Batu Bara Mulai Ditinggalkan Investor Global, Perusahaan Sandiaga Uno Bagaimana?

Rabu, 28 April 2021 18:31 WIB

Direktur Investasi PT Saratoga Investama Sedaya Tbk Devin Wirawan (kiri) dan Investor Relation Team Saratoga Ryan D Sual (kanan) saat memberikan pemaparan kinerja Saratoga di 2020 pada publik ekspose Saratoga 2021, Rabu, 28 April 2021. Foto: Istimewa

TEMPO.CO, Jakarta - PT Saratoga Investama Sedaya Tbk masih akan terus berinvestasi di bisnis batu bara, salah satunya yang sudah berjalan puluhan tahun di PT Adaro Energy Tbk. Perusahaan yang didirikan dan dimiliki oleh Menteri Pariwisata Sandiaga Uno tersebut menyatakan masih percaya pada kemampuan dari manajemen Adaro untuk mengejar pertumbuhan di perusahaan tersebut.

"Kami juga mengerti banyak negara-negara barat yang menganggap bahwa batu bara itu sebagai komoditas yang tidak bersih," kata Direktur Investasi Saratoga, Devin Wirawan, dalam konferensi pers usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) di Jakarta, Rabu, 28 April 2021.

Tapi, kata Devin, tidak dapat dipungkiri bahwa batu bara merupakan sumber bahan bakar paling murah untuk kegiatan elektrifikasi di tanah air. "Indonesia memiliki jumlah batu bara yang sangat melimpah," kata dia.

Penyataan ini disampaikan Devin merespon tren perbankan global yang mulai meninggalkan pembiayaan untuk bisnis batu bara. Tempo mencatat tren ini sudah terjadi dalam beberapa tahun terakhir.

Pada 3 September 2015, enam bank global mengumumkan akan menghindari pembiayaan untuk pertambangan batu bara dan pembangkit listrik yang menggunakan komoditas tersebut. Bank itu adalah ASN Bank (Belanda); Banco Fie (Bolivia); Ekobanken (Swedia); New Resource Bank (AS); Ethikbank dan Umweltbank (keduanya dari Jerman).

Advertising
Advertising

15 April 2020, dua raksasa pembiayaan dari Jepang, Mizuho dan Japan’s Sumitomo Mitsui Financial Group Inc (SMFG), mengumumkan bahwa mereka menyetop pembiayaan untuk pembangkit listrik berbasis batu bara. 24 April 2020, diikuti oleh The Japan Bank for International Cooperation (JBIC).

Tak hanya di level perbankan, tapi juga sampai ke tingkat negara. Terbaru pada 22 April 2021, Presiden Korea Selatan Moon Jae-in mengumumkan bahwa negaranya akan menghentikan semua pembiayaan baru untuk proyek batu bara di luar negeri.

Devin mengatakan Adaro awalnya memang hanya berkecimpung di bisnis eksplorasi dan produksi batu bara. Meski demikian, saat ini Adaro sudah mendiversifikasi bisnis mereka.

Tidak hanya produksi batu bara, kata Devin, tapi juga bisnis power plant pembangkit tenaga listrik. "Mereka (Adaro) juga akan berpartisipasi dalam investasi di perusahaan-perusahaan atau bisnis-bisnis yang bersifat lebih green," ujarnya.

Baca Juga: Sepanjang 2020, Citibank Tolak 11 Pembiayaan Bisnis Pembangkit Listrik Batu Bara

Berita terkait

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

1 hari lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Ahli Soroti Transisi Energi di Indonesia dan Australia

1 hari lalu

Ahli Soroti Transisi Energi di Indonesia dan Australia

Indonesia dan Australia menghadapi beberapa tantangan yang sama sebagai negara yang secara historis bergantung terhadap batu bara di sektor energi

Baca Selengkapnya

Chandra Asri Raih Pendapatan Bersih US$ 472 Juta

2 hari lalu

Chandra Asri Raih Pendapatan Bersih US$ 472 Juta

PT Chandra Asri Pacific Tbk. (Chandra Asri Group) meraih pendapatan bersih US$ 472 juta per kuartal I 2024.

Baca Selengkapnya

Timothy Ronald, Pemegang Saham Termuda Holywings Group

3 hari lalu

Timothy Ronald, Pemegang Saham Termuda Holywings Group

Bisnis dari Holywings Group tidak hanya mencakup beach club terbesar di dunia (Atlas) dan di Asia (H Club), tapi juga klub dan bar

Baca Selengkapnya

Bahlil Prioritaskan Investor Lokal untuk Investasi di IKN: Asing Masuk Klaster Dua

4 hari lalu

Bahlil Prioritaskan Investor Lokal untuk Investasi di IKN: Asing Masuk Klaster Dua

Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengatakan pemerintah memprioritaskan pengusaha dalam negeri untuk berinvestasi di Ibu Kota Nusantara (IKN).

Baca Selengkapnya

Warga Ungkap Rumah Tempat Brigadir RA Tewas dengan Luka Tembak Milik Pengusaha Batu Bara

6 hari lalu

Warga Ungkap Rumah Tempat Brigadir RA Tewas dengan Luka Tembak Milik Pengusaha Batu Bara

Brigadir RA ditemukan tewas dengan luka tembak di kepala di dalam mobil Alphard di sebuah rumah di Mampang.

Baca Selengkapnya

YLKI: Pemerintah Mesti Lebih Tegas Menindak Pinjol Ilegal, hingga Mengusut Aliran Dana dan Investor

7 hari lalu

YLKI: Pemerintah Mesti Lebih Tegas Menindak Pinjol Ilegal, hingga Mengusut Aliran Dana dan Investor

Satgas Pasti menemukan 537 entitas pinjol ilegal di sejumlah situs dan aplikasi sepanjang Februari hingga Maret 2024.

Baca Selengkapnya

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

8 hari lalu

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Kinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia

8 hari lalu

Kinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia

Bank DBS Indonesia meraih peringkat AAA National Long-Term Rating dan National Short-Term Rating of F1+ dari Fitch Ratings Indonesia atas kinerja keuangan yang baik.

Baca Selengkapnya

Harga Saham Sentuh Titik Terendah, Presdir Unilever: Akan Membaik

9 hari lalu

Harga Saham Sentuh Titik Terendah, Presdir Unilever: Akan Membaik

Presdir Unilever Indonesia, Benjie Yap mengatakan salah satu hal yang penting bagi investor adalah fundamental bisnis.

Baca Selengkapnya