Kritik Garuda Tak Buat Terobosan, Politikus PDIP: Pangsa Pasar Dikuasai Lion Air

Kamis, 3 Juni 2021 12:50 WIB

Ilustrasi Garuda Indonesia dan Lion Air. Dok. TEMPO/Hariandi Hafid

TEMPO.CO, JakartaAnggota Komisi VI dari Fraksi PDIP, Evita Nursanty, mengkritik manajemen PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk yang dalam beberapa tahun ini tidak tampak melakukan terobosan. Persoalan ini membuat maskapai terus mengalami masalah keuangan sehingga kalah dengan perusahaan penerbangan swasta.

“Sekarang terobosan apa yang sudah dibuat manajemen Garuda? Saya lihat enggak ada. Sekarang pangsa pasar dikuasai Lion Air Group. Jam terbang Garuda pun tidak convenient,” ujar Evita dalam rapat kerja Komisi VI bersama Kementerian BUMN di kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis, 3 Juni 2021.

Evita menduga masalah keuangan Garuda yang belakangan dikabarkan menanggung utang Rp 70 triliun tak terlepas dari pengelolaan manajemennya. Menurut Evita, kendala utama perusahaan bersumber dari warisan manajemen yang telah menahun bermasalah.

Ia pun setuju dengan pernyataan Komisaris Garuda Indonesia Peter Gontha yang belakangan mengungkap penyebab perusahaan terus mengalami krisis, seperti tidak adanya penghematan biaya operasional untuk ground handling. Penyebab lainnya adalah nihilnya evaluasi perubahan atau pengurangan rute serta jadwal penerbangan yang merugi.

Tak hanya itu, Evita mempertanyakan keterlibatan dewan komisaris yang seolah tidak dioptimalkan dan saran-saran mereka yang terkesan diabaikan. Ia meminta Garuda sebagai perusahaan nasional dan Kementerian BUMN memperbaiki kebijakan-kebijakan tersebut.

Advertising
Advertising

Di sisi lain, Evita menyarankan pengawasan terhadap perseroan diperkuat. Agar masalah keuangan yang ditanggung Garuda segera terselesaikan, dia menyebut harus ada solusi yang benar-benar tepat dan tidak biasa atau out of the box.

<!--more-->

“Empat solusi yang ditawarkan Kementerian BUMN sebelumnya seperti buah simalakama,” ujar Evita.

Menteri BUMN Erick Thohir sebelumnya telah menyusun skema opsi penyelamatan untuk Garuda. Opsi pertama, Kementerian BUMN akan memberikan dukungan penuh kepada perusahaan pelat merah melalui pemberian pinjaman atau suntikan ekuitas.

Opsi kedua, Kementerian BUMN akan menggunakan hukum perlindungan kebangkrutan untuk merestrukturisasi emiten berkode GIAA itu. Cara ini menggunakan legal bankruptcy process untuk merestrukturisasi kewajiban, misalnya utang, sewa, kontrak kerja.

Selanjutnya opsi ketiga, Kementerian akan merestrukturisasi Garuda dan mendirikan perusahaan maskapai nasional baru. Melalui opsi ini, Garuda dibiarkan melakukan restrukturisasi dan pada waktu yang sama, didirikan perusahaan maskapai domestik baru.

Sedangkan opsi keempat atau terakhir ialah likuidasi Garuda. Sektor swasta dibiarkan mengisi kekosongan dan meningkatkan layanan udara, misalnya dengan pajak bandara atau subsidi rute yang lebih rendah.

Baca: Opsi Penyelamatan, Mungkinkah Garuda Indonesia Bentuk Maskapai Baru?

Berita terkait

Delay 5 Jam, Penumpang Lion Air SUB-BDJ Desak Kompensasi Rp 300 Ribu

1 jam lalu

Delay 5 Jam, Penumpang Lion Air SUB-BDJ Desak Kompensasi Rp 300 Ribu

Pesawat Lion Air JT 316 rute Surabaya-Banjarmasin delay selama lima jam karena menunggu kedatangan pesawat Lion Air dari Batam.

