah kerap dikeluhkan oleh pelaku perjalanan. Tak hanya masalah tes PCR, persoalan lain seperti tamu tidak diizinkan memesan makanan dari luar hingga gonta-ganti masa waktu karantina hingga menyebabkan biaya bengkak pun acap diprotes.
“Kemarin ada komplain, biaya karantina menjadi mahal karena (waktunya diperpanjang) jadi sepuluh hari. Kedua mengenai makan. Kami mohon kerja sama, ayok kita sama punya kepentingan supaya citra Indonesia baik. kalau memang aturannya adalah itu, ya kami harus fokus ke situ,” ujar dia.
Adapun Sandiaga mengatakan permasalahan yang dialami wisman bukan miskomunikasi. Ia meminta pihak hotel menjaga nama baik Indonesia dengan mencegah adanya kemungkinan praktik-praktik mafia oleh pihak tertentu.
“Ini bukan miskom (miskomunikasi). Ini saya mendapatkan langsung beritanya dan ada banyak yang menyatakan hal yang sama. Apa yang dialami jangan disederhanakan sebagai sebuah miskomunikasi,” kata dia. Dia meminta PHRI memonitor anggotanya serta akan menindak tegas bila terdapat pihak-pihak yang menyelewengkan aturan.
Baca: Harga Minyak Goreng di Malaysia Rp 8.500 per Liter, Mendag: Mereka Kasih Subsidi
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.