Ekonom: Bonus Demografi Bisa Dorong Pertumbuhan Ekonomi

Selasa, 26 Maret 2019 16:12 WIB

Pekerja tengah menyelesaikan pembangunan gedung bertingkat di kawasan Sudirman, Jakarta, Rabu, 9 Januari 2019. Bank Dunia memprediksi pertumbuhan ekonomi global bakal melambat menjadi 2,9 persen pada tahun 2019. Angka itu turun dibandingkan dari pencapaian pertumbuhan ekonomi sebesar 3 persen pada 2018. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom senior Center of Reform in Economics (CORE) Hendri Saparini mengatakan bonus demografi yang bakal dialami Indonesia memiliki potensi untuk bisa mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi. Menurut Hendri, pola pertumbuhan tinggi saat terjadi bonus demografi tersebut menjadi pola umum yang terjadi di negara-negara lain di dunia.

Baca juga: Neraca Perdagangan Surplus, Darmin: Pertumbuhan Jangan Terganggu

"Inilah kesempatan besar bagi Indonesia. Apakah optimistis untuk tumbuh lebih tinggi?," kata Hendri saat menjadi pembicara dalam acara diskusi "100 Ekonom Perempuan Memandang ke Depan" di Hotel Atlet Century, Jakarta Selatan, Selasa 26 Maret 2019.

Hendri mengatakan dia optimistis dengan pertumbuhan demografi yang tinggi itu. Hal ini didasarkan pada beberapa data dan fakta mengenai kondisi ekonomi Indonesia pada 2018 kemarin.

Misalnya sepanjang 2018, ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh 5,17 persen di tengah ketidakpastian global. Hendri juga menjelaskan pertumbuhan tersebut terjadi di tengah-tengah harga komoditas yang menurun.

Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) pertumbuhan ekonomi meningkat dibandingkan 2017 yang tercatat tumbuh 5,07 persen. Selain itu, angka pertumbuhan 2018 itu, tercatat menjadi pertumbuhan tertinggi sejak empat tahun terakhir. Adapun pada 2019 ini, pemerintah mematok target pertumbuhan mencapai angka 5,3 persen tahun ini.

Kendati demikian, Hendri mengingatkan, pemerintah juga memiliki tantangan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Tantangan itu berasal dari masih minimnya sektor-sektor utama yang menjadi tumpuan pertumbuhan ekonomi. Saat ini komoditas atau raw material masih menjadi sandaran utama ekspor.

Hendri melanjutkan, tantangan lain adalah belum tumbuhnya industri manufaktur. Saat ini, pertumbuhan industri manufaktur masih lebih rendah jika dibandingkan dengan negara lain, dan juga di area ASEAN.

Kemudian, kata Hendri, pemerintah juga perlu memperbaiki kualitas sumber daya manusia (SDM). Menurut dia, meski saat ini 59 persen tenaga kerja berpendidikan SMP ke bawah namun kondisi ini masih bisa dimanfaatkan. Sebab justru banyak negara kekurangan tenaga kerja untuk mendorong industri.

"Misalnya Thailand yang sekarang menghadapi itu, memasuki era menua, di mana tenaga kerja produktif lebih sedikit. Sementara Indonesia sebaliknya, maka harus dioptimalkan agar tercipta pertumbuhan yang inklusif," kata dia.

Hendri juga menekankan, pemerintah juga perlu mengoptimalkan perkembangan teknologi untuk mendorong perekonomian. Apalagi pemerintah telah menyiapkan infrastruktur internet lewat Palapa Ring maupun infrastruktur fisik seperti jalan dan jembatan.

Berita terkait

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

1 jam lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

2 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Berapa Jumlah Penduduk Bumi Saat Ini? Berikut Penjelasannya

4 hari lalu

Berapa Jumlah Penduduk Bumi Saat Ini? Berikut Penjelasannya

Berapa jumlah penduduk bumi saat ini? Hingga tahun 2024, penduduk bumi mencapai hampir 10 miliar. Berikut ini daftar negara dengan populasi terbanyak.

Baca Selengkapnya

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

4 hari lalu

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bicara besarnya tantangan Indonesia di bidang tenaga kerja, khususnya dalam hal penciptaan lapangan kerja.

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

4 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

Fathan Subchi Dorong Pemerintah Sisir Belanja Tidak Prioritas

8 hari lalu

Fathan Subchi Dorong Pemerintah Sisir Belanja Tidak Prioritas

Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, Fathan Subchi meminta pemerintah untuk mencari langkah antisipatif untuk menyelamatkan perekonomian Indonesia, salah satunya adalah dengan cara menyisir belanja tidak prioritas.

Baca Selengkapnya

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

9 hari lalu

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

Bank Indonesia prediksi pertumbuhan ekonomi dalam kisaran 4,7 hingga 5,5 persen. Masih berdaya di tengah gejolak global.

Baca Selengkapnya

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

9 hari lalu

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

BI memperkuat bauran kebijakan moneter untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian global.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

9 hari lalu

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

Berita terpopuler: Prabowo-Gibran diharap bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi usai dilantik, pendaftaran CPNS 2024 dibuka.

Baca Selengkapnya

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

11 hari lalu

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

Didik mengingatkan agar pemerintah tidak menganggap enteng konflik Iran-Israel. Kebijakan fiskal dan moneter tak boleh menambah tekanan inflasi.

Baca Selengkapnya