Boeing Banyak Masalah, Gaji Dennis Muilenburg Dipotong
Reporter
Bisnis.com
Editor
Rahma Tri
Rabu, 6 November 2019 11:23 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Mantan CEO Boeing.Co, Dennis Muilenburg tidak akan menerima sebagian besar pendapatannya selama 2019 dan 2020. Gaji Muilenburg yang memimpin Boeing sejak 2015 ini dipotong karena banyaknya kritik yang ditujukan kepadanya setelah dua kecelakaan fatal Boeing 737 MAX yang menewaskan ratusan orang.
Chairman Boeing yang baru, Dave Calhoun mengakui banyaknya kritik kepada perusahaan terutama setelah dua kecelakaan fatal pada pesawat 737 Max yang merenggut nyawa 346 orang seperti dikutip CNN.com, Rabu 6 November 2019. Kedua maskapai yang menggunakan mesin Boeing itu adalah Lion Air dan Ethiopian Airlines.
Calhoun menjelaskan, Muilenburg sendiri yang meminta agar bonus dan keuntungan saham dari perusahaan yang menjadi haknya tahun ini tidak usah diberikan. Calhoun ditunjuk menjadi chairman pada bulan lalu, yang sebelumnya diduduki Muilenburg.
Keuntungan saham dan bonus merupakan sebagian besar pendapatan Muilenburg. Pada 2018 dia diberikan US$23,4 juta dari perusahaan dan sebesar US$20,4 juta merupakan keuntungan saham dan bonus.
Menurut Calhoun, dewan direksi Boeing percaya Muilenburg telah melakukan segala hal saat krisis. Menurut dia, Muilenburg merupakan orang yang tepat memimpin perusahaan.
<!--more-->
Pada pekan lalu Muilenburg menghadapi pertanyaan keras dari anggota DPR dan Senat AS selama dua hari, termasuk soal pengunduran dirinya atau merelakan pendapatannya dipotong.
Saat itu dia juga mengakui Boeing melakukan kesalahan desain pada 737 Max.
Pada akhir Oktober lalu Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) telah menjelaskan insiden nahas pesawat Lion Air jenis 737 Max 8 dengan nomor penerbangan JT 610. Insiden yang terjadi di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat pada 29 Oktober 2018 itu menewaskan 189 penumpang serta awak kapal.
KNKT menyimpulkan pilot kesulitan merespons fitur baru Maneuvering Characteristics Augmentation System (MCAS). Kondisi ini dipersulit dengan tidak tidak adanya petunjuk dalam buku panduan maupun pelatihan
Boeing 737 MAX telah dilarang terbang sejak Maret dan hal itu telah merugikan perusahaan hingga miliaran dolar Amerika Serikat. Kini Boeing juga bersiap membayar ganti rugi senilai US$5 miliar kepada konsumen dan juga kompensasi untuk keluarga korban dua kecelakaan itu.
Belakangan, sejumlah pesawat Boeing 737 NG juga mengalami masalah karena ditemukannya retakan massif di tubuh pesawat. Di Indonesia, pekan lalu Kementerian Perhubungan menemukan lima pesawat jenis B 737 NG juga retak. Pesawat itu dimiliki Garuda Indonesia, Lion Air dan Sriwijaya Air.
BISNIS