Duniatex Group Terbelit Utang, API Jelaskan Dampaknya ke Industri

Kamis, 19 September 2019 20:55 WIB

Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat saat ditemui di Kantor Pusat API, Graha Surveyor Indonesia, Jakarta Selatan, Kamis, 19 September 2019. Tempo/Fajar Pebrianto

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat angkat bicara soal Duniatex Group yang kini tengah terbelit utang. Ia menyebutkan Duniatex Group saat ini menguasai tak kurang dari 20 persen pangsa pasar tekstil di Tanah Air.

"Jadi ini bukan satu dari satu juta nyamuk. Ini gajah,” kata Ade saat ditemui di Kantor Pusat API, Graha Surveyor Indonesia, Jakarta Selatan, Kamis, 19 September 2019.

Ade menduga kesulitan yang dialami Duniatex Group disebabkan oleh Sumber Daya Manusia yang tidak kompeten sehingga efisiensi perusahaan tak sampai 65 persen. Dengan angka ini, sebuah industri cepat lambat akan batuk-batuk atau bermasalah.

Meski begitu, karena telah menguasai 20 persen pasar, maka Duniatex dinilai berpeluang melakukan apa saja demi mendapatkan cash flow yang lebih baik. “Dia bisa banjiri pasar dengan barang yang lebih murah dari Cina. Ini bisa merugikan 80 persen lainnya, unfair” kata Ade.

Dengan pangsa pasar 20 persen itu juga, Ade mewanti-wanti otoritas terkait soal potensi bahwa jika utang Duniatex direstrukturisasi. Sebab, selisih perbedaan suku bunga perbankan nantinya dengan Duniatex akan membuat industri tekstil yang saat ini sehat bisa menjadi sakit. Industri tekstil yang masih sehat terpaksa harus bersaing dengan Duniatex yang bisa saja mengeluarkan barang dengan harga lebih murah.

Advertising
Advertising

Persoalan inilah yang juga disampaikan Ade dan anggota API saat bertemu Presiden Joko Widodo di Istana Negara pada empat hari lalu, Senin, 16 September 2019. Saat itu, kata Ade, Jokowi mengatakan persoalan ini di luar jangkauannya, karena menjadi kewenangan Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). “Namun kami sampaikan, kalau kami butuh fair treatment dalam industri ini,” kata Ade.

Sebelumnya, Duniatex Group, lewat anak usahanya, Delta Dunia Sandang Tekstil, gagal membayar bunga dan pokok surat utang global dengan total nilai US$ 11 juta. Walhasil, sejumlah bank diketahui tengah merestrukturisasi utang Duniatex Group. Restrukturisasi ini rencananya melibatkan lebih dari 20 perbankan nasional.

Di sisi lain, dampak dari masalah yang melanda raksasa tekstil tersebut juga sudah dirasakan oleh pengusaha tekstil lainnya. Saat ini, kata Ade, perbankan ikut berhati-hati menyalurkan kredit kepada industri tekstil. “Ada yang mau cair kreditnya jadi delay, dievaluasi ulang, ada alert dari perbankan,” kata dia.

BISNIS

Berita terkait

Apakah Orang yang Terlilit Pinjol Sulit Mengajukan Pinjaman di Bank?

4 hari lalu

Apakah Orang yang Terlilit Pinjol Sulit Mengajukan Pinjaman di Bank?

OJK melaporkan banyak orang terlilit pinjol dan paylater. Lantas, apakah orang terlilit pinjol masih bisa mengajukan pinjaman di bank?

Baca Selengkapnya

Wisata Belanja di Macau Temukan Barang Antik hingga Makanan Khas Portugis

5 hari lalu

Wisata Belanja di Macau Temukan Barang Antik hingga Makanan Khas Portugis

Tidak hanya dikenal dengan situs bersejarah, pilihan restoran yang menggugah selera, Macau juga surganya untuk pecinta belanja

Baca Selengkapnya

Cadangan Devisa RI Akhir April 2024 Anjlok Menjadi USD 136,2 Miliar

9 hari lalu

Cadangan Devisa RI Akhir April 2024 Anjlok Menjadi USD 136,2 Miliar

Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Baca Selengkapnya

Cerita Warga tentang Kontraktor Pembangunan Masjid Al Barkah Jakarta Timur yang Mangkrak: Punya Banyak Utang

9 hari lalu

Cerita Warga tentang Kontraktor Pembangunan Masjid Al Barkah Jakarta Timur yang Mangkrak: Punya Banyak Utang

Ahsan Hariri, kontraktor pembangunan gedung baru Masjid Al Barkah di Cakung, Jakarta Timur, dikabarkan puunya banyak utang.

Baca Selengkapnya

Jerman Minta Cina Bantu Negara-Negara Miskin yang Terjebak Utang

9 hari lalu

Jerman Minta Cina Bantu Negara-Negara Miskin yang Terjebak Utang

Kanselir Jerman Olaf Scholz meminta Cina memainkan peran lebih besar dalam membantu negara-negara miskin yang terjebak utang.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Serap Rp 7,025 Triliun dari Lelang Surat Utang SBSN

10 hari lalu

Pemerintah Serap Rp 7,025 Triliun dari Lelang Surat Utang SBSN

Pemerintah menyerap dana sebesar Rp 7,025 triliun dari pelelangan tujuh seri surat utang yakni Surat Berharga Syariah Negara (SBSN).

Baca Selengkapnya

Kemendag Berencana Selesaikan Utang Selisih Harga Minyak Goreng Bulan Depan

20 hari lalu

Kemendag Berencana Selesaikan Utang Selisih Harga Minyak Goreng Bulan Depan

Isy Karim mengatakan Kemendag akan memperjuangkan utang selisih harga minyak goreng yang tersendat sejak awal 2022.

Baca Selengkapnya

Program Makan Siang Gratis Prabowo Masuk RAPBN 2025, Ekonom Ini Ingatkan Anggaran Bakal Sangat Tertekan

21 hari lalu

Program Makan Siang Gratis Prabowo Masuk RAPBN 2025, Ekonom Ini Ingatkan Anggaran Bakal Sangat Tertekan

Direktur Ideas menanggapi rencana Presiden Jokowi membahas program yang diusung Prabowo-Gibran dalam RAPBN 2025.

Baca Selengkapnya

Kinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia

21 hari lalu

Kinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia

Bank DBS Indonesia meraih peringkat AAA National Long-Term Rating dan National Short-Term Rating of F1+ dari Fitch Ratings Indonesia atas kinerja keuangan yang baik.

Baca Selengkapnya

Dagang Sapi Kabinet Prabowo

21 hari lalu

Dagang Sapi Kabinet Prabowo

Partai politik pendukung Prabowo-Gibran dalam pemilihan presiden mendapat jatah menteri berbeda-beda di kabinet Prabowo mendatang.

Baca Selengkapnya