Indef: Dorong Pertumbuhan Lewat Pembenahan di 5 Sektor Manufaktur

Rabu, 20 November 2019 15:03 WIB

Pekerja menyelesaikan produksi kain sarung di Pabrik Tekstil Kawasan Industri Majalaya, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat 4 Januari 2019. Kementerian Perindustrian menargetkan ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT) pada tahun 2019 mencapai 15 miliar dollar AS atau naik 11 persen dibandingkan target pada tahun 2018. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi

TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Andry Satrio Nugroho menilai pemerintah perlu mendorong investasi menuju lima subsektor manufaktur dengan kontribusi terbesar agar bisa mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Kelima subsektor manufaktur itu adalah industri makanan minuman, TPT, elektronika, farmasi, dan otomotif dalam rangka mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi di tengah volatilitas global.

Kelima sektor tersebut, kata Andry, berkontribusi sebesar 70 persen atas keseluruhan PDB dari sektor manufaktur. Sehingga apabila investasi diarahkan ke lima sektor tersebut, maka target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3 persen dapat dicapai.

Hal ini terutama kepada sektor makanan minuman dan TPT karena kedua sektor tersebut cenderung padat karya sehingga dapat membuka lapangan kerja untuk SDM dengan pendidikan rendah.

"Dapat dilihat bahwa investor akhir-akhir cenderung mengarah ke hilir karena memang itu tahapan terakhir untuk ke konsumen dan di sini konsumen besar sekali terutama di Jawa," ujar Andry, Selasa, 19 November 2019.

Data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) sebelumnya menunjukkan bahwa selama ini investasi cenderung terkonsentrasi di Pulau Jawa dan semakin dominan mengarah ke sektor jasa sedangkan investasi ke sektor manufaktur cenderung menurun.

Advertising
Advertising

Namun begitu, Andry juga menekankan kepada pemerintah untuk segera menyelesaikan masalah industri di sektor hulu karena selama ini sektor hulu masih belum optimal menyuplai industri pada sektor antara dan sektor hilir.

Hal ini dapat mengakibatkan neraca dagang Indonesia terus tertekan akibat impor bahan baku padahal Indonesia memiliki bahan baku yang berlimpah dan bisa dimanfaatkan oleh industri sektor antara dan hilir.

"Pemerintah perlu memberikan tawaran lain untuk investasi di sektor hulu. Langkah ini diperlukan agar SDA di pertanian dan perkebunan ini bisa terolah dan tidak diekspor mentah tanpa proses terlebih dahulu," ujar Andry.

BISNIS

Berita terkait

Laba Bersih BTN Kuartal I 2024 Tumbuh 7,4 Persen, Tembus Rp 860 M

1 hari lalu

Laba Bersih BTN Kuartal I 2024 Tumbuh 7,4 Persen, Tembus Rp 860 M

BTN mencatat pertumbuhan laba bersih sebesar 7,4 persen menjadi Rp 860 miliar pada kuartal I 2024.

Baca Selengkapnya

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

3 hari lalu

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

Bank Indonesia prediksi pertumbuhan ekonomi dalam kisaran 4,7 hingga 5,5 persen. Masih berdaya di tengah gejolak global.

Baca Selengkapnya

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

3 hari lalu

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

BI memperkuat bauran kebijakan moneter untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian global.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

3 hari lalu

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

Berita terpopuler: Prabowo-Gibran diharap bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi usai dilantik, pendaftaran CPNS 2024 dibuka.

Baca Selengkapnya

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

5 hari lalu

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

Meski tidak bersinggungan secara langsung dengan komoditas pangan Indonesia, namun konflik Iran-Israel bisa menggoncang logistik dunia.

Baca Selengkapnya

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

5 hari lalu

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

Didik mengingatkan agar pemerintah tidak menganggap enteng konflik Iran-Israel. Kebijakan fiskal dan moneter tak boleh menambah tekanan inflasi.

Baca Selengkapnya

Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel, Ekonom: Prioritaskan Anggaran untuk Sektor Produktif

6 hari lalu

Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel, Ekonom: Prioritaskan Anggaran untuk Sektor Produktif

Di tengah konflik Iran-Israel, pemerintah mesti memprioritaskan anggaran yang bisa membangkitkan sektor bisnis lebih produktif.

Baca Selengkapnya

Di Washington DC, Sri Mulyani Beberkan soal Bonus Demografi Muda hingga Reformasi Kesehatan

6 hari lalu

Di Washington DC, Sri Mulyani Beberkan soal Bonus Demografi Muda hingga Reformasi Kesehatan

Sri Mulyani menekankan pentingnya peningkatan kualitas SDM, baik pada bidang pendidikan maupun kesehatan sebagai fondasi pertumbuhan ekonomi nasional.

Baca Selengkapnya

Konflik Iran-Israel, Ekonomi Indonesia Terancam Turun di Bawah 5 Persen

7 hari lalu

Konflik Iran-Israel, Ekonomi Indonesia Terancam Turun di Bawah 5 Persen

Pertumbuhan ekonomi Indonesia terancam turun menjadi di bawah 5 persen karena dampak konflik Iran-Israel.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ingatkan Pemerintah Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

9 hari lalu

Ekonom Ingatkan Pemerintah Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

Ekonom sekaligus Pendiri Indef Didik J. Rachbini mengingatkan pemerintah Indonesia, termasuk Presiden terpilih dalam Pilpres 2024, untuk mengantisipasi dampak konflik Iran dengan Israel.

Baca Selengkapnya