Budi Waseso Sebut Uang BPNT Diselewengkan Rp 5 Triliun Per Tahun

Reporter

Eko Wahyudi

Editor

Rahma Tri

Senin, 23 September 2019 14:27 WIB

Presiden Joko Widodo atau Jokowi bersama Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso saat meninjau stok beras di Gudang Bulog, Perum Bulog Divre DKI Jakarta, Kamis 10 Januari 2019. TEMPO/Subekti.

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso, atau biasa disapa Buwas , menyebut ada penyelewengan anggaran Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) yang seharusnya disalurkan dalam bentuk beras kepada Keluarga Penerima Manfaat (KPM), senilai Rp 5 triliun. Duit yang dikorupsi itu mencapai sekitar 25 persen dari total uang yang dianggarkan pemerintah, yang sebesar Rp 20,1 triliun untuk tahun 2019.

"Jadi kurang lebih yang dimainkan setiap tahun ada Rp 5 triliun lebih, hampir sepertiga itu dimainkan. Apalagi Pak Presiden (Joko Widodo) akan menambah Rp 60 triliun (anggaran BPNT). Kita bisa bayangkan uang yang akan dikorupsi," ujar Budi Waseso di Kantor Pusat Perum Bulog, Jakarta, Senin, 23 September 2019.

Mantan Kepala Badan Reserse Kriminal Polisi ini menjelaskan, bahwa uang yang dikorupsi itu dikumpulkan dari margin keuntungan hasil manipulasi kemasan beras yang tidak sesuai. "Margin rata-rata itu hampir 30 ribu atau 29 ribu dari 110 ribu. Jika dari total dana 20 triliun, itu berapa persennya? Itu fakta di lapangan, semua data saya sudah lengkap dan sudah saya serahkan kepada Satgas (Satuan Tugas Pangan Kepolisian RI)," ungkap Buwas.

Menurut Buwas, kejahatan korupsi seperti itu tidak bisa dibiarkan terus-menerus. Karena banyak oknum dari penyalur BPNT yang memberikan beras dengan kualitas yang buruk, seperti bau, dan berkutu lalu mengancam. "Munculnya preman-preman yang memaksa saudara-saudara kita penerima BPNT untuk menerima beras jelek dengan ancaman. Kalau tidak menerima akan dicoret dari daftar KPM. Itu norak, ketahuan banget," Budi Waseso menambahkan.

Budi Waseso menjelaskan, modus operandi yang dilakukan adalah dengan memberikan beras yang tidak sesuai kualitas beras. Contohnya, seperti yang seharusnya diterima KPM dengan 5 kilogram beras tapi tidak sesuai takarannya. "Ini contohnya, kalau kalian timbang tidak ada berat lima kilogram, pasti kurang," kata Buwas sambil mengangkat kantong beras yang digunakan sebagai BPNT.

Lalu pengelabuan juga dilakukan memberikan dengan beras kualitas medium tapi dengan kemasan premium. Menurut Buwas, kemasan beras premium sangat mudah dipalsukan dan banyak beredar di laman jual beli online.

"Jadi saya tidak mengarang-ngarang, harus fair, kita harus bela ini. Karung Bulog ini dijual Rp 1.000/pcs," ucap Budi Waseso.

Sebagai informasi, pemerintah menargetkan jumlah penerima BPNT bisa meningkat menjadi 15,6 juta PKM tahun ini, dari 10,2 juta PKM pada tahun lalu. Total anggaran yang disiapkan Rp20,1 triliun untuk tahun 2019.

Budi Waseso mengungkapkan, banyak temuan di lapangan yang menunjukan bahwa ada dugaan dana tersebut dipakai untuk kepentingan pribadi dan kelompok. "Kita sudah wawancarai beberapa, ada rekamannya, ada videonya, ini bisa diselesaikan dalam jalur hukum. Jadi kita tidak main-main," ujar Buwas.

