Kisah Nasabah Bumiputera Harus Utang Sana Sini Demi Kuliah Anak
Reporter
Caesar Akbar
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Kamis, 3 Desember 2020 19:44 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Rintik hujan di pagi hari tadi tidak memupuskan semangat pemegang polis AJB Bumiputera 1912 untuk menuntut hak pembayaran yang bertahun-tahun tidak kunjung cair.
Sejak beberapa bulan belakangan, sedikitnya empat kali pemegang polis Bumiputera menggelar unjuk rasa meminta duitnya kembali. Eni Nuraeni, 54 tahun, menjadi satu dari puluhan nasabah yang ikut turun aksi di depan Wisma Bumiputera, Kamis, 3 Desember 2020.
Eni memutuskan ikut berdemo lantaran sudah beberapa kali hanya menerima janji-janji pembayaran dari pihak Bumiputera. "Jadi setiap saya datang (ke Kantor Bumiputera) hanya dijanjikan tunggu tiga bulan, empat bulan, dan seterusnya, tapiu sampai detik ini nol rupiah," ujar ibu dua anak tersebut dijumpai di lokasi aksi.
Padahal, selama ini perempuan yang berdomisili di Bintaro itu mengaku sudah taat membayar premi untuk program beasiswa berencana. Ia ikut program tersebut agar ada jaminan biaya pendidikan anaknya saat masuk kuliah.
Eni mulai membeli produk asuransi pendidikan tersebut pada tahun 1998, saat anak keduanya lahir. Setiap bulan, wanita yang bekerja sebagai pegawai swasta itu sudah membayar premi sekitar Rp 200-300 ribu dengan cara transfer. Rutinitas itu terus ia lakukan selama 19 tahun hingga 2017 lalu kontraknya habis.
Sesuai kontrak, semestinya Eni menerima pencairan dana sebesar Rp 36 juta tepat saat anaknya akan masuk ke universitas. Namun, sepanjang tahun itu ia tidak sekali pun mendapat kabar dari Bumiputera. Ia akhirnya menghubungi perseroan pada Juni 2018 untuk menagih pencairan.
Hingga kini, janji jaminan biaya pendidikan untuk anaknya itu ternyata tak kunjung jadi kenyataan. "Ternyata enggak cair, jadi saya terpaksa pinjam sana sini untuk membiayai anak kuliah. Padahal programnya kan untuk SD, SMP, SMA, lalu masuk kuliah habis kontrak," tutur Eni.
<!--more-->
Saat anaknya masuk SD hingga SMA, Eni mengaku masih mendapat pencairan sekitar Rp 1 juta hingga Rp 2 juta. "Untuk kuliah anak, saya terpaksa utang karena mengandalkan uang dari Bumiputera tidak cair-cair, kampus mana mengerti menunggu."
Untuk menagih pencairan dana tersebut, Eni mengaku sudah bolak balik ke kantor Bumiputera. Mulai dari kantor cabang di Bintaro, kantor di Jalan Wolter Monginsidi, Jakarta; hingga ke Kantor Pusat Bumiputera. Dari kantor pusat, ia kembali dipingpong ke kantor cabang.
"Katanya tunggu tiga bulan, setelah tiga bulan tidak ada hasil, saya kembali lagi. Katanya tunggu empat bulan lagi, dan seterusnya," ucap Eni. Ia lalu diminta ke kantor cabang dan kantor Wolter Monginsidi. "Di sana, saya dijanjikan dua bulan lagi akan dibayar. Setelah ketemu lagi, saya disuruh ke pusat. Setelah dari pusat, disuruh lagi ke cabang."
Ujung-ujungnya, Eni dan puluhan nasabah lainnya pun akhirnya memutuskan untuk memilih aksi massa demi menuntut pembayaran klaim asuransi mereka. Pada aksi hari ini, perwakilan nasabah korban gagal bayar AJB Bumiputera akhirnya diterima oleh perwakilan perusahaan setelah mereka menggelar aksi unjuk rasa di Wisma Bumiputera, Jakarta Pusat, Kamis, 3 Desember 2020.
Mereka ditemui oleh Sekretaris Ketua Badan Perwakilan Anggota (BPA) Bumiputera Nurhasanah, Direktur SDM Dena Chaerudin, sekretaris direksi, dan Asisten Direktur Pemasaran Jaka Irwanta.
Koordinator Nasabah Korban Gagal Bayar Bumiputera di Jabodetabek dan Jawa Barat Fien Mangiri mengatakan bahwa dalam pertemuan tersebut, perseroan menjanjikan pencairan klaim nasabah berstatus habis kontrak (HK) dengan nilai di bawah Rp 10 juta, status HK dana kelangsungan belajar (DKB) atau meninggal dunia, dan polis berstatus paling lama.
"Kami memberikan waktu satu pekan untuk realisasi komitmen tersebut," ujar Fien dalam keterangan pers, Kamis, 3 Desember 2020. Ia mengatakan hingga kini kelompoknya memiliki anggota dengan jumlah 500 polis dan nilai tunai Rp 15 miliar.
Baca: Klaim Tak Kunjung Dibayar, Nasabah Bumiputera Cerita 17 Tahun Tertib Bayar Polis