Covid-19 Bikin Harga Properti di Australia Lebih Mahal Dibanding Prediksi Awal

Reporter

Tempo.co

Editor

Mitra Tarigan

Jumat, 23 Juli 2021 00:20 WIB

Ilustrasi properti di Australia/Crown Group

TEMPO.CO, Jakarta - KPMG Economics menyebutkan harga properti Australia meningkat jauh dibanding prediksi awal sebelum adanya Covid-19. Masih menurut laporan dari KPMG Economics, sebagian besar properti di berbagai kota di Australia mengalami kenaikan pada tahun 2020. Namun saat itu suku bunga yang sangat rendah dan dukungan pemerintah untuk pasar properti selama pandemi memberi pasar nafas tambahan.

KPMG yang berkantor pusat di Amstelveen, Belanda, adalah sebuah jaringan jasa profesional multinasional. Lembaga itu merupakan salah satu dari empat organisasi akuntansi terbesar di dunia. KPMG eksis di 147 negara dengan lebih dari 219 ribu pegawai. Lembaga itu memiliki tiga layanan utama, yakni audit keuangan, pajak dan penasehatan.

The Impact of COVID on Australia’s Residential Property Market melaporkan selama 18 bulan terakhir, secara nasional harga rumah sekarang antara 4 - 12 persen lebih tinggi dari prediksi saat tidak ada pandemi Covid-19. Harga unit apartemen saat wabah ini pun naik hingga 13 persen lebih tinggi dibanding tanpa ada penyebaran penyakit itu.

Prediksi awal KPMG, harga rumah di Sydney sebelum ada Covid-19 hanya akan naik 13 persen, yaitu hanya mencapai $1.119.000 pada Desember 2023. Namun kenyataannya, saat ini harga properti di Sydney akan naik 26 persen menjadi $1.244.000.

Hal yang sama terjadi di Brisbane. Rumah tapak di tempat itu, awalnya hanya diperkirakan naik sebesar 9 persen menjadi $601.000. Namun, kenyataannya, rumah di daerah Brisbane akan naik sebesar 20 persen menjadi $661.000 saat pandemi ini.

Advertising
Advertising

Kenaikan harga properti yang signifikan pun terjadi di Melbourne. Awalnya, properti di kawasan itu hanya akan meningkat 19 persen saja menjadi $905.000. Sayang, saat wabah melanda, harga hunian di Melbourne akan naik 24 persen menjadi $940.000.

Bahkan Darwin, satu-satunya kota di mana harga rumah diprediksi akan turun, saat ini malah mengalami kenaikan harga sebesar $31.000.

Direktur Penjualan Crown Group, Prisca Edwards, mengatakan harga hunian terus menggelembung di Sydney, merupakan akibat langsung dari pandemi Covid-19. “Kami melihat penelitian yang menunjukkan terdapat kesenjangan harga sebesar 66 persen antara pasar rumah tapak dan apartemen. Di Crown Group, kami telah melihat minat baru dalam pembelian apartemen terutama dari konsumen lokal yang menghuni yang ingin meningkatkan kualitas kehidupan mereka ke depan jika lock down Covid-19 terus berlanjut, yang tercermin dalam penjualan baru-baru ini,” katanya dalam keterangan pers yang diterima Tempo pada 22 Juli 2021.

Menurut Prisca, selama terjadi lock down di Sydney baru-baru ini, timnya melihat permintaan yang lebih tinggi daripada sebelumnya. Melhat tren itu, ia pun tidak akan terlalu kaget bila harga properti segera naik.

Sependapat degan Prisca, Direktur Penjualan dan Pemasaran Crown Group Indonesia Tyas Sudaryomo, mengungkapkan bahwa seperti halnya pisau, pandemi Covid-19 ini memiliki 2 sisi yang saling bertentangan. Memang, kerusakan akibat pandemi ini sangat besar terutama jika dilihat dari varian baru yang lebih menular. Namun di sisi lain, pandemi yang telah berjalan sekitar 1,5 tahun ini juga menciptakan kebiasaan baru terutama dalam hal keuangan baik dari sisi pemerintah maupun swasta bahkan hingga rumah tangga.

“Kombinasi dari stimulan dan kebijakan bunga rendah dari pemerintah, ditambah pengeluaran rumah tangga yang jauh lebih selektif, jumlah populasi yang rendah karena penurunan angka imigrasi turut mempengaruhi kondisi pasar properti khususnya di Australia,” kata Tyas.

Hal itu ditambah kebutuhan masyarakat domestik saat ini akan tempat tinggal yang memiliki konsep biofilik akan terus memberi bahan 'aditif' kepada pasar. “Pertumbuhan harga rumah tapak secara alami juga akan ikut mengerek harga unit apartemen,” kata Tyas.

Fakta itu, kata Tyas, belum ditambah dengan faktor dari kalangan investor yang melihat bahwa saat ini adalah waktu terbaik untuk melakukan investasi. Menurut alumnus University of Sydney ini, meskipun Australia sedang menghadapi gelombang kedua Covid-19 seperti halnya di Indonesia, namun Tyas memiliki keyakinan bahwa pasar properti Austalia akan lebih siap. “Mengingat pengalaman dan keberhasilan negara Kangguru dalam menangani gelombang pertama Covid-19, saya memiliki keyakinan bahwa pasar properti di Australia kali ini akan lebih 'tahan banting,” ujar Tyas

Kepala ekonom KPMG Australia, Brendan Rynne mengatakan penurunan suku bunga hipotek, penghematan ekstra dari tidak menghabiskan liburan, dan dukungan pendapatan yang besar dari pemerintah serta dukungan pasar perumahan secara khusus, telah melihat harga properti naik secara dramatis dalam enam hingga sembilan bulan terakhir. "(Kenaikan harga properti itu) melewati titik di mana mereka akan meningkat di bawah skenario tanpa Covid-19," katanya.

Rynne juga menambahkan bahwa ada faktor negatif jangka panjang seperti kenaikan suku bunga hipotek dan pertumbuhan populasi yang lebih rendah. Sebelumnya, populasi Australia sekarang diperkirakan akan lebih rendah sekitar 1 juta orang pada akhir dekade ini dibandingkan dengan perkiraan pra-pandemi. Hal ini akan memoderasi laju pertumbuhan ekonomi sehingga harga menjadi naik. “Pasokan juga berperan. Analisis kami tentang pemberian ijin pemerintah akan tempat tinggal di kota-kota besar menunjukkan bahwa di Melbourne dan Sydney, masing-masing ada 25.000 dan 20.000 lebih sedikit rumah dan unit yang tersedia daripada yang terjadi dalam skenario tanpa Covid-19,” katanya.

Baca: Jepang Pulangkan Warganya dari RI, Begini Dampaknya terhadap Sektor Properti

Berita terkait

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

3 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Ratusan Paus Pilot Terdampar di Australia Barat, Apa Keunikan Paus Ini?

3 hari lalu

Ratusan Paus Pilot Terdampar di Australia Barat, Apa Keunikan Paus Ini?

Sekitar 140 paus pilot yang terdampar di perairan dangkal negara bagian Australia Barat. Apakah jenis paus pilot itu?

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

3 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

4 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Direktorat Jenderal Pajak dan Australia Kerja Sama bidang Pertukaran Informasi Cryptocurrency

6 hari lalu

Direktorat Jenderal Pajak dan Australia Kerja Sama bidang Pertukaran Informasi Cryptocurrency

Kesepakatan kerja sama ini dirancang untuk meningkatkan deteksi aset yang mungkin memiliki kewajiban pajak di kedua negara.

Baca Selengkapnya

Australia Luncurkan Fase Baru Program Investing in Women

6 hari lalu

Australia Luncurkan Fase Baru Program Investing in Women

Program Investing in Women adalah inisiatif Pemerintah Australia yang akan fokus pada percepatan pemberdayaan ekonomi perempuan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Pasca Pandemi, Gaya Belanja Offline Tetap Digemari Masyarakat

6 hari lalu

Pasca Pandemi, Gaya Belanja Offline Tetap Digemari Masyarakat

Riset menyatakan bahwa preferensi konsumen belanja offline setelah masa pandemi mengalami kenaikan hingga lebih dari 2 kali lipat.

Baca Selengkapnya

PM Australia Sebut Elon Musk Miliarder Sombong Gara-gara Tolak Hapus Unggahan di X

6 hari lalu

PM Australia Sebut Elon Musk Miliarder Sombong Gara-gara Tolak Hapus Unggahan di X

Perdana Menteri Australia Anthony Albanese menyebut Elon Musk sebagai miliarder sombong karena tak mau menghapus unggahan di media sosial X.

Baca Selengkapnya

Kemendag Dorong Ekspor Buah Manggis ke Australia, Butuh Penyedia Jasa Iradiasi

7 hari lalu

Kemendag Dorong Ekspor Buah Manggis ke Australia, Butuh Penyedia Jasa Iradiasi

Kemendag mendorong ekspor buah sebagai implementasi perjanjian Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA).

Baca Selengkapnya

4 Fakta Tentang Kasus Penusukan di Sydney: Mengincar Wanita hingga Seorang Bayi Jadi Korban

7 hari lalu

4 Fakta Tentang Kasus Penusukan di Sydney: Mengincar Wanita hingga Seorang Bayi Jadi Korban

Berikut fakta-fakta soal kasus penusukan di Mall Bondi Sidney pekan lalu yang menghebohkan Australia.

Baca Selengkapnya