Baca Selengkapnya

Terpopuler Bisnis: Penjelasan Bulog atas Harga Beras Mahal, Viral Tas Hermes hingga Kekayaan Dirjen Bea Cukai

18 jam lalu

Terpopuler Bisnis: Penjelasan Bulog atas Harga Beras Mahal, Viral Tas Hermes hingga Kekayaan Dirjen Bea Cukai

Penjelasan Bulog atas harga beras yang tetap mahal saat harga gabah terpuruk.

Baca Selengkapnya

Piala Asia U-23 2024 Berakhir, Ini Kata Menpora, Erick Thohir, hingga Shin Tae-yong Usai Laga Indonesia vs Irak

1 hari lalu

Piala Asia U-23 2024 Berakhir, Ini Kata Menpora, Erick Thohir, hingga Shin Tae-yong Usai Laga Indonesia vs Irak

Sejumlah pihak mengomentari hasil pertandingan Timnas Indonesia vs Irak dalam laga perebutan peringkat ketiga Piala Asia U-23 2024 lalu.

Baca Selengkapnya

Insiden-insiden yang Menggerus Reputasi Boeing

2 hari lalu

Insiden-insiden yang Menggerus Reputasi Boeing

Banyak insiden yang menggerus reputasi Boeing sebagai produsen pesawat terkemuka di dunia, yang terakhir adalah kematian seorang pelapor.

Baca Selengkapnya

Profil Hendry Lie, Bos Sriwijaya Air yang Ditetapkan Tersangka Kasus Timah

3 hari lalu

Profil Hendry Lie, Bos Sriwijaya Air yang Ditetapkan Tersangka Kasus Timah

PT Sriwijaya Air didirikan oleh Chandra Lie, Hendry Lie, Johannes Bunjamin, dan Andy Halim pada 28 April 2003.

Baca Selengkapnya

Terkini: Pendapatan Garuda Indonesia Kuartal I 2024 Melonjak, Sri Mulyani Kembali Bicara APBN untuk Transisi Energi

4 hari lalu

Terkini: Pendapatan Garuda Indonesia Kuartal I 2024 Melonjak, Sri Mulyani Kembali Bicara APBN untuk Transisi Energi

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. mencatatkan pertumbuhan pendapatan di kuartal I 2024 ini meningkat hingga 18,07 persen dibandingkan kuartal I 2023.

Baca Selengkapnya

Mengenal Calvin Verdonk yang sedang Proses Naturalisasi

4 hari lalu

Mengenal Calvin Verdonk yang sedang Proses Naturalisasi

Ketua PSSI Erick Thohir mengatakan, Calvin Verdonk dan Jens Raven menjalani proses naturalisasi

Baca Selengkapnya

Pendapatan Garuda Indonesia di Kuartal Pertama 2024 Mencapai USD 711,98 Juta

4 hari lalu

Pendapatan Garuda Indonesia di Kuartal Pertama 2024 Mencapai USD 711,98 Juta

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk mencatatkan pertumbuhan pendapatannya di kuartal pertama 2024 ini meningkat hingga 18,07 persen.

Baca Selengkapnya

Penumpang Garuda Indonesia Mencapai 5,42 Juta Sepanjang Kuartal Pertama 2024

4 hari lalu

Penumpang Garuda Indonesia Mencapai 5,42 Juta Sepanjang Kuartal Pertama 2024

Jumlah penumpang Garuda Indonesia Group di kuartal pertama 2024 sebanyak 5,42 juta.

Baca Selengkapnya

Indonesia akan Gugat KPK Inggris soal Kasus Suap Pembelian Pesawat Garuda

4 hari lalu

Indonesia akan Gugat KPK Inggris soal Kasus Suap Pembelian Pesawat Garuda

Lembaga antikorupsi Inggris, Serious Fraud Office (SFO), mendapat kompensasi 992 juta Euro terkait kasus suap pembelian pesawat Garuda pada 2017

Baca Selengkapnya