Sri Mulyani Prediksi Defisit APBN 2022 Capai 4,7 Persen
Reporter
Antara
Editor
Kodrat Setiawan
Kamis, 18 November 2021 15:21 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memprediksi defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun depan mencapai 4,7 persen atau lebih rendah dari yang telah ditetapkan dalam APBN 2022 sebesar 4,85 persen atau Rp 868,02 triliun.
“Tahun depan defisit (APBN) 4,7 persen tapi dengan estimasi penerimaan negara sebelum ada commodity boom dan sebelum kita ada UU pajak. Kita berharap defisitnya bisa lebih rendah dari ada di dalam UU (APBN),” katanya dalam acara Kompas CEO Forum 2021 di Jakarta, Kamis, 18 November 2021.
Sri Mulyani menjelaskan terdapat faktor yang melatarbelakangi defisit 2022 diperkirakan lebih rendah. Di antaranya adanya implementasi Undang-Undang atau UU Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP).
Selain itu, faktor lainnya adalah terkait commodity boom yang dinilai akan mampu meningkatkan pendapatan negara tahun depan yang ditargetkan mencapai Rp 1.846,1 triliun.
Commodity boom sendiri merupakan sebuah fenomena adanya permintaan komoditas dalam sebuah negara yang mulai pulih sehingga mendorong kenaikan harga.
Tak hanya defisit 2022, Sri Mulyani memperkirakan defisit anggaran tahun ini akan lebih rendah yaitu sekitar 5,2 persen sampai 5,4 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) atau sebesar Rp 873,6 triliun.
<!--more-->
Perkiraan defisit anggaran tersebut lebih rendah dibanding asumsi dalam UU APBN 2021 yang sebesar 5,7 persen PDB atau Rp 1.006,4 triliun.
“Nanti masih akan ada barang yg bergerak satu setengah bulan ini. Ini lebih kecil dari yang kita lihat dari UU APBN 2021,” ujarnya.
Hal itu salah satunya didorong oleh prediksi pendapatan negara tahun ini yang akan tumbuh 16,3 persen (yoy) atau Rp1.916 triliun dari target dalam APBN sebesar Rp1.743,6 triliun.
Untuk realisasi pendapatan negara tahun lalu sebesar Rp1.647,7 triliun atau 96,9 persen dari target Rp 1.699,9 triliun atau turun 15,9 persen (yoy) yakni Rp 312,8 triliun dari 2019.
Pendapatan negara akan tumbuh 16,3 persen (yoy) salah satunya didorong oleh adanya konsumsi masyarakat yang sempat turun hingga sekitar 1 persen namun tetap resilient.
Hingga Oktober 2021, pendapatan negara telah melonjak hingga 18,2 persen jika dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya yaitu dari Rp 1.277 triliun menjadi Rp1.510 triliun.
Sementara dari sisi belanja negara, Sri Mulyani mengatakan Presiden Joko Widodo meminta agar seluruh kementerian/lembaga (K/L) dan pemerintah daerah untuk terus mendorong belanja sesuai yang telah dianggarkan.
Realisasi belanja negara hingga Oktober 2021 mencapai Rp 2.058,9 triliun atau tumbuh 0,8 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya Rp 2.041,8 triliun dan telah mencapai 74,9 persen dari target APBN Rp 2.750 triliun.
“Momentumnya terus terakselerasi sehingga kita cukup optimis untuk kuartal IV akan menjadi baik,” kata Sri Mulyani.
ANTARA
Baca juga: Tak Takut Digugat ke WTO karena Larangan Ekspor Bahan Mentah, Jokowi: Kita Lawan
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.