Faisal Basri Sebut Luhut sebagai Juru Bicara Investor Asing
Reporter
Bisnis.com
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Rabu, 13 Oktober 2021 11:34 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom senior Universitas Indonesia Faisal Basri menyebut Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan seperti juru bicara investor asing. Pasalnya, Luhut dinilai sering membela korporasi dalam polemik industri, salah satunya di sektor pertambangan.
Saat ini, kata Faisal, ada polemik luar biasa besar di sektor tambang yang membuat Indonesia mengalami kerugian ratusan triliun akibat banyaknya sumber pendapatan yang bocor. Salah satu yang dimaksud adalah pajak pertambangan yang tidak diperoleh dengan optimal atau transaksi perdagangan yang terselubung.
Ia menilai bahwa pemerintah semestinya melindungi rakyat dan keuangan negara dari berbagai risiko kehilangan, termasuk di sektor tambang. Salah satu upaya perlindungan, bisa dilakukan dengan memeriksa dugaan monopsoni dalam praktik dagang smelter.
Yang terjadi sekarang, menurut Faisal, terdapat kecenderungan semua smelter di Indonesia memperlakukan penjual dengan sama. Walhasil, muncul dugaan bahwa hanya ada satu-satunya pembeli, smelter pun tidak punya pilihan lain untuk menjual nikel.
"Kalau saya monopsoni, saya yang menentukan term and conditions, karena saya satu-satunya pembeli," ucap Faisal, Selasa, 12 Oktober 2021. Pada saat itu, menurut dia, negara harus turun untuk melindungi rakyatnya, warga negaranya yang bayar pajak. "Ini yang dilindungi, yang enggak bayar pajak."
Lebih jauh Faisal menyebutkan, pihak yang tidak membayar pajak itu bukan saja berarti melanggar ketentuan perpajakan, tetapi mereka yang memperoleh fasilitas tax holiday. Apalagi hingga kini tidak ada proses audit terhadap fasilitas tax holiday, padahal menurutnya rentan terjadi penyelewengan di sana.
Soal ini, Faisal mengaku sudah memberi tahu Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Bahlil Lahadalia terkait kondisi yang ada dan menyarankan audit fasilitas tax holiday.
<!--more-->
Sementara, ke Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah, Faisal meminta adanya audit tenaga kerja di perusahaan-perusahaan penerima manfaat tax holiday. "Selesaikan semua (masalah kalau ada audit menyeluruh). Ya, tetapi, anda tahu sendiri lah di belakang ini semua kan yang paling sering membela siapa, kan Pak Luhut Panjaitan," ujarnya.
Faisal menyebutkan Luhut punya pengaruh yang luar biasa besar dalam hal bisnis, sehingga banyak orang mengibaratkannya sebagai perdana menteri. Bahkan, jika masalah apapun yang terjadi, Luhut yang akan menjadi juru bicara.
"Saya rasa perusahaan Cina enggak perlu bicara, juru bicaranya cukup Luhut Pandjaitan, atau juru bicaranya Luhut Pandjaitan," ujar Faisal Basri.
Ia menegaskan penilaian terhadap Luhut bukan berdasarkan sentimen pribadi. Faisal Basri mengaku sudah hadir beberapa kali dalam rapat bersama Luhut terkait pandemi Covid-19.
Hal itu pula, kata Faisal Basri, yang menunjukkan bahwa dirinya bersedia terlibat dalam dialog. "Sekali kepentingan negara, kepentingan rakyat banyak itu diusik, saya akan bicara, siapapun itu. Pak Jokowi sekalipun, saya akan bicara. Tinggal kita membangkitkan kesadaran kolektif (soal masalah pertambangan serta dampaknya terhadap perekonomian dan rakyat)."
Luhut sebelumnya beberapa kali sering menyatakan agar semua pihak tak asal menuduhnya selalu membela investor asing. Ia juga membantah tuduhan ketika disebut pro investor Cina, karena sebetulnya, pemerintah Indonesia terbuka terhadap investor dari negara manapun yang datang membawa uang.
"Jangan kami dituduh Cina, siapa yang datang dan memenuhi syarat, silakan," kata Luhut dalam Rapat Kerja Kementerian Perhubungan di Kemayoran, Jakarta Pusat, Selasa, 3 Desember 2019 lalu.
BISNIS | FAJAR PEBRIANTO
Baca: Alasan Bos BCA Pecah Saham jadi Rp 7.000-an: Sasar Investor Pemula