Hari Ini BCA Putuskan Naikkan Suku Bunga atau Tidak

Jumat, 28 September 2018 14:29 WIB

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja saat mencoba mesin CS Digital dan mengganti kartu BCA magnetic menjadi kartu BCA berteknologi chip hasil kerja sama dengan Mastercard. Tempo/M JULNIS FIRMANSYAH

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. atau BCA Jahja Setiaatmadja menyatakan pihaknya baru akan memutuskan menaikkan suku bunga atau tidak pada hari ini. Keputusan ini menunggu hasil rapat Asset - Liability Committee yang direncanakan digelar sehari setelah keluarnya keputusan rapat dewan gubernur Bank Indonesia kemarin.

Baca: Tak Hanya Bank Mandiri, BCA Jadi Korban Pembobolan SNP Finance

“Kami akan rapat ALCO (Asset-Liability Committee) hari Jumat, jadi saya belum bisa mendahului keputusan rapat. Nanti kami akan pertimbangkan masalah kecukupan dana dan juga rencana peningkatan kredit, baru putuskan suku bunga mau naik lagi atau tidak,” ujar Jahja, Kamis, 27 September 2018.

Seperti diketahui Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia kemarin memutuskan menaikkan suku bunga kebijakan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin menjadi 5,75 persen. Jahja Setiaatmadja mengatakan bahwa kenaikan suku bunga itu sudah sesuai ekspektasi yakni di kisaran 25 - 50 basis poin.

Jahja memperkirakan sampai dengan akhir tahun BI-7DRRR masih akan naik 25 - 50 basis poin lagi. Ia juga menilai langkah BI yang langsung menaikkan suku bunga kebijakan setelah The Fed mengerek tingkat bunga pada Rabu malam lalu adalah langkah yang cukup tanggap.

Advertising
Advertising

Di sisi lain, Jahja mengungkapkan bahwa langkah perseroan untuk merespons kebijakan bank sentral ini baru akan dirumuskan pada akhir pekan ini. Perseroan akan mempertimbangkan masalah kecukupan dana dan rencana peningkatan kredit.

Sementara itu, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. mengaku tidak akan terburu-buru menaikkan suku bunga simpanan maupun bunga kredit sebagai respons terhadap keputusan Bank Indonesia menaikkan suku bunga kebijakan. Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo menyatakan bahwa perseroan sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi kenaikan suku bunga BI yang dipicu oleh suku bunga The Fed.

BRI, kata Haru, akan menyesuaikan suku bunga simpanan supaya tetap atraktif. "Kemudian kalau sudah berapa lama kami susul naikkan suku bunga kredit. Supaya kontinuitas bank juga terjaga, biasanya begitu, walaupun tidak serta merta BI naik, maka kita akan naik juga,” ujarnya.

Haru menjelaskan, sejauh ini perseroan sudah menaikkan suku bunga deposito dua kali dengan total penyesuaian mencapai 50 basis poin. Namun, penyesuaian tersebut belum diikuti dengan penyesuaian terhadap suku bunga kredit.

Dengan penyesuaian yang dilakukan, biaya dana atau cost of funds perseroan kini mencapai sekitar 2,4 persen, sedangkan biaya kredit atau cost of credit (CoC) mencapai sekitar 4 persen. Haru menegaskan bahwa perseroan masih relatif siap untuk menghadapi dampak dari kenaikan suku bunga kebijakan.

Gubernur BI Perry Warjiyo sebelumnya mengatakan keputusan menaikkan suku bunga kebijakan konsisten dengan upaya untuk menurunkan defisit transaksi berjalan ke batas yang aman. Selain itu kebijakan tersebut untuk mempertahankan daya tarik pasar keuangan domestik sehingga dapat memperkuat ketahanan eksternal Indonesia di tengah ketidakpastian yang tinggi.

Baca: Kinerja Semester I Positif, BCA Bidik Kredit Tumbuh 12 Persen

Ke depannya, BI akan memperkuat dengan pemerintah dan otoritas terkait. Menurut Perry, BI juga akan terus mengawasi perkembangan di defisit transaksi berjalan, nilai tukar dan stabilitas sistem keuangan serta inflasi untuk menjaga stabilitas makro ekonomi dan sistem keuangan. Keputusan BI ini pula yang kini tengah dipersiapkan responsnya oleh sejumlah bank, tