Layang-Layang Membawa Berkah  

Reporter

Editor

Jumat, 5 Desember 2008 10:00 WIB

TEMPO/Abdi Purmono

TEMPO Interaktif, Jakarta: Selarik surat elektronik mampir ke kotak surat Juhud Arianto pada 29 Januari 2008. Pengirimnya Ludovic Petit, Presiden Dunia Layang-layang Aduan Prancis. Isinya pesanan 50 ribu lembar layang-layang aduan (combat). Juhud tak langsung menggarap pesanan itu. Dia minta Ludovic bersabar karena bahan baku sedang seret. Juhud membalas surat Ludovic. Isinya pesanan baru bisa dikirim awal November 2008.

"Untung dia pengertian karena sudah menjadi pelanggan," kata Juhud, pengusaha layang-layang dari Singosari, Malang, Jawa Timur. Yang harus antre tak cuma Ludovic. Lima pesanan dari Paris, Prancis, juga bernasib sama. Bahkan sebagian order mesti dibatalkan karena Juhud tak sanggup memenuhi tenggat yang diminta.

Sebanyak 200 pekerja binaan Juhud yang tersebar di pelbagai tempat di Malang dan Pasuruan tak cukup memenuhi semua pesanan. Padahal ratusan orang itu bekerja dalam kelompok sesuai dengan keahlian mereka. Ada spesialis kerangka, menggunting kertas, dan sablon. "Seluruh bahan baku dan desain saya yang membuat," kata lelaki kelahiran Pasuruan, 27 Juli 1958, itu.

Juhud, yang dikenal dengan nama Ahoed DC, mengaku sudah menciptakan 50 desain layang-layang dan combat menjadi maskot andalan. Seri lain adalah Aremania, Grand Master, Idola, Tiga Dimensi, Breng Breng, dan Joker. Desain khasnya kombinasi warna yang lebih cerah antara cokelat muda, putih, hijau, merah, dan biru.

Menurut Juhud, layang-layang produksinya dibuat dalam dua jenis, yakni kualitas A dan B meski berukuran sama. Setiap pekan layang-layang kualitas A dibuat antara 7.000 dan 10.000 lembar. Sedangkan yang B dibuat sekitar 75-100 ribu lembar. Produk berkualitas A diproyeksikan untuk pasar luar negeri dengan label Combat dengan simbol edisi khusus kombinasi warna cokelat muda, merah, dan hitam.

Advertising
Advertising

Kualitas A dan B dibedakan dari bambu yang dipakai, sablon, dan perajin. Juhud mencontohkan, layang-layang kualitas B ditandai dengan tinta sablon yang tak rapi atau bambunya yang terlalu kurus. Persamaannya: semua layang-layang bikinan Juhud diberi cap kepala burung rajawali plus cap tanda tangan Juhud.

Semula Juhud tidak ingin menjual Combat, yang menjadi kebanggaannya karena sering memenangi lomba layang-layang aduan. Dia merahasiakan keunggulan Combat. Tapi banyak penggemar memintanya memperbanyak. Bahkan beberapa yang punya hobi bermain layang-layang meminta Juhud membuatkan Combat khusus untuk mereka.

"Saya bersedia dengan syarat tidak gratis lagi," katanya. Keputusan menjual Combat dalam produksi massal ternyata tidak salah. Meski harganya lebih mahal, layang-layang ini makin laris saja.

Layang-layang buatan Juhud kini rutin dikirim kepada pemesan di sebagian besar pelosok Nusantara. Satu kali kirim, dia bisa menghabiskan 300 ribu lembar layang-layang dengan harga Rp 1.000 per lembar. Sedangkan layang-layang kualitas A edisi khusus Combat dijual ke luar negeri sepanjang kurun Februari-Maret sekitar 300 ribu lembar. Sekitar 100 ribu dikirim ke Prancis dan Malaysia. Sisanya ke Australia, Hong Kong, Cina, dan Belanda.

Menurut Juhud, harga tiap layang-layang Rp 2.000. Tapi pemesan di Prancis dan Australia kemudian menjual si Combat seharga Rp 17 ribu dan Rp 7.500 per lembar. "Barangnya dikirim pakai pesawat. Ongkos kirim bisa dua kali lipat dari harga layang-layang," kata bapak empat anak ini.

Juhud mengatakan pemesanan di dalam negeri biasanya meningkat setelah musim hujan usai dan berkurang saat menjelang berakhirnya musim kemarau. "Ya, seperti sekarang ini," katanya. Sedangkan pesanan dari luar negeri yang terus meningkat lebih dipengaruhi perbedaan musim.

