Moody's: Pertumbuhan Ekonomi Negara G-20 di 2019 Bakal Melambat

Selasa, 6 November 2018 17:40 WIB

Suasana gedung bertingkat di kawasan Bundaran HI, Jakarta usai diguyur hujan (8/1). Target pertumbuhan ekonomi pada kisaran 6,4-6,9 persen pada tahun 2014 dinilai realistis. Hal ini terkait dengan kondisi ketidakstabilan global yang masih akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi nasional. Tempo/Aditia Noviansyah

TEMPO.CO, Jakarta - Moody’s Investor Service memperkirakan pertumbuhan negara kelompok 20 (G20) bakal mencapai puncak pada 2018 sebesar 3,3 persen sebelum turun menjadi 2,9 persen pada 2019.

Baca: Moody's Ingatkan Dampak Negatif Jika Rupiah Terus Melemah

Adapun untuk pertumbuhan negara-negara maju di G20, Moody’s memperkirakan pertumbuhannya akan jatuh menjadi 1,9 persen pada 2019 dari 2,3 persen pada 2018 yang mana hal ini akan mencerminkan performa ekonomi utama, seperti AS dan Jerman.

“Gambaran untuk emerging market di G-20 menjadi lebih beragam, pertumbuhan pada 2019 akan melambat ketimbang 2018 ke sekitar 4,6 persen dari 5 persen,” kata Alastair Wilson, Moody's Managing Director Global Sovereign Risk, seperti dikutip dari pernyataan, Selasa, 6 November 2018.

Adapun perlambatan pertumbuhan itu berarti tantangan bagi peringkat utang setiap negara telah semakin dekat. Tantangan itu terkait tingkat utang swasta dan privat yang dimiliki serta tren jangka panjang mengenai populasi tua dan ketidakseimbangan.

Advertising
Advertising

Moody's juga memprediksi peringkat utang global pada tahun depan akan stabil, sesuai dengan perkiraan untuk kondisi fundamental. Hal ini terlihat dari outlook terbaru dari Moody’s yang berjudul Sovereigns – Global: 2019 Outlook Still Stable, but Slowing Growth Signals Increasingly Diverging Prospects yang dirilis pada hari ini, Selasa, 6 November 2018.

Sebanyak 104 negara dari 138 negara yang mendapatkan peringkat utang dari Moody’s memiliki outlook stabil. Sementara 11 persen negara lainnya mendapat outlook yang positif dan 14 persen sisanya memiliki outlook negatif.

“Outlook stabil kami pada 2019 menyeimbangi manfaat keberlanjutan pertumbuhan global terhadap risiko domestik emerging dan geopolitik,” tulis Moody's.

Namun begitu, Moody’s tetap menambah perhatian terhadap kejutan tidak terduga. Pasalnya hal itu dapat mengganggu stabilitas ekonomi dan keuangan dalam 12—18 bulan ke depan.

Baca: Moodys Pangkas Rating 15 Bank Besar

Moody’s juga mencatat bahwa tingginya tingkat utang, melambatnya pertumbuhan, dan kenaikan suku bunga dapat berisiko menyebabkan kejutan yang dapat merusak keterjangkauan dan keberlanjutan utang. Sementara itu, sejumlah negara emerging market masih rentan terhadap kondisi pengetatan keuangan global dan meningkatnya proteksionisme dagang.

BISNIS

Berita terkait

Menguak Peran Vitamin D Sebagai Asupan Penting Sehari-hari

3 hari lalu

Menguak Peran Vitamin D Sebagai Asupan Penting Sehari-hari

Vitamin D memiliki peran dalam menjaga pertumbuhan otot dan tulang yang optimal dengan absorbsi kalsium di saluran cerna.

Baca Selengkapnya

Kemendag Berencana Selesaikan Utang Selisih Harga Minyak Goreng Bulan Depan

6 hari lalu

Kemendag Berencana Selesaikan Utang Selisih Harga Minyak Goreng Bulan Depan

Isy Karim mengatakan Kemendag akan memperjuangkan utang selisih harga minyak goreng yang tersendat sejak awal 2022.

Baca Selengkapnya

Laba Bersih BTN Kuartal I 2024 Tumbuh 7,4 Persen, Tembus Rp 860 M

7 hari lalu

Laba Bersih BTN Kuartal I 2024 Tumbuh 7,4 Persen, Tembus Rp 860 M

BTN mencatat pertumbuhan laba bersih sebesar 7,4 persen menjadi Rp 860 miliar pada kuartal I 2024.

Baca Selengkapnya

Program Makan Siang Gratis Prabowo Masuk RAPBN 2025, Ekonom Ini Ingatkan Anggaran Bakal Sangat Tertekan

7 hari lalu

Program Makan Siang Gratis Prabowo Masuk RAPBN 2025, Ekonom Ini Ingatkan Anggaran Bakal Sangat Tertekan

Direktur Ideas menanggapi rencana Presiden Jokowi membahas program yang diusung Prabowo-Gibran dalam RAPBN 2025.

Baca Selengkapnya

Kinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia

8 hari lalu

Kinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia

Bank DBS Indonesia meraih peringkat AAA National Long-Term Rating dan National Short-Term Rating of F1+ dari Fitch Ratings Indonesia atas kinerja keuangan yang baik.

Baca Selengkapnya

Dagang Sapi Kabinet Prabowo

8 hari lalu

Dagang Sapi Kabinet Prabowo

Partai politik pendukung Prabowo-Gibran dalam pemilihan presiden mendapat jatah menteri berbeda-beda di kabinet Prabowo mendatang.

Baca Selengkapnya

Penjelasan Kemenkeu soal Prediksi Kenaikan Rasio Utang jadi 40 Persen pada 2025

9 hari lalu

Penjelasan Kemenkeu soal Prediksi Kenaikan Rasio Utang jadi 40 Persen pada 2025

Kemenkeu merespons soal kenaikan rasio utang pemerintah terhadap produk domestik bruto (PDB) pada 2025.

Baca Selengkapnya

Terkini: OJK Beri Tips Kelola Keuangan untuk Emak-emak, Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah

10 hari lalu

Terkini: OJK Beri Tips Kelola Keuangan untuk Emak-emak, Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah

Kepala Eksekutif OJK Friderica Widyasari Dewi memberikan sejumlah tips yang dapat diterapkan oleh ibu-ibu dalam menyikapi isi pelemahan rupiah.

Baca Selengkapnya

PT PundiKas Indonesia Bantah Telah Menjebak dan Meneror Nasabah karena Pinjol

10 hari lalu

PT PundiKas Indonesia Bantah Telah Menjebak dan Meneror Nasabah karena Pinjol

PT PundiKas Indonesia, layanan pinjaman dana online atau pinjol, membantah institusinya telah menjebak nasabah dengan mentransfer tanpa persetujuan.

Baca Selengkapnya

Seorang Istri jadi Korban KDRT Suaminya Karena Tak Berikan Data KTP Untuk Pinjol

11 hari lalu

Seorang Istri jadi Korban KDRT Suaminya Karena Tak Berikan Data KTP Untuk Pinjol

Seorang menjadi korban KDRT karena tidak memberikan data KTP untuk pinjaman online.

Baca Selengkapnya