EKO WAHYUDI

Berita terkait

Ribuan Pendukung Desak Perdana Menteri Spanyol Tidak Mundur dari Jabatan

2 jam lalu

Ribuan Pendukung Desak Perdana Menteri Spanyol Tidak Mundur dari Jabatan

Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez mengumumkan akan mundur setelah pengadilan meluncurkan penyelidikan korupsi terhadap istrinya.

Baca Selengkapnya

Ketua Partai Patriot dari Prancis Curiga Bantuan untuk Ukraina Dikorupsi

16 jam lalu

Ketua Partai Patriot dari Prancis Curiga Bantuan untuk Ukraina Dikorupsi

Florian Philippot Ketua Partai Patriot dari Prancis menyebut sebagian besar bantuan dari negara - negara Barat digelapkan oleh pejabat-pejabat Ukraina

Baca Selengkapnya

Deretan Mobil Mewah Harvey Moeis yang Disita Kejagung, dari Rolls Royce sampai Ferrari

1 hari lalu

Deretan Mobil Mewah Harvey Moeis yang Disita Kejagung, dari Rolls Royce sampai Ferrari

Berikut sederet mobil Harvey Moeis yang telah disita Kejaksaan Agung.

Baca Selengkapnya

Laporan Dugaan Korupsi Impor Emas oleh Eko Darmanto Masih Ditindaklanjuti Dumas KPK

2 hari lalu

Laporan Dugaan Korupsi Impor Emas oleh Eko Darmanto Masih Ditindaklanjuti Dumas KPK

Kepala Bagian Pemberitaan KPK Ali Fikri, mengatakan laporan yang disampaikan bekas Kepala Bea Cukai Yogyakarta, Eko Darmanto, masih ditindaklanjuti.

Baca Selengkapnya

Menteri Pertanian Ukraina Ditahan atas Dugaan Korupsi

2 hari lalu

Menteri Pertanian Ukraina Ditahan atas Dugaan Korupsi

Menteri Pertanian Ukraina Mykola Solsky ditahan setelah ditetapkan sebagai tersangka resmi dalam penyelidikan korupsi bernilai jutaan dolar

Baca Selengkapnya

KPK Sita Aset Milik Bekas Bupati Labuhanbatu Erik Atrada Ritonga

2 hari lalu

KPK Sita Aset Milik Bekas Bupati Labuhanbatu Erik Atrada Ritonga

KPK menyita aset yang diduga milik bekas Bupati Labuhanbatu, Erik Atrada Ritonga, di Kota Medan

Baca Selengkapnya

Mahathir Mohamad Diselidiki KPK Malaysia Atas Tuduhan Korupsi

3 hari lalu

Mahathir Mohamad Diselidiki KPK Malaysia Atas Tuduhan Korupsi

KPK Malaysia menyelidiki Mahathir Mohamad dan anak-anaknya atas dugaan korupsi.

Baca Selengkapnya

Bekas Bupati Muna Rusman Emba Divonis 3 Tahun Penjara Kasus Suap Dana PEN

3 hari lalu

Bekas Bupati Muna Rusman Emba Divonis 3 Tahun Penjara Kasus Suap Dana PEN

Bekas Bupati Muna, La Ode Muhammad Rusman Emba, divonis tiga tahun penjara dalam kasus suap dana PEN (pemulihan ekonomi nasional)

Baca Selengkapnya

Vietnam Penjarakan Konglomerat Lagi, Pengusaha Minuman Terjerat Penipuan Rp 648 M

3 hari lalu

Vietnam Penjarakan Konglomerat Lagi, Pengusaha Minuman Terjerat Penipuan Rp 648 M

Vietnam kembali melakukan tindakan keras dalam pemberantasan korupsi dengan memenjarakan konglomerat minuman ringan.

Baca Selengkapnya

PM Spanyol Ajukan Cuti Sementara Usai Istrinya Dituduh Korupsi

3 hari lalu

PM Spanyol Ajukan Cuti Sementara Usai Istrinya Dituduh Korupsi

PM Spanyol Pedro Sanchez adalah pendukung utama Palestina. Ia memutuskan untuk cuti sementara usai istrinya dituduh korupsi.

Baca Selengkapnya