Akibat Harga Minyak, Penerimaan dari Migas Diprediksi Jeblok
Reporter
Caesar Akbar
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Selasa, 28 April 2020 18:13 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Penerimaan negara dari sektor hulu minyak dan gas (migas) diprediksi jeblok pada tahun 2020. Setidaknya ada faktor yang menyebakan merosotnya penerimaan negara di sektor tersebut, antara lain turunnya konsumsi migas selama wabah Virus Corona, anjloknya harga minyak, serta fluktuasi nilai tukar belakangan ini.
"Untuk penerimaan negara, kami proyeksikan gross revenue hulu migas dari US$ 32 miliar menjadi US$ 19 miliar," ujar Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi alias SKK Migas Dwi Soetjipto dalam rapat bersama Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat, Selasa, 28 April 2020.
Kondisi ini juga membuat SKK Migas dan Kontraktor KKS memperkirakan rata-rata produksi minyak pada tahun 2020 sebesar 725.000 bph dan gas bumi sebesar 5.727 mmscfd. Angka itu turun ketimbang target awal 735.000 bph untuk minyak dan 5.959 mmscfd.
Pelbagai situasi yang menimpa sektor migas itu juga menyebabkan sejumlah aktivitas operasional terimbas. Misalnya saja terjadinya penundaan planned shutdown di Lapangan Banyu Urip dan Tangguh, program kerja ulang dan perawatan di CPL Petrochina, OSES; serta kegiatan P&A sumur di Conoco Phillips.
Belum lagi penundaan pengeboran serta kerja ulang dan perawatan sumur di EMP Malacca Strait Mont'dor Tungkal; Medco Rimau; Natuna & South Sumatra; Camar Resources; Petrochina; POD Arung Nowera; dan lainnya. "Juga potensi mundurnya proyek Merakes ke tahun 2021 dan beberapa proyek yang akan onstream di tahun 2020 namun masih akan selesai tahun ini," ujar Dwi.
Dari sisi permodalan, SKK Migas juga memperkirakan bakal ada penurunan investasi di sektor hulu minyak dan gas pada tahun ini. "Kami masih memantau, dalam diskusi bersama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, kami memperkirakan akan ada penurunan sekitar US$ 2 miliar," ujar Dwi.
Pada 2020, target investasi di sektor hulu migas adalah sebesar US$ 13,8 miliar atau sekitar Rp 207 triliun dengan asumsi nilai tukar Rp 15.000 per dolar AS. Namun, Dwi mengatakan hingga triwulan I 2020 realisasi investasi hulu migas baru sekitar US$ 2,87 miliar atau sekitar Rp 43,05 triliun (kurs Rp 15.000 per dolar AS).
Apabila dipersenkan, capaian investasi pada tiga bulan pertama tahun ini baru mencapai 21 persen dari target total. "Saat ini kami sedang memantau bagaimana perkembangan selama satu tahun dengan berbagai situasi yang ada."
CAESAR AKBAR