TEMPO Interaktif, Jakarta:Sekretaris Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional Syahrial Loetan menyatakan, potensi perbedaan data utang luar negeri pemerintah dari perbedaan nilai mata uang utang, kesalahan pencatatan, dan adanya time lag dalam pencatatan. Menurut dia, pinjaman yang didapatkan Indonesia berasal dari berbagai negara. "Mata uangnya berbeda-beda," katanya saat dihubungi Tempo, Jumat (13/6). Perbedaan mata uang ini, kata Syahrial, berpotensi menimbulkan adanya perbedaan data. Dia menambahkan, biasanya jumlah utang tersebut dikonversikan dalam bentuk dolar Amerika. Sedangkan pinjamannya, dapat berupa euro, yen dan lainnya. Syarial menyatakan, pinjaman yang diberikan dalam jangka waktu cukup lama berpotensi menimbulkan perubahan-perubahan angka. "Ini bisa menyebabkan terjadinya perbedaan data," ujarnya. Selain itu, potensi perbedaan data juga dapat berasal dari adanya kesalahan pencatatan. Dia menjelaskan, nilai total pinjaman yang disepakati bukan merupakan nilai utang. "Pada saat uangnya ditarik, itu baru akan menjadi hutang," katanya. Dana yang ditarik itu, tidak langsung diberikan utuh. "Baru sebagian yang ditarik itu yang kemudian dihitung sebagai utang, ditambah dengan bunga, fee, dan biaya administrasi lainnya."EZTHER LASTANIA