ADB Perkirakan Pemulihan Ekonomi di Asia Lebih Cepat, Apa Sebabnya?

Rabu, 28 April 2021 13:59 WIB

Kantor pusat Asian Development Bank di Filipina. Wikimedia/Andrea ADB

TEMPO.CO, Jakarta - Bank Pembangunan Asia (ADB) memperkirakan ekonomi negara berkembang Asia akan pulih lebih cepat tahun ini dari perkiraan sebelumnya dan pertumbuhan ekonomi mereka bisa membaik. Pasalnya, negara-negara tersebut melangkah di jalur pemulihan ekonomi yang berbeda.

Dalam hitungannya, ADB menyatakan produk domestik bruto kawasan itu akan naik 7,3 persen tahun ini. Angka tersebut lebih baik dari perkiraan 6,8 persen pada Desember dan perubahan haluan dari kontraksi 0,2 persen tahun lalu.

ADB juga melihat pertumbuhan Asia berkembang moderat menjadi 5,3 persen pada 2022. “Perekonomian di kawasan ini berada di jalur yang berbeda, dibentuk oleh tingkat wabah domestik, kecepatan peluncuran vaksin mereka, dan seberapa banyak mereka mendapat manfaat dari pemulihan global," kata Kepala Ekonom ADB Yasuyuki Sawada seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu, 28 April 2021.

Adapun ekspor yang kuat dan pemulihan konsumsi rumah tangga akan membantu ekonomi Cina untuk berkembang 8,1 persen tahun ini. Dengan begitu pemulihan ekonomi Cina bisa lebih cepat dari perkiraan 7,7 persen sebelumnya, dan sebesar 5,5 persen tahun depan.

Sedangkan India akan tumbuh 11 persen pada tahun fiskal 2021, yang berakhir pada Maret 2022. Meski begitu, lonjakan kasus virus corona baru-baru ini dapat membahayakan pemulihan ini.

Advertising
Advertising

ADB juga menurunkan proyeksi pertumbuhan Asia Tenggara menjadi 4,4 persen tahun ini di tengah penurunan proyeksi untuk Malaysia, Filipina dan Thailand. "Ancaman paling signifikan terhadap pandangan ini adalah evolusi yang tidak menguntungkan dari pandemi Covid," kata Sawada. Ia lalu mengutip gelombang baru virus serta efektivitas rencana vaksinasi nasional.

<!--more-->

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sebelumnya mengatakan prospek ekonomi global semakin membaik dengan telah berjalannya program vaksinasi dan dukungan kebijakan memasuki tahun kedua pandemi Covid-19 ini.

"Meskipun demikian, masih terdapat tantangan yaitu ketidakseimbangan pemulihan global," ujar dia dalam keterangan resmi Kementerian Keuangan, Selasa, 13 April 2021. Pernyataan itu disampaikan dalam Pertemuan Musim Semi Dana Moneter Internasional-Kelompok Bank Dunia Tahun 2021.

Sri Mulyani berujar sejumlah negara diproyeksikan akan dapat tumbuh positif di tahun 2021, sementara negara-negara yang terpukul lebih keras memiliki proyeksi pertumbuhan yang jauh lebih rendah.

Untuk menghadapi kondisi tersebut, ia mendorong agar Bank Dunia dan IMF sesuai dengan mandatnya senantiasa bekerjasama dengan berbagai partner yaitu lembaga internasional dan sektor swasta serta seluruh negara di dunia untuk meningkatkan akses terhadap vaksin, mengelola beban pembiayaan, dan menerapkan strategi pemulihan pertumbuhan ekonomi.

BISNIS | CAESAR AKBAR

Baca: IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI, Sri Mulyani: Karena Ketidakpastian

Berita terkait

Bertubi-tubi Penghargaan untuk Bobby Nasution, Terakhir Menantu Jokowi Raih Satyalancana dan Tokoh Nasional

22 jam lalu

Bertubi-tubi Penghargaan untuk Bobby Nasution, Terakhir Menantu Jokowi Raih Satyalancana dan Tokoh Nasional

Wali Kota Medan Bobby Nasution boleh dibilang banjir penghargaan. Menantu Jokowi ini dapat penghargaan Satyalancana baru-baru ini.

Baca Selengkapnya

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

23 jam lalu

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

Pada perdagangan Kamis, kurs rupiah ditutup melemah pada level Rp 16.187 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Semakin Turun, Surplus APBN Maret 2024 Hanya Rp 8,1 Triliun

23 jam lalu

Semakin Turun, Surplus APBN Maret 2024 Hanya Rp 8,1 Triliun

Sri Mulyani menilai kinerja APBN triwulan I ini masih cukup baik.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Anggaran Pemilu 2024 Belum Terbelanjakan Rp 12 Triliun

1 hari lalu

Sri Mulyani: Anggaran Pemilu 2024 Belum Terbelanjakan Rp 12 Triliun

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan masih ada Rp 12,3 triliun anggaran Pemilu 2024 yang belum terbelanjakan.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Penyaluran Bansos Januari-Maret 2024 Mencapai Rp 43 Triliun

1 hari lalu

Sri Mulyani: Penyaluran Bansos Januari-Maret 2024 Mencapai Rp 43 Triliun

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan penyaluran bantuan sosial atau Bansos selama Januari-Maret 2024 mencapai Rp 43 triliun.

Baca Selengkapnya

Harga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi

1 hari lalu

Harga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi

Menteri Keuangan Sri Mulyani bisa melakukan penyesuaian anggaran subsidi mengikuti perkembangan lonjakan harga minyak dunia.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

1 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Realisasi Anggaran IKN Baru Mencapai 11 Persen

1 hari lalu

Sri Mulyani Sebut Realisasi Anggaran IKN Baru Mencapai 11 Persen

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa realisasi anggaran dari APBN untuk pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) baru mencapai 11 per

Baca Selengkapnya

Prabowo Serahkan Program Makan Siang Gratis ke Jokowi, TKN Siap Beri Usulan untuk RAPBN 2025

1 hari lalu

Prabowo Serahkan Program Makan Siang Gratis ke Jokowi, TKN Siap Beri Usulan untuk RAPBN 2025

TKN memastikan pembahasan program makan siang gratis untuk RAPBN 2025 sudah dilakukan oleh Presiden Jokowi dan presiden terpilih Prabowo Subianto.

Baca Selengkapnya

Jenis Vaksin yang Dianjurkan Pakar untuk Jemaah Haji

2 hari lalu

Jenis Vaksin yang Dianjurkan Pakar untuk Jemaah Haji

Empat jenis vaksin sangat penting bagi jemaah haji, terutama yang masuk populasi berisiko tinggi seperti lansia dan pemilik komorbid.

Baca Selengkapnya