Untuk melengkapi keperluan para penggemar layang-layang, Juhud menyediakan benang gelasan produksi sendiri di tokonya. Juhud membuat benang gelasan dalam beberapa ragam desain, warna, dan kualitas. Benang gelasan 2.000 yard, misalnya, dibanderol Rp 6.000 sampai Rp 25 ribu per klos--satuan jual benang gelasan.

Meski sukses menjadi pengusaha layang-layang, Juhud tak pelit berbagi ilmu kepada orang lain. Dia tak sungkan membantu temannya yang ingin membuat desain layang-layang kreasi. Penampilan hariannya pun bersahaja dengan kaus oblong, celana pendek, dan sandal jepit.

Abdi Purnomo


Berita terkait

Jokowi Puji 'Mama Muda' di Forum Ekonomi: Saya Senang

54 hari lalu

Jokowi Puji 'Mama Muda' di Forum Ekonomi: Saya Senang

Presiden Joko Widodo memuji perkembangan sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah di tanah air.

Baca Selengkapnya

Amartha dan Unilever Indonesia Sinergikan Jejaring Usaha Mikro Perempuan

27 Februari 2024

Amartha dan Unilever Indonesia Sinergikan Jejaring Usaha Mikro Perempuan

Amartha dan Unilever Indonesia kolaborasikan jejaring usaha mikro Perempuan dengan jejaring bank sampah berbasis komunitas untuk kelola sampah plastik secara produktif dan ekonomis.

Baca Selengkapnya

Jenis dan Contoh UMKM di Indonesia yang Banyak Diminati

3 Februari 2024

Jenis dan Contoh UMKM di Indonesia yang Banyak Diminati

Keberadaan UMKM di Indonesia kian meningkat karena memiliki daya tarik tersendiri. Pahami jenis dan contoh UMKM di Indonesia yang banyak diminati.

Baca Selengkapnya

Terbitkan 7,1 Juta Nomor Induk Berusaha Via OSS, BKPM: Didominasi Usaha Mikro Kecil

31 Desember 2023

Terbitkan 7,1 Juta Nomor Induk Berusaha Via OSS, BKPM: Didominasi Usaha Mikro Kecil

Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) telah menerbitkan sebanyak 7.146.105 nomor induk berusaha (NIB).

Baca Selengkapnya

Lampaui Target, BRI Catat Business Matching Rp 1,26 T Lewat UMKM Expo

10 Desember 2023

Lampaui Target, BRI Catat Business Matching Rp 1,26 T Lewat UMKM Expo

BRI mencatat business matching antara UMKM dengan pembeli di luar negeri melalui UMKM EXPO(RT) Brilianpreneur 2023 mencapai Rp 1,26 triliun.

Baca Selengkapnya

Keberhasilan Kupedes BRI terhadap Pelaku Usaha Mikro di Indonesia

15 November 2023

Keberhasilan Kupedes BRI terhadap Pelaku Usaha Mikro di Indonesia

Terus tumbuh kuat, kinerja kredit segmen mikro PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI tercatat semakin baik pascapandemi.

Baca Selengkapnya

Undang-Undang Cipta Kerja Bentuk Keberpihakan Pemerintah kepada Usaha Mikro Kecil

2 Oktober 2023

Undang-Undang Cipta Kerja Bentuk Keberpihakan Pemerintah kepada Usaha Mikro Kecil

Undang-Undang Cipta Kerja Bentuk Keberpihakan Pemerintah kepada Usaha Mikro Kecil

Baca Selengkapnya

Hari UMKM Nasional, BRI Tegaskan Komitmen Dukung Pembiayaan Mikro

12 Agustus 2023

Hari UMKM Nasional, BRI Tegaskan Komitmen Dukung Pembiayaan Mikro

BRI optimistis segmen mikro dapat berkontribusi sebesar 45 persen dari total portofolio pembiayaan.

Baca Selengkapnya

Pemasaran Produk UMKM, Dosen ITB: Media Sosial untuk Menyasar Target Pasar

2 Agustus 2023

Pemasaran Produk UMKM, Dosen ITB: Media Sosial untuk Menyasar Target Pasar

Pemasaran UMKM di media sosial membutuhkan kata kunci pesan untuk menyasar target pasar

Baca Selengkapnya

Riset Prediksi Kebutuhan Pembiayaan UMKM Rp 4.300 T pada 2026

14 Juli 2023

Riset Prediksi Kebutuhan Pembiayaan UMKM Rp 4.300 T pada 2026

Riset yang dilakukan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) bersama Ernst & Young Indonesia menemukan kebutuhan pembiayaan usaha mikro, kecil dan menengah alias UMKM yang mencapai ribuan triliun pada 2026.

Baca Selengkapnya