Pandemi, Wamenkeu: Negara-negara Berlomba Amankan Diri dengan Menarik Utang

Sabtu, 30 Januari 2021 14:11 WIB

Gedung Kementerian Keuangan atau Kemenkeu. Dok TEMPO

TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara berujar hampir semua negara mengalami kepusingan untuk menavigasi pertumbuhan ekonomi yang anjlok akibat pandemi Covid-19. Dalam kondisi itu, defisit anggaran melebar, dan tak sedikit negara-negara berupaya mengamankan diri dengan menarik utang untuk membiayai anggarannya.

"Ini yang dikatakan negara berlomba-lomba mengamankan diri dengan cara utang. Semua negara berlomba-lomba mengamankan diri dengan harus punya cash," ujar Suahasil dalam webinar, Sabtu, 30 Januaro 2021.

Ketika vaksin muncul, negara-negara juga akan berlomba untuk membelinya. Sehingga, periode vaksinasi juga akan menjadi dinamika tersendiri. "Karena soal vaksin menjadi siapa yang mampu membeli."

Indonesia pun tidak lepas dari kenaikan utang. Suahasil mengatakan pada periode awal pandemi Covid-19 ekonomi Indonesia mengalami kontraksi. Pasalnya, dengan adanya pembatasan orang untuk keluar rumah, konsumsi turun. Di samping oti investasi pun terhenti dan ekspor-impor terhambat.

Pada situasi tersebut, tutur dia, belanja pemerintah menjadi tumpuan utama bagi pertumbuhan ekonomi. Karena itu, dalam situasi penerimaan negara berkurang, belanja negara tidak bisa dikurangi dan mesti menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi.

Advertising
Advertising

Karena itu, APBN Indonesia pun akhirnya mesti defisit lebih dari disiplin anggaran biasanya di bawah 3 persen, menjadi ke 6,1 persen dari Produk Domestik Bruto. Dengan demikian, ia mengatakan kontraksi ekonomi bisa ditekan ke minus 1,9 persen berdasarkan datan IMF.

<!--more-->

"Kita lakukan itu di tengah-tengah ya ini ngutang. Karena kalau ekonomi shrinking, penerimaan negara berkurang, belanja harus naik," ujar Suahasil.

Ia pun membandingkan hasil tersebut dengan negara lain yang dinilai mematok defisit lebih besar, namun pertumbuhan ekonominya turun lebih dalam. Misalnya saja India yang defisit 13 persen, namun ekonominya terkontraksi 8 persen.

"Jeman juga begitu, Prancis juga begitu. Malaysia defisit 6,5 persen tapi pertumbuhan ekonomi minus 5,8 persen," tuturnya.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sebelumnya mengatakan utang pemerintah bertambah karena membengkaknya defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara bertujuan untuk membantu rakyat dan menangani pandemi Covid-19. Hal itu merespons pertanyaan beberapa anggota Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat soal utang.

"Ini saya ingatkan kembali kenapa ada tambahan utang, karena defisit yang melebar, pertama untuk membantu rakyat, menangani Covid-19, dan membantu dunia usaha terutama UMKM," kata Sri Mulyani dalam rapat virtual dengan komisi XI DPR, Rabu, 27 Januari 2021.

Adanya penambahan utang terjadi, kata Sri Mulyani, karena penerimaan negara yang sedang jatuh. Kendati begitu, dia memastikan pemerintah mengelola utang secara hati-hati. Terlebih pada tahun 2020

Baca: Sri Mulyani: Pertambahan Utang Pemerintah di 2020 Salah Satu Terkecil di ASEAN

Berita terkait

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

2 jam lalu

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

Direktorat Jenderal Bea dan Cuka (Bea Cukai) mendapat kritik dari masyarakat perihal sejumlah kasus viral.

Baca Selengkapnya

Minta Perbaikan Kinerja, Pernyataan Lengkap Sri Mulyani tentang Alat Belajar SLB Dipajaki Bea Cukai

6 jam lalu

Minta Perbaikan Kinerja, Pernyataan Lengkap Sri Mulyani tentang Alat Belajar SLB Dipajaki Bea Cukai

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati tanggapi kasus penahanan hibah alat belajar SLB oleh Bea Cukai.

Baca Selengkapnya

Beberapa Kasus Terkait Bea Cukai yang Menghebohkan Publik

9 jam lalu

Beberapa Kasus Terkait Bea Cukai yang Menghebohkan Publik

Bea cukai sedang disorot masyarakat. Ini beberapa kasus yang membuat heboh

Baca Selengkapnya

Rangkuman Poin Kehadiran Sri Mulyani di Forum IMF-World Bank

18 jam lalu

Rangkuman Poin Kehadiran Sri Mulyani di Forum IMF-World Bank

Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengatakan terdapat tiga hal utama dari pertemuan tersebut, yaitu outlook dan risiko ekonomi global.

Baca Selengkapnya

Viral Berbagai Kasus Denda Bea Masuk Barang Impor, Sri Mulyani Instruksikan Ini ke Bos Bea Cukai

1 hari lalu

Viral Berbagai Kasus Denda Bea Masuk Barang Impor, Sri Mulyani Instruksikan Ini ke Bos Bea Cukai

Sri Mulyani merespons soal berbagai kasus pengenaan denda bea masuk barang impor yang bernilai jumbo dan ramai diperbincangkan belakangan ini.

Baca Selengkapnya

Kemendag Berencana Selesaikan Utang Selisih Harga Minyak Goreng Bulan Depan

2 hari lalu

Kemendag Berencana Selesaikan Utang Selisih Harga Minyak Goreng Bulan Depan

Isy Karim mengatakan Kemendag akan memperjuangkan utang selisih harga minyak goreng yang tersendat sejak awal 2022.

Baca Selengkapnya

Bertubi-tubi Penghargaan untuk Bobby Nasution, Terakhir Menantu Jokowi Raih Satyalancana dan Tokoh Nasional

3 hari lalu

Bertubi-tubi Penghargaan untuk Bobby Nasution, Terakhir Menantu Jokowi Raih Satyalancana dan Tokoh Nasional

Wali Kota Medan Bobby Nasution boleh dibilang banjir penghargaan. Menantu Jokowi ini dapat penghargaan Satyalancana baru-baru ini.

Baca Selengkapnya

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

3 hari lalu

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

Pada perdagangan Kamis, kurs rupiah ditutup melemah pada level Rp 16.187 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Semakin Turun, Surplus APBN Maret 2024 Hanya Rp 8,1 Triliun

3 hari lalu

Semakin Turun, Surplus APBN Maret 2024 Hanya Rp 8,1 Triliun

Sri Mulyani menilai kinerja APBN triwulan I ini masih cukup baik.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Anggaran Pemilu 2024 Belum Terbelanjakan Rp 12 Triliun

3 hari lalu

Sri Mulyani: Anggaran Pemilu 2024 Belum Terbelanjakan Rp 12 Triliun

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan masih ada Rp 12,3 triliun anggaran Pemilu 2024 yang belum terbelanjakan.

Baca Selengkapnya