Proyeksi Bank Dunia: Ekonomi Indonesia Hanya Tumbuh 5,1 Persen

Senin, 1 Juli 2019 13:15 WIB

Lead Country Economist Bank Dunia di Indonesia Frederico Gil Sander menyampaikan pemaparannya dalam acara diskusi Indonesia Economic Quarterly di kawasan Sudirman, Jakarta, Senin, 1 Juli 2019. TEMPO/Francisca Christy Rosana

TEMPO.CO, Jakarta - Bank Dunia menyampaikan pandangannya terkait prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2019 hingga 2020. Country Lead Economist Bank Dunia di Indonesia Frederico Gil Sander memproyeksikan, hingga akhir 2019, ekonomi RI hanya tumbuh 5,1 persen.

Baca: Indef: Rupiah Menguat Bukan karena Jokowi Effect, Tapi...

Sebelumnya, Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia stabil di angka 5,2 persen pada 2019. Perkembangan situasi terakhir ini, kata Sander, terjadi lebih karena kondisi eksternal yang tidak terlampau menguntungkan, seperti adanya ketidakpastian ekonomi imbas sentimen perang dagang Amerika Serikat-Cina.

Sementara itu, pada 2020, Bank Dunia meramalkan akan terjadi pemulihan kondisi dengan pertumbuhan 5,2 persen. Proyeksi tersebut didukung oleh data konsumsi masyarakat yang diperkirakan akan terus meningkat karena inflasi tetap rendah. Di sisi lain, pasar tenaga lerja menguat.

Pada kuartal I 2019, Bank Dunia memandang pertumbuhan produk domestik bruto atau PDB Indonesia stabil di tingkat 5,1 persen. "Kebijakan ekonomi yang terkooordinasi dan hati-hati telah membawa pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stabil di tengah gejolak," ujar Sander dalam diskusi Indonesia Economic Quarterly di kawasan SCBD Sudirman, Jakarta, Senin, 1 Juli 2019.

Gejolak tersebut meliputi serangkaian bencana alam pada 2018 yang mengguncang Lombok, Bali, Palu, hingga Banten. Berdasarkan laporan triwulan perekonomian yang dikeluarkan Bank Dunia itu, keekonomian Tanah Air cenderung stabil karena ada dorongan belanja.

BACA : Temui Jokowi, Ini Lima Saran Bank Dunia untuk Ekonomi Indonesia

Menurut dia, belanja ekonomi ditopang oleh belanja konsumsi yang bermuasal dari partai politik. Belanja konsumsi meningkat lantaran adanya kebutuhan Pemilu dari partai. "Jadi pertunbuhan konsumsi bukan cuma dari rumah tangga, tapi juga partai," ujarnya.

Bank Dunia mencatat, konsumsi yang meningkat membantu mengurangi tekanan pada defisit neraca berjalan yang besar pada 2018. Defisit neraca tahun lalu ditimbulkan oleh impor yang dipakai untuk investasi infrastruktur dam swasta.

FRANCISCA CHRISTY ROSANA

Advertising
Advertising

Berita terkait

Rangkuman Poin Kehadiran Sri Mulyani di Forum IMF-World Bank

3 hari lalu

Rangkuman Poin Kehadiran Sri Mulyani di Forum IMF-World Bank

Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengatakan terdapat tiga hal utama dari pertemuan tersebut, yaitu outlook dan risiko ekonomi global.

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

4 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

Fathan Subchi Dorong Pemerintah Sisir Belanja Tidak Prioritas

7 hari lalu

Fathan Subchi Dorong Pemerintah Sisir Belanja Tidak Prioritas

Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, Fathan Subchi meminta pemerintah untuk mencari langkah antisipatif untuk menyelamatkan perekonomian Indonesia, salah satunya adalah dengan cara menyisir belanja tidak prioritas.

Baca Selengkapnya

Menhub Budi Karya Sebut Bandara Panua Pohuwato akan Tingkatkan Perekonomian Gorontalo

9 hari lalu

Menhub Budi Karya Sebut Bandara Panua Pohuwato akan Tingkatkan Perekonomian Gorontalo

Menteri Perhubungan atau Menhub Budi Karya Sumadi mengatakan Bandara Panua Pohuwato menjadi pintu gerbang untuk mengembangkan perekonomian di Kabupaten Pohuwato dan Provinsi Gorontalo.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Pakai Kain Batik pada Hari Terakhir di Washington, Hadiri 3 Pertemuan Bilateral

10 hari lalu

Sri Mulyani Pakai Kain Batik pada Hari Terakhir di Washington, Hadiri 3 Pertemuan Bilateral

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengenakan kain batik pada hari terakhirnya di Washington DC, Amerika Serikat, 21 April kemarin.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Bertemu Managing Director IFC, Apa Saja yang Dibicarakan?

10 hari lalu

Sri Mulyani Bertemu Managing Director IFC, Apa Saja yang Dibicarakan?

Sri Mulyani melakukan pertemuan bilateral dengan Managing Director IFC Makhtar Diop di Washington DC, Amerika Serikat. Apa saja yang dibicarakan?

Baca Selengkapnya

Apa Kata Pengamat Ekonomi jika Konflik Iran-Israel Berlanjut bagi Indonesia?

14 hari lalu

Apa Kata Pengamat Ekonomi jika Konflik Iran-Israel Berlanjut bagi Indonesia?

Konflik Iran-Israel menjadi sorotan sejumlah pengamat ekonomi di Tanah Air. Apa dampaknya bagi Indonesia menurut mereka?

Baca Selengkapnya

Ekonom Ingatkan Pemerintah Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

14 hari lalu

Ekonom Ingatkan Pemerintah Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

Ekonom sekaligus Pendiri Indef Didik J. Rachbini mengingatkan pemerintah Indonesia, termasuk Presiden terpilih dalam Pilpres 2024, untuk mengantisipasi dampak konflik Iran dengan Israel.

Baca Selengkapnya

Imbas Serangan Iran ke Israel, Pemerintah akan Evaluasi Anggaran Subsidi BBM 2 Bulan ke Depan

16 hari lalu

Imbas Serangan Iran ke Israel, Pemerintah akan Evaluasi Anggaran Subsidi BBM 2 Bulan ke Depan

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto merespons soal imbas serangan Iran ke Israel terhadap harga minyak dunia. Ia mengatakan pemerintah akan memonitor kondisi selama dua bulan ke depan sebelum membuat keputusan ihwal anggaran subsidi bahan bakar minyak atau BBM.

Baca Selengkapnya

Airlangga Siapkan Antisipasi Imbas Tekanan Serangan Iran ke Israel Terhadap Perekonomian RI

16 hari lalu

Airlangga Siapkan Antisipasi Imbas Tekanan Serangan Iran ke Israel Terhadap Perekonomian RI

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menanggapi soal imbas serangan Iran ke Palestina terhadap perekonomian Indonesia.

Baca Selengkapnya