IHSG Melemah, Gubernur BI: Dana Asing Deras Keluar
Reporter
Ghoida Rahmah
Editor
Martha Warta Silaban
Sabtu, 5 Oktober 2019 14:08 WIB
TEMPO.CO, Jakarta -Gelombang resesi di sejumlah negara menjadi sentimen negatif pasar keuangan nasional. Indeks harga saham gabungan atau IHSG Bursa Efek Indonesia mengalami pelemahan 3,85 persen selama lima hari berturut-turut pekan ini.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menuturkan, sejak Jumat pekan lalu, dana asing cukup deras mengalir keluar dari pasar saham. “Capital outflow di pasar saham mencapai Rp 840 miliar,” kata dia di Kompleks Bank Indonesia, Jakarta, kemarin. Berdasarkan catatan Tempo, pada akhir September saat terjadi unjuk rasa di Jakarta, dana asing yang keluar mencapai Rp 565,19 miliar dan Rp 993,94 miliar dalam dua hari.
Menurut Perry, pergerakan pasar saham kian fluktuatif karena dipengaruhi oleh sentimen global berupa perlambatan ekonomi di Amerika Serikat. Untuk mengurangi dampak resesi global, Bank Indonesia menyarankan agar pemerintah mendorong faktor pertumbuhan ekonomi, terutama konsumsi rumah tangga dan investasi. “Bantuan sosial dari pemerintah ampuh dalam menopang konsumsi,” kata Perry.
Sumber pertumbuhan lainnya, kata Perry, adalah proyek infrastruktur yang masih akan terus berjalan. “Kami juga berharap pada triwulan III dan IV ekspansi fiskal atau belanja pemerintah lebih besar untuk mendukung pertumbuhan.” Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi tahun ini mencapai 5,1 persen dan mendekati 5,3 persen pada 2020.<!--more-->
Jumat, 5 Oktober 2019, IHSG sedikit menguat, yaitu 22 basis point atau 0,38 persen ke level 6.061. Pada perdagangan akhir pekan, investor asing mencatatkan pembelian atau net buy Rp 420,5 miliar. Bank Indonesia mencatat aliran modal asing yang masuk (capital inflow) ke pasar keuangan Indonesia sejak awal tahun hingga 3 Oktober lalu mencapai Rp 192,6 triliun. Dana tersebut masuk melalui instrumen Surat Berharga Negara Rp 137,9 triliun dan saham Rp 52,4 triliun. “Sisanya melalui obligasi korporasi dan instrumen lain,” kata Perry.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan pemerintah tetap berfokus pada instrumen fiskal yang ekspansif. “Selain mendorong belanja anggaran, pemerintah berfokus untuk terus memperbaiki iklim investasi,” kata dia.
Direktur Utama Investa Saran Mandiri, Hans Kwee, mengatakan pemerintah harus mewaspadai merambatnya dampak resesi ke pasar keuangan. “Permintaan terhadap komoditas akan turun, sehingga perusahaan Indonesia yang mayoritas bergerak di sektor ini akan tertekan,” kata dia. Hans mengingatkan bahwa resesi global memancing investor melarikan asetnya ke safe haven seperti dolar Amerika Serikat. “Dampaknya, kurs rupiah dan pasar saham kian lemah,” ucap Hans. Dia memperkirakan IHSG pada pekan depan berada di level support 5.957-6.030 dan resistance 6.100-6.200.
Peneliti dari Center for Indonesian Policy Studies, Pingkan Audrine, menuturkan bahwa pemerintah perlu terus mewaspadai sejumlah faktor yang berpotensi meningkatkan peluang Indonesia masuk ke pusaran resesi global. Faktor pertama adalah faktor internal yang mencakup stabilitas sosial dan politik yang kemudian berdampak pada pertumbuhan investasi. “Adanya gelombang demonstrasi yang berujung ricuh mendorong sentimen negatif dalam pasar sehingga membuat investor mengambil langkah wait and see,” katanya.
Faktor kedua adalah sentimen global seperti perekonomian negara mitra dagang maupun penanam modal asing. “Pemerintah harus waspada karena resesi ekonomi dapat menyebar dengan cepat,” ujar Pingkan.
EKO WAHYUDI