JICA: Studi Kelayakan Kereta Semi Cepat Jakarta Surabaya Dimulai Juni 2019
Reporter
Muhammad Hendartyo
Editor
Martha Warta Silaban
Kamis, 4 April 2019 19:18 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Chief Representative, Japan International Cooperation Agency atau JICA Indonesia Office, Shinichi Yamanaka mengatakan proyek kereta semi cepat Jakarta Surabaya akan dimulai studi kelayakannya tahun ini.
BACA: Penyebab Jumlah Penumpang Kereta Turun Sepanjang Februari
"Feasibility study itu baru akan dimulai Juni tahun ini," kata Shinichi di kantor Bappenas, Jakarta, Kamis, 4 April 2019.
Shinichi mengatakan studi itu akan rampung selama satu sampai satu setengah tahun. Dia mengatakan, JICA akan memutuskan menjadi investor mayoritas atau tidak, setelah keluar hasil studi kelayakan itu.
"Nanti baru kami akan lihat lagi dari hasil feasibility study nanti," ujarnya.
BACA: PT Kereta Api Perkenalkan Kereta Penolong Terbaru
Sebelumnya kelanjutan proyek kereta cepat Jakarta - Surabaya masih tertahan di proses studi kelayakan. Pembahasan rencana teknis, mulai dari rute hingga teknologi yang akan diterapkan untuk salah satu proyek strategis nasional itu dilakukan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, bersama JICA.
Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, Zulfikri, mengatakan pemerintah berhati-hati dalam studi tersebut. Pasalnya, anggaran proyek sudah dipatok tak lebih dari Rp 60 triliun. "Nilai yang kita bicarakan ini besar, lho. Tak boleh lebih, makanya sedang kita dalami," ucapnya di Jakarta, Kamis, 13 Desember 2018.
Meski sudah mematok nilai, Zulfikri melanjutkan, kementerian menargetkan kereta kencang tersebut harus tetap memenuhi spesifikasi yang direncanakan. Dengan tenaga diesel dan jalur eksisting, kereta harus mampu menempuh lintasan Jakarta-Surabaya yang berkisar 720 kilometer dalam waktu 5,5 jam, atau kecepatan 160 km/jam.
"Dalam pra FS sudah ada exercise terkait itu," ucap Zulfikri. "Hasil pra FS yang beres November kemarin sekarang berlanjut ke tahap teknisnya."
Proyek kereta cepat sudah digagas sejak era kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono dan mulai direalisasikan oleh Presiden Joko Widodo. Studi kelayakan kereta canggih ini sempat dikerjakan pemerintah Indonesia dengan JICA pada 2015, dengan pertimbangan dua rute. Ekspektasi pendanaan di rute Jakarta-Surabaya sempat menyundul Rp 100 triliun, sementara perkiraan nilai awal proyek di rute Jakarta-Bandung sepanjang 150 km sebesar Rp 67 triliun.
Cina yang masuk sebagai tandingan Jepang akhirnya dipilih pemerintah untuk mengerjakan Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Konstruksi proyek tersebut sudah berjalan dengan 60 persen saham dimiliki konsorsium PT Pilar Sinergi BUMN, dan sisanya dipegang pemerintah Cina, melalui China Railway International Co. Ltd
Zulfikri mengatakan FS kereta Jakarta-Surabaya juga mencakup berbagai pertimbangan untuk menahan lonjakan nilai pembiayaannya. Proyek ini sempat ditinjau ulang lantaran berpotensi memakai konten asing. "Menteri minta komponen dalam negeri dimaksimalkan, mungkin juga PT INKA (persero) kita ikutkan," tuturnya.
YOHANES PASKALIS