Indef Sebut Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Terlalu Tinggi

Minggu, 17 November 2019 20:22 WIB

Aktifitas pelayanan di kantor BPJS Kesehatan di Kawasan Matraman, Jakarta, Selasa, 5 November 2019. BPJS Kesehatan mengakui mulai ada peserta mandiri BPJS Kesehatan yang mulai pindah kelas setelah iuran naik. Tempo/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menyatakan bahwa kenaikan iuran bagi BPJS Kesehatan tak sesuai dengan harga keekonomian. Indef juga menyatakan perhitungan kenaikan iuran jauh lebih tinggi dari perhitungan akturia.

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad mengatakan penetapan kenaikan iuran oleh pemerintah yang jauh lebih tinggi dibandingkan perhitungan profesional aktuaria, itulah yang disebut tak sesuai dengan biaya keekonomian.

"Artinya pemerintah jauh lebih tinggi menyusun kenaikan iurannya dibandingkan kelompok profesional yang telah menghitung kenaikan. Selisih jauh ini tentu menimbulkan persoalan," kata Tauhid saat menjadi pembicara dalam diskusi bertajuk "Mengapa Iuran BPJS Kesehatan Harus Naik?" di Resto Dua Nyonya, Jakarta Pusat, Ahad 17 November 2019.

Tauhid menilai, kenaikan iuran yang rata-rata lebih dari 100 persen disetiap kelas tersebut bakal membebani masyarakat. Perhitungan kenaikan itu, kata dia, juga tak sesuai dengan presentase perhitungan pertumbuhan ekonomi, inflasi dan juga tingkat pendapatan masyarakat.

Dia mengatakan selama 4 tahun terakhir, rata-rata pertumbuhan ekonomi mencapai 5 persen, dan inflasi mencapai 3-3,5 persen sedangkan pertumbuhan pendapatan atau gaji mencapai 7-8 persen. Karena itu, jika ditotal dengan biaya lain-lain angkanya minimal bisa mencapai 10 persen.

Advertising
Advertising

Karena itu, angka kenaikan yang mencapai rata-rata 100 persen tersebut tak sesuai dengan pendapatan dan pertumbuhan ekonomi. Kondisi inilah yamg, menurutnya, tak sesuai dengan angka keekonomian sehingga berpotensi membebani masyarakat.

Menurut Tahuid, kenaikan iuran seharusnya berada di sekitar angka 30 sampai 40 persen. Angka kenaikkan itu, juga seiring dengan kenaikan pendapatan masyarakat secara umum.

"Jadi kalau sekarang kenaikkan sampai 100 persen otomatis ada hal yang patut dipertanyakan. Kenaikan ini lah yang menjadi beban masyarakat pada nanti awal tahun 2020, sehingga berpotensi pengaruhi daya beli," kata Tauhid.

Tauhid menduga, kenaikkan iuran BPJS Kesehatan yang tak sesuai kondisi keekonomian tersebut, adalah strategi pemerintah guna menambal defisit selama ini. Jika benar, hal ini tentu patut disayangkan, karena beban kesalahan atas keputusan untuk tidak menaikkan iuran selama 4 tahun menjadi beban peserta mandiri golongan 1 dan 2.

Berita terkait

Program JKN Bisa Layani Pengobatan dengan KTP

2 hari lalu

Program JKN Bisa Layani Pengobatan dengan KTP

Salah satu kemudahan yang diberikan saat ini adalah peserta JKN aktif dapat berobat hanya dengan menunjukan Nomor Induk Kependudukan (NIK) yang tertera di Kartu Tanda Penduduk (KTP).

Baca Selengkapnya

Aplikasi Mobile JKN Mudahkan Masyarakat Jalani Pengobatan

2 hari lalu

Aplikasi Mobile JKN Mudahkan Masyarakat Jalani Pengobatan

Kehadiran aplikasi Mobile JKN kemudahan layanan kesehatan bagi peserta JKN

Baca Selengkapnya

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

10 hari lalu

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

Meski tidak bersinggungan secara langsung dengan komoditas pangan Indonesia, namun konflik Iran-Israel bisa menggoncang logistik dunia.

Baca Selengkapnya

Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel, Ekonom: Prioritaskan Anggaran untuk Sektor Produktif

11 hari lalu

Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel, Ekonom: Prioritaskan Anggaran untuk Sektor Produktif

Di tengah konflik Iran-Israel, pemerintah mesti memprioritaskan anggaran yang bisa membangkitkan sektor bisnis lebih produktif.

Baca Selengkapnya

Di Washington DC, Sri Mulyani Beberkan soal Bonus Demografi Muda hingga Reformasi Kesehatan

11 hari lalu

Di Washington DC, Sri Mulyani Beberkan soal Bonus Demografi Muda hingga Reformasi Kesehatan

Sri Mulyani menekankan pentingnya peningkatan kualitas SDM, baik pada bidang pendidikan maupun kesehatan sebagai fondasi pertumbuhan ekonomi nasional.

Baca Selengkapnya

Hari Kesehatan Sedunia, 269 Juta Penduduk Indonesia Telah Ikut Program JKN

25 hari lalu

Hari Kesehatan Sedunia, 269 Juta Penduduk Indonesia Telah Ikut Program JKN

Program JKN disebut telah mencegah 1,6 juta orang miskin dari kemiskinan yang lebih parah akibat pengeluaran biaya kesehatan rumah tangga.

Baca Selengkapnya

BPJS Kesehatan Sediakan Posko Pemeriksaan Kesehatan Gratis

27 hari lalu

BPJS Kesehatan Sediakan Posko Pemeriksaan Kesehatan Gratis

BPJS Kesehatan kembali menghadirkan layanan pemeriksaan kesehatan gratis.

Baca Selengkapnya

4 Jenis Kecelakaan yang Tak Dijamin BPJS Kesehatan, Bagaimana Prosedur Klaimnya?

30 hari lalu

4 Jenis Kecelakaan yang Tak Dijamin BPJS Kesehatan, Bagaimana Prosedur Klaimnya?

Begini syarat dan ketentuan jika korban kecelakaan dapat ditanggung BPJS.

Baca Selengkapnya

4 Jenis Kepesertaan BPJS Kesehatan, Cek Perbedaannya

35 hari lalu

4 Jenis Kepesertaan BPJS Kesehatan, Cek Perbedaannya

Terdapat jenis-jenis kepesertaan BPJS Kesehatan, yaitu Penerima Bantuan Iuran (PBI) hingga Pekerja Penerima Upah. Berikut perbedaannya.

Baca Selengkapnya

268 Juta Peserta JKN per Februari 2024, Dirut BPJS Kesehatan: Hampir Mencapai Target 98 Persen

35 hari lalu

268 Juta Peserta JKN per Februari 2024, Dirut BPJS Kesehatan: Hampir Mencapai Target 98 Persen

Direktur Utama BPJS Kesehatan Ali Ghufron Mukti mengatakan per Februari 2024, terdapat 268 juta peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Baca Selengkapnya