Kata Konglomerat Pendiri Northstar Group Bila Indonesia Lockdown
Reporter
Bisnis.com
Editor
Kodrat Setiawan
Minggu, 4 Juli 2021 05:32 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Konglomerat sekaligus pendiri perusahaan investasi Northstar Group Patrick S. Walujo menjelaskan dampak ekonomi jika pemerintah mengambil kebijakan lockdown atau penguncian wilayah.
“Memang ini dilematis kebijakan lockdown dan impact terhadap ekonomi,” ujarnya dalam sebuah acara diskusi seperti dikutip Bisnis, Sabtu, 3 Juli 2021.
Dia memberi contoh negara tetangga, Singapura, saat melakukan lockdown pada 2020, dampak pada ekonominya cukup besar. Padahal Singapura menyuntikkan stimulus sebesar US$ 100 miliar.
Stimulus itu, sambungnya, setara dengan 20 pesen produk domestik bruto Singapura. “Dengan stimulus itu kontraksi ekonomi pada tahun lalu negatif 15 persen. Padahal di sana negara penduduk penghasilan cukup tinggi,” kata Patrick yang juga menantu TP Rachmat, mantan Dirut Astra Internasional.
Patrick mengkhawatirkan, apabila memilih opsi lockdown, masyarakat yang memiliki ekonomi strata terbawah atau bekerja sektor informal akan terkena dampak cukup besar.
“Apakah negara kita mempunyai kekuatan yang sama menjaga impact itu. Kalau 20 persen dari GDP kita US$ 1 triliun itu butuh US$ 200 miliar dolar (sekitar Rp 2.891 triliun). Itu ongkos ke arah sana [lockdown],” katanya.
<!--more-->
Menurutnya, kebijakan pemerintah pada satu tahun terakhir dalam penanganan Covid-19, yakni dengan menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan kesehatan masyarakat adalah pilihan yang sudah tepat.
Patrick Walujo adalah salah satu pendiri perusahaan investasi Northstar Group pada 2003 bersama Glenn Sugita. Dana kelola perusahaan investasi itu mencapai US$3,3 miliar yang tersebar di Asia Tenggara.
Sejumlah perusahaan yang digenggam Patrick seperti PT Bank Jago Tbk. bersama bankir senior Jerry Ng, PT BFI Finance Tbk., Gojek, PT Trimegah Securitas Tbk. dan lainnya.
Sebelumnya ekonom senior Universitas Indonesia Chatib Basri mengatakan, kebijakan lockdown tidak tepat jika diterapkan di negara seperti Indonesia dan India. Risiko kesenjangan sosial semakin tinggi, bantalan sosial yang perlu disiapkan juga sangatlah besar.
BISNIS
Baca juga: Mengapa Chatib Basri Anggap Lockdown Tidak Tepat Jika Diterapkan di RI?