Harga Komoditas Turun, RI Segera Negoisasi Dagang dengan India

Kamis, 17 Oktober 2019 06:30 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah mengantisipasi dampak penurunan harga komoditas di pasar global yang akan berpengaruh pada neraca perdagangan. Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso mengatakan salah satu langkah yang diambil pemerintah adalah mempercepat transformasi biodiesel dari B20 menuju B30. Hal ini dilakukan untuk menyerap kelebihan produksi minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dan turunannya yang belum terserap pasar dunia.

Selain itu, Susiwijono menuturkan rencana India akan mengalihkan CPO dari Malaysia menuju Indonesia juga bisa dimanfaatkan mendongkrak kinerja ekspor. Untuk itu, kata dia, pemerintah segera melakukan negosiasi dagang dengan India selaku pembeli minyak sawit terbesar. “Sehingga pasar ekspor minyak sawit India selama ini dapat diisi oleh produksi Indonesia,” ujar Susiwijono kepada Tempo, Rabu 16 Oktober 2019.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kontribusi ekspor non-minyak dan gas dari bahan bakar mineral dan lemak minyak hewani dan nabati mengalami penurunan paling tajam, yaitu 8,78 persen dan 18,76 persen. Padahal, keduanya memiliki kontribusi terbesar terhadap ekspor, yaitu 14,6 persen dan 10,41 persen. Penurunan tersebut berimbas pada nilai ekspor total September menjadi US$ 14,1 miliar, bulan sebelumnya tercatat US$ 14,28 miliar. Sepanjang Januari-September tahun ini pun neraca dagang masih defisit US$ 1,95 miliar.

Advertising
Advertising

Susiwijono menuturkan pelebaran defisit neraca perdagangan diperkirakan tidak akan memberikan efek yang signifikan pada pelebaran defisit transaksi berjalan (CAD). Hal ini terlihat dari masih surplusnya neraca barang pada kuartal kedua sebesar US$ 0,2 miliar. Meski pendapatan primer masih minus US$ 8,7 miliar, Susiwijono menuturkan komponen tersebut dampaknya relatif lebih kecil terhadap CAD.

“Selain itu, surplus komponen pendapatan sekunder sebesar US$ 2,1 miliar dapat mengimbangi melebarnya defisit transaksi berjalan karena naiknya penerimaan transfer personal dalam bentuk remitansi dari para pekerja migran Indonesia (PMI) dan transfer lainnya,” ujar Susiwijono.

<!--more-->

Susiwijono mengatakan pemerintah juga berupaya mempercepat hilirisasi industri domestik sebagai substitusi impor untuk meningkatkan nilai tambah komoditas dan mengurangi ketergantungan pada impor bahan baku dasar dan antara (pre-processed), dan pengalihan produk jadi (final goods) dengan nilai tambah lebih tinggi. Untuk itu, kata dia, pemerintah akan mengubah peraturan tentang kemudahan berusaha agar Indonesia semakin ramah investasi dan menjadi pintu masuk relokasi industri pemain global.

“Setidaknya, ada 74 ketentuan setingkat undang-undang terkait perijinan untuk kemudahan berusaha yang ditata agar mengurangi hambatan investasi,” ujar Susiwijono.

Direktur Eksekutif Komunikasi BI Onny Widjanarko menuturkan menuturkan penurunan nilai ekspor CPO dan batubara disebabkan oleh penurunan harga. Sedangkan dari sisi volume, baik dari CPO dan batubara masih menunjukkan pertumbuhan positif, yaitu masing-masing naik 2,1 persen dan 8,2 persen periode Januari-September 2019. Meski begitu, Onny menyebutkan defisit neraca perdagangan periode ini lebih kecil, yaitu US$ 1,95 miliar dari US$ 3,82 miliar.

“Penurunan defisit ini lebih disebabkan oleh berkurangnya defisit neraca migas yang berkaitan dengan implementasi B20 hingga kewajiban penawaran crude oil oleh K3S kepada Pertamina,” ujar Onny.

Untuk menekan defisit CAD maka BI memperkuat sinergi kebijakan untuk meningkatkan ketahanan eksternal, termasuk prospek kinerja neraca perdagangan. Selain itu, BI akan menguatkan kinerja industri manufaktur, perbaikan iklim investasi hingga mendukung promosi perdagangan industri manufaktur.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede menuturkan impor migas masih tumbuh negatif sebesar -30,50 persen (secara tahunan) atau -2,36 persen (secara bulanan). Keduanya juga masih mencatatkan pertumbuhan negatif dengan volume berkontraksi sebesar -10,82 (secara tahunan) dan -0,01 persen secara (bulanan). Sedangkan harga rata-rata rata dari migas berkontraksi sebesar -22.07 persen secara tahunan atau -2,36 persen seca bulanan.

“Dengan penurunan impor migas yang cenderung lebih dalam dibandingkan penurunan ekspor CPO dan juga batu bara, saya memprediksi bahwa CAD (defisi transaksi berjalan) tidak akan selebar kuartal dua,” tutur Josua. Dengan begitu, ia memperkirakan CAD pada kuartal ketiga mungkin akan berada pada 2,3-2,4 persen dari produk domestic bruto (PDB).

Berita terkait

Mendag Zulkifli Hasan Sebut Neraca Perdagangan Indonesia Surplus US$ 4,47 Miliar, Impor Barang Modal Laptop Anjlok

7 hari lalu

Mendag Zulkifli Hasan Sebut Neraca Perdagangan Indonesia Surplus US$ 4,47 Miliar, Impor Barang Modal Laptop Anjlok

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan klaim neraca perdaganga Indonesia alami surplus, ada beberapa komoditas yang surplus dan ada beberapa yang defisit.

Baca Selengkapnya

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

10 hari lalu

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

Indonesia memperpanjang rekor surplus neraca perdagangan dalam 47 bulan terakhir pada Maret 2024

Baca Selengkapnya

Ekspor Maret 2024 Naik 16,4 Persen tapi Tetap Anjlok Dibanding Tahun Lalu

11 hari lalu

Ekspor Maret 2024 Naik 16,4 Persen tapi Tetap Anjlok Dibanding Tahun Lalu

BPS mencatat nilai ekspor Indonesia pada Maret 2024 naik 16,40 persen dibanding Februari 2024. Namun anjlok 4 persen dibanding Maret 2023.

Baca Selengkapnya

Pupuk Subsidi Sudah Bisa Ditebus, Hanya di Kios Resmi

12 hari lalu

Pupuk Subsidi Sudah Bisa Ditebus, Hanya di Kios Resmi

PT Pupuk Indonesia mengumumkan pupuk subsidi sudah bisa ditebus di kios pupuk lengkap resmi wilayah masing-masing.

Baca Selengkapnya

Wamendag Optimistis Neraca Perdagangan Indonesia Tetap Surplus di Tengah Konflik Iran-Israel

14 hari lalu

Wamendag Optimistis Neraca Perdagangan Indonesia Tetap Surplus di Tengah Konflik Iran-Israel

Jerry Sambuaga optimistis neraca perdagangan Indonesia tetap surplus di tengah situasi geopolitik saat ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Indonesia Terancam Twin Deficit, Apa Itu?

15 hari lalu

Pengamat Sebut Indonesia Terancam Twin Deficit, Apa Itu?

Indonesia berisiko menghadapi kondisi 'twin deficit' seiring dengan menurunnya surplus neraca perdagangan.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Sepakat Jaga Defisit Anggaran 2025 3 Persen, Apindo: Penyusunan RAPBN Mesti Displin

21 hari lalu

Pemerintah Sepakat Jaga Defisit Anggaran 2025 3 Persen, Apindo: Penyusunan RAPBN Mesti Displin

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Kamdani menanggapi soal keputusan pemerintah menjaga defisit APBN 2025 di bawah 3 persen.

Baca Selengkapnya

Permintaan Ekspor Komoditas Durian Tinggi di China

29 hari lalu

Permintaan Ekspor Komoditas Durian Tinggi di China

Ekspor komoditas buah durian masih di bawah nanas dan pisang.

Baca Selengkapnya

Daftar Komoditas Ekspor Indonesia yang Unggul di Berbagai Negara

31 hari lalu

Daftar Komoditas Ekspor Indonesia yang Unggul di Berbagai Negara

Apa saja komoditas ekspor nonmigas Indonesia yang menjadi unggulan?

Baca Selengkapnya

Harga Bahan Pokok Hari Ini, Beras Premium Masih Tinggi

38 hari lalu

Harga Bahan Pokok Hari Ini, Beras Premium Masih Tinggi

Harga bahan pokok terkini, sebagian besar mengalami kenaikan, seperti beras dan cabai.

Baca Selengkapnya