Jakarta - Kepala Ekonom Bank CIMB Adrian Panggabean memprediksi pertumbuhan ekonomi pada 2019 hanya mencapai 4,9 persen. Sebab, kebijakan moneter diprediksi masih akan mengetat tahun depan.
Baca juga: BI Jelaskan Prediksi Pertumbuhan Ekonomi yang Cuma 5,2 Persen
"Faktor ketidakpastian tingkat suku bunga, sehingga kebijakan moneter masih sedikit lebih kontraksi. Selain itu, kebijakan fiksal juga masih akan lebih ketat," kata Adrian saat menjadi pembicara dalam diskusi bertema "Economic and Capital Market Outlook 2019" di Graha CIMB Niaga, Jakarta Selatan, Senin, 29 Oktober 2018.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo atau Jokowi memproyeksikan pertumbuhan ekonomi di 2019 mencapai kisaran 5,3 persen. Meski begitu, proyeksi pertumbuhan perekonomian itu diperkirakan masih sangat dinamis dan menantang.
"Pertumbuhan tersebut akan semakin adil dan merata, dengan mendorong makin cepat pertumbuhan di kawasan timur Indonesia, kawasan perbatasan, dan daerah-daerah lain yang masih tertinggal," ujar Jokowi saat pembacaan nota keuangan di kompleks parlemen, Jakarta, Kamis, 16 Agustus 2018.
Adapun, Menteri Keuangan Sri Mulyani memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada 2019 sebesar 5,3 persen. Namun, ia menjelaskan masih ada kemungkinan pertumbuhan ekonomi lebih rendah dari target karena adanya risiko yang merugikan atau downside risk. Risiko tersebut antara lain menurunnya impor akibat tren pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
"Downside risks'-nya adalah kemungkinan 'growth' bisa meleset ke 5,15 persen karena impor makin melemah akibat depresiasi rupiah. Investasi dan konsumsi akan terpengaruh. Kalau itu terjadi, ekonomi turun ke 5,15 persen," kata Sri Mulyani di Gedung DPR RI, Kamis, 13 September 2018.
Adrian melanjutkan, meski investasi luar negeri maupun domestik diprediksi naik pada tahun depan, tidak cukup untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Apalagi, kondisi ini diikuti dengan pertumbuhan kredit yang masih akan menurun.
"Kalau loan growth turun, subung tinggi, terus yield obligasi naik, funding di pasar modal juga turun. IPO, corporate bond, right issue ngga banyak artinya pertumbuhan investasi enggak banyak," kata Adrian.
Dengan kondisi demikian, ia melihat banyak investor akan cenderung wait and see. Sehingga belanja atau spending perusahaan dan juga retail dipredisi juga akan tidak terlalu banyak. Ia menilai kondisi ini merupakan gabungan akibat faktor global dan domestik.
Selain pertumbuhan ekonomi, Adrian memperkirakan inflasi pada 2019 mendatang diperkirakan mencapai 3,3 persen sampai 3,4 persen rata-rata tahunan. Adapun tingkat suku bunga (BI 7DRR) masih melonjak hingga ke level 6,5 persen dari akhir tahun mencapai 5,7 persen. Sedangkan nilai tukar akan berada di rentang 15.000 per dolar AS rata-rata tahunan pada 2019.