Indef Ingatkan Inflasi Kelompok Volatile Food di Akhir Tahun

Kamis, 15 November 2018 14:10 WIB

Aktivitas perdagangan kebutuhan bahan pokok di kawasan Pasar Senen, Jakarta, 28 Maret 2018. Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita memastikan stok pangan aman dan harga terkendali menjelang bulan Ramadhan yang jatuh pada Mei dan Lebaran pada Juni 2018. Tempo/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah diminta untuk mewaspadai tekanan harga pangan atau inflasi pada akhir tahun atau pada Desember 2018. Wakil Direktur Institute of Development of Economics and Finance atau Indef, Eko Listiyanto mengatakan hal ini berdasarkan data sejak beberapa tahun terakhir khususnya yang tergambar inflasi barang bergejolak atau volatile food di akhir tahun selalu terjadi.

Baca: 3 Sebab Inflasi Oktober 2018: Harga Cabai, Bensin dan Sewa Rumah

Eko menjelaskan, inflasi barang bergejolak terutama terjadi karena lonjakan harga beberapa komoditas bahan pangan. "Dari data time series, memasuki November, inflasi barang bergejolak atau volatile food akan meningkat dan baru menurun di bulan Januari," kata Eko, di Jakarta, Kamis, 15 November 2018.

Lebih jauh Eko memperkirakan lonjakan harga berpotensi kembali terjadi di bulan Desember 2018. "Sehingga perlu dilakukan antisipasi agar lonjakan tidak terlalu tinggi," katanya dalam diskusi bertajuk "Mewaspadai Inflasi Pangan".

Menurut catatan Badan Pusat Statistik atau BPS, pada Desember 2017 kemarin tingkat inflasi mencapai 0,71 persen. Sedangkan inflasi volatile food mencapai angka 2,46 persen. Angka inflasi tersebut tercacat lebih tinggi jika dibandingkan dengan inflasi yang terjadi pada Desember 2016 yang mencapai angka 0,12 persen dengan inflasi volatile food mencapai 0,47 persen.

Advertising
Advertising

Oleh karena itu, menurut Eko, capaian inflasi volatile food pada Oktober 2018 sebesar 0,17 persen secara month to month tidak cukup menjadi indikasi stabilnya harga pangan. Sebabnya, jika merujuk pada data tiga tahun terakhir sejak 2015 hingga 2017, pada kelompok volatile food selalu mengalami deflasi.

Sedangkan pada Oktober 2018 volatile food justru mengalami inflasi. Eko juga mengungkapkan, bahwa pemerintah perlu berhati-hati terhadap terjadinya depresiasi nilai tukar rupiah.

Sebab, ternyata depresiasi rupiah juga ikut mendorong tingkat inflasi inti. Misalnya, ketika rupiah bergejolak sehingga melonjak ke level Rp 14.414 per dollar AS pada Juli 2018, inflasi inti ikut melonjak ke angka 0,41 persen. "Angka itu merupakan angka tertinggi inflasi inti sepanjang Januari hingga Oktober 2018," tuturnya.

Baca: Inflasi Turki Melonjak 25 Persen, Bagaimana Dampaknya ke Lira?

Karena itu, Eko meminta pemerintah untuk bersiap menghadapi kemungkinan terjadinya inflasi pangan di akhir tahun. Apalagi, jika merujuk data time series sejak tahun inflasi di akhir tahun terhadap harga pangan tercatat selalu terulang.

Berita terkait

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

1 hari lalu

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

Ketegangan di Timur Tengah yang perlahan mereda menjadi salah satu faktor peluang menguatnya rupiah.

Baca Selengkapnya

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

3 hari lalu

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

Pada perdagangan Kamis, kurs rupiah ditutup melemah pada level Rp 16.187 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

3 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

3 hari lalu

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

4 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

4 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

4 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

Timnas AMIN Jelaskan Urgensi Pertemuan Jokowi dan Prabowo untuk Bahas RAPBN 2025

4 hari lalu

Timnas AMIN Jelaskan Urgensi Pertemuan Jokowi dan Prabowo untuk Bahas RAPBN 2025

Awalil menilai pertemuan dan koordinasi antara Jokowi dan Prabowo memang diperlukan dan sangat penting dilakukan saat ini.

Baca Selengkapnya

Nilai Tukar Rupiah Hari Ini Diyakini Menguat, Pasar Respons Kemenangan Prabowo-Gibran

4 hari lalu

Nilai Tukar Rupiah Hari Ini Diyakini Menguat, Pasar Respons Kemenangan Prabowo-Gibran

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini masih akan menguat pada rentang Rp 16.110 - Rp 16.180. Pasar merespons kemenangan Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Rupiah Diprediksi Stabil, Pasar Respons Positif Kenaikan BI Rate

4 hari lalu

Rupiah Diprediksi Stabil, Pasar Respons Positif Kenaikan BI Rate

Rupiah bergerak stabil seiring pasar respons positif kenaikan BI Rate.

Baca Selengkapnya