Pandemi, Indef Sebut Ekonomi RI Lebih Kuat dari Negara Lain

Reporter

Antara

Rabu, 24 Juni 2020 14:32 WIB

Petugas Pemadam Kebakaran (Damkar) menyemprotkan cairan disinfektan di mal Blok M Square, Jakarta, Selasa, 23 Juni 2020. Sterilisasi kawasan Blok M dengan melakukan penyemprotan disinfektan tersebut dilakukan untuk mencegah penularan COVID-19 di era new normal atau masa PSBB transisi guna memberikan rasa aman bagi masyarakat. TEMPO/M Taufan Rengganis

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad menilai kondisi perekonomian Indonesia masih tergolong lebih baik dibandingkan negara lain di tengah adanya pandemi COVID-19.

Kondisi itu sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih mampu tumbuh sebesar 2,97 persen pada kuartal I-2020 meskipun untuk kuartal II diyakini mengalami kontraksi akibat penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

“Kalau dibandingkan negara lain kita pasti lebih baik. Kita seperti Cina karena konsumsi kita kuat,” katanya di Jakarta, Rabu, 24 Juni 2020.

Tauhid mengatakan faktor Indonesia lebih baik dibandingkan negara lain karena tingginya daya beli masyarakat domestik yang menyumbang hingga sekitar 58 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

“Artinya separah apapun kondisinya, kita masih ada kegiatan ekonomi dari basis konsumsi. Ini sebagai modal dasar agar ekonomi kita tetap bertahan,” ujarnya.

Advertising
Advertising

Di sisi lain, Tauhid tak menyangkal bahwa perekonomian Indonesia berpotensi besar untuk tumbuh negatif pada kuartal II namun ia menyatakan masa pemulihan akan mulai terjadi pada kuartal III.

Ia menuturkan masa pemulihan ekonomi Indonesia akan terjadi pada kuartal III seiring mulai dilonggarkannya PSBB di sejumlah daerah sehingga kegiatan masyarakat berangsur membaik.

“Tetapi apakah kondisinya akan membaik seperti kuartal I atau sebelum adanya COVID-19, saya kira jauh,” katanya.

Tauhid menjelaskan ekonomi Indonesia tidak akan sebaik kuartal I karena pemulihan dari sisi konsumsi domestik membutuhkan proses yang lama seiring dengan banyaknya masyarakat terkena PHK dan jatuh miskin.

“Ini kan banyak yang sudah di PHK dan jatuh miskin jadi tidak bisa secara langsung mereka dapat pekerjaan atau terlindungi oleh bansos,” katanya.

Oleh sebab itu, Tauhid menyatakan pemerintah harus terus mendorong efektivitas stimulus fiskal kepada masyarakat sehingga mampu menjadi bantalan dalam pemulihan ekonomi.

Ia menuturkan pemerintah juga harus dapat mengoptimalkan penyerapan anggaran Rp 695,2 triliun termasuk terkait UMKM yang baru hanya 0,06 persen dan perlindungan sosial 28 persen.

“Harapan kita di kuartal III tumbuh tapi kalau kita lihat tren penyerapan rendah jadi kontribusi ke ekonomi tidak nendang,” katanya.

Berita terkait

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

22 jam lalu

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bicara besarnya tantangan Indonesia di bidang tenaga kerja, khususnya dalam hal penciptaan lapangan kerja.

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

1 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

4 hari lalu

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

Inggris dan ASEAN bekerja sama dalam program baru yang bertujuan untuk mendorong integrasi ekonomi antara negara-negara ASEAN.

Baca Selengkapnya

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

5 hari lalu

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

Bank Indonesia prediksi pertumbuhan ekonomi dalam kisaran 4,7 hingga 5,5 persen. Masih berdaya di tengah gejolak global.

Baca Selengkapnya

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

5 hari lalu

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

BI memperkuat bauran kebijakan moneter untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian global.

Baca Selengkapnya

Australia Luncurkan Fase Baru Program Investing in Women

5 hari lalu

Australia Luncurkan Fase Baru Program Investing in Women

Program Investing in Women adalah inisiatif Pemerintah Australia yang akan fokus pada percepatan pemberdayaan ekonomi perempuan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

6 hari lalu

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

Berita terpopuler: Prabowo-Gibran diharap bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi usai dilantik, pendaftaran CPNS 2024 dibuka.

Baca Selengkapnya

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

7 hari lalu

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

Meski tidak bersinggungan secara langsung dengan komoditas pangan Indonesia, namun konflik Iran-Israel bisa menggoncang logistik dunia.

Baca Selengkapnya

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

7 hari lalu

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

Didik mengingatkan agar pemerintah tidak menganggap enteng konflik Iran-Israel. Kebijakan fiskal dan moneter tak boleh menambah tekanan inflasi.

Baca Selengkapnya

Modus-modus Kawin Kontrak, Dijanjikan Mahar Jutaan Rupiah

8 hari lalu

Modus-modus Kawin Kontrak, Dijanjikan Mahar Jutaan Rupiah

Kasus kawin kontrak kembali mengemuka. Berikut modus-modus kawin kontrak, termasuk soal mahar jutaan rupiah.

Baca Selengkapnya