Terpopuler Bisnis: Saham Anthoni Salim, Kartu Prakerja dan Sri Mulyani
Reporter
Tempo.co
Editor
Martha Warta Silaban
Rabu, 7 April 2021 06:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta -Berita terpopuler ekonomi dan bisnis sepanjang Selasa, 6 April 2021 dimulai dengan berkurangnya saham bos Indofood Anthoni Salim di Emtek seiring masuknya investor baru.
Lalu informasi tentang pencabutan kepesertaan sekitar 11 ribu penerima kartu prakerja karena mereka tidak membeli pelatihan pertama dalam waktu 30 hari sejak ditetapkan sebagai penerima kartu.
Adapula berita tentang 170 negara mengalami kontraksi ekonomi akibat pandemi Covid-19. Hal itu disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani. Berikut adalah ringkasan dari berita-berita tersebut.
1. Saham Bos Indofood Anthoni Salim di Emtek Berkurang Menjadi 8,38 Persen
PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. merampungkan aksi penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) atau private placement senilai Rp 9,29 triliun. Kepemilikan Anthoni Salim di Emtek pun berkurang seiring dengan masuknya investor baru.
Di Grup Salim, Anthoni Salim menjadi Direktur Utama PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP).
Berdasarkan keterangan perseroan, emiten berkode saham EMTK itu telah melaksanakan private placement pada 31 Maret 2021. EMTK telah menerbitkan sebanyak 4,75 miliar saham baru dengan nominal Rp 20 per saham.
Setelah aksi itu total jumlah modal yang ditempatkan dan disetor berubah menjadi 61.197.518.483 atau 61,19 miliar lembar saham. Seiring dengan aksi private placement tersebut komposisi pemegang saham lainnya telah terdilusi.
Baca berita selengkapnya di sini.<!--more-->
2. Pemerintah Cabut Kepesertaan 11 Ribu Penerima Kartu Prakerja, Ini Sebabnya
Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja telah mencabut kepesertaan sekitar 11 ribu orang dari gelombang 12. Pencabutan itu dilakukan lantaran mereka tidak membeli pelatihan pertama dalam waktu 30 hari setelah ditetapkan sebagai penerima Kartu Prakerja.
"Hal ini sangat memprihatinkan karena banyak orang ingin bergabung tetapi tidak mendapat kesempatan, sementara mereka yang sudah terpilih malah menyia-nyiakan kesempatan untuk meningkatkan kompetensi sekaligus memperoleh bantuan sosial," ujar Head of Communications Manajemen Pelaksana Kartu Prakerja Louisa Tuhatu kepada awak media, Selasa, 6 April 2021.
Selanjutnya, Louisa mengingatkan tenggat waktu untuk membeli pelatihan pertama bagi peserta gelombang 13 adalah hari Kamis, 8 April, pukul 23.59 WIB. Saat ini manajemen memantau masih ada sekitar 12 ribu orang dari gelombang 13 yang belum membeli pelatihan pertama.
"Kami berharap mereka bisa memanfaatkan waktu yang masih tersisa ini untuk segera membeli pelatihan di tujuh platform digital," tutur Louisa.
Pemerintah sebelumnya menargetkan program Kartu Prakerja akan diberikan sebanyak 2,7 juta penerima pada semester I 2021. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan proses pendaftaran 2,7 juta penerima Kartu Prakerja tersebut diharapkan dapat selesai pada Maret 2021. Pemerintah pun menetapkan alokasi anggaran untuk Kartu Prakerja semester I 2021 sebesar Rp 10 triliun.
Baca berita selengkapnya di sini.<!--more-->
3. Sri Mulyani: 170 Negara Alami Kontraksi Ekonomi Terburuk Akibat Pandemi Covid-19
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan 170 negara mengalami kontraksi ekonomi akibat pandemi Covid-19. "Ini kondisi terburuk dalam 150 tahun terakhir. Itu studi bank dunia," ujar dia dalam webinar, Selasa, 6 April 2021.
Menurut dia, para ahli ekonomi harusnya bisa melihat statistik tersebut. Dengan 170 negara mengalami kontraksi, Sri Mulyani mengatakan Covid-19 memaksa semua negara untuk betul-betul memformulasikan kebijakan tak hanya di bidang ekonomi, namun juga kesehatan dan bahkan politik.
Indonesia pun, kata Sri Mulyani, menjadi bagian dari negara-negara yang mengalami kontraksi akibat Covid-19. Pada kuartal II 2020, ekonomi Tanah Air mengalami kontraksi 5,3 persen atau yang terdalam sejak krisis keuangan Asia pada 1997-1998.
Untuk keseluruhan tahun, ekonomi Indonesia terkontraksi 2,07 persen. Kendati demikian, ia mengatakan negara-negara peers Indonesia di G20, Asean, dan OIC mengalami kontraksi yang lebih dalam.
"Kami memakai perbandingan karena kita tidak hidup sendiri. Kita pakai berbagai perbandingan, saya gunakan G20, Asean dan membandingkan juga dengan OIC, negara islam dunia supaya ada sense dimana kita berada," tutur Sri Mulyani.
Baca berita selengkapnya di sini.
CAESAR AKBAR | BISNIS.COM
Baca Juga: Bos Indofood Anthoni Salim Miliki 9,08 Persen Saham Emtek Senilai Rp12,4 Triliun