Rupiah Naik Turun, Bagaimana Harga Mobil Toyota?

Sabtu, 8 Desember 2018 07:35 WIB

Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia Warih Andang Tjahyono dan Wakil Presiden Direktur PT Toyota Astra Motor Henry Tanoto saat pembukaan booth Toyota di Museum Angkut Nasional di Malang, Jawa Timur, Rabu, 20 Desember 2017. TEMPO/Wawan Priyanto

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia Warih Andang Tjahjono mengatakan kondisi nilai tukar rupiah yang terus naik turun beberapa waktu ke belakang tak lantas membuat industri menaikkan harga produknya. Pasalnya, soal harga ditentukan oleh pasar.

BACA: Rupiah Naik Turun, Ini Kata Bos Toyota Manufacturing Indonesia

"Customer itu, penentuan harga bukan oleh industri, sekarang kan semua industri ada dan semuanya saling berkompetisi, kalai kami main naikkan harga tidak akan ada yang beli," ujar Warih di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Nsional, Jakarta, Jumat, 7 Desember 2018.

Untuk itu, solusi yang perlu dilakukan industri dalam menghadapi kondisi perekonomian yang tidak menentu adalaah dengan memacu industri manufaktur dalam negeri agar semakin produktif dan efisien. Selain itu, industri juga perlu memperbanyak penggunaan bahan-bahan baku dalam negeri.

"Kami sudah tahu apa yang perlu dicapai untuk menjadi negara industri, misalnya penggunaan material lokal, bisa bandingkan dengan Thailand dan Vietnam," ujar Warih. "Kalau kami bisa mencapai itu, mau kondisi fluktuatif pun kita bisa survive."

Advertising
Advertising

Ilustrasi mata uang Rupiah. Brent Lewin/Bloomberg via Getty Images

Belakangan rupiah memang sempat bergejolak. Berdasarkan Jakarta Interbank Spot Dolar Rate, rupiah sempat menguat mencapai level Rp 14.252 per dolar AS pada 3 Desember 2018. Namun penguatan itu hanya terjadi sesaat. Dalam empat hari rupiah kembali ambles mencapai level Rp 14.539 per dolar AS pada hari ini, Jumat, 7 Desember 2018. Artinya, dalam empat hari, rupiah anjlok 287 poin.

BACA: Bank Indonesia: Pelemahan Rupiah karena Sentimen Global

Meski demikian, Warih tidak mau menceritakan seberapa besar dampak naik turun nilai tukar itu kepada perusahaannya. Menurut dia, selama ini perusahaannya masih bisa menyeimbangkan impor dan ekspornya, sehingga lebih stabil. "Tapi ingat ada industri yang tidak ekspor. Kalau demikian, fluktuasi rupiah akan berdampak besar. Itu harus ditanggulangi juga," kata Warih.

Menurut Warih, kalau berbicara soal impor dan neraca perdagangan, maka salah satu yang dicermati adalah industri hulu. Sebab, Indonesia saat ini masih banyak mengimpor barang mentah. Padahal, selama ini Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah. "Kalau kami melihat, pasar kami juga besar, karena produk hulu kan tidak hanya dipergunakan merek tertentu, jadi skala ekonominya besar," kata Warih.

Baca berita tentang Rupiah lainnya di Tempo.co.

Berita terkait

New Rush GR Sport Tampil Lebih Segar untuk Keluarga Indonesia

13 jam lalu

New Rush GR Sport Tampil Lebih Segar untuk Keluarga Indonesia

Kesan mobil premium terlihat jelas pada bagian interior dengan balutan hitam di sejumlah elemen

Baca Selengkapnya

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

1 hari lalu

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

Ketegangan di Timur Tengah yang perlahan mereda menjadi salah satu faktor peluang menguatnya rupiah.

Baca Selengkapnya

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

3 hari lalu

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

Pada perdagangan Kamis, kurs rupiah ditutup melemah pada level Rp 16.187 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

3 hari lalu

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

4 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

4 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

4 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

Lifecare Taxi Terbaru dari Bluebird untuk Layani Difabel dan Lansia, Pakai Toyota Voxy

4 hari lalu

Lifecare Taxi Terbaru dari Bluebird untuk Layani Difabel dan Lansia, Pakai Toyota Voxy

Bluebird meluncurkan layanan Lifecare Taxi untuk menunjang kebutuhan penyandang disabilitas dan lansia.

Baca Selengkapnya

Timnas AMIN Jelaskan Urgensi Pertemuan Jokowi dan Prabowo untuk Bahas RAPBN 2025

4 hari lalu

Timnas AMIN Jelaskan Urgensi Pertemuan Jokowi dan Prabowo untuk Bahas RAPBN 2025

Awalil menilai pertemuan dan koordinasi antara Jokowi dan Prabowo memang diperlukan dan sangat penting dilakukan saat ini.

Baca Selengkapnya

Nilai Tukar Rupiah Hari Ini Diyakini Menguat, Pasar Respons Kemenangan Prabowo-Gibran

4 hari lalu

Nilai Tukar Rupiah Hari Ini Diyakini Menguat, Pasar Respons Kemenangan Prabowo-Gibran

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini masih akan menguat pada rentang Rp 16.110 - Rp 16.180. Pasar merespons kemenangan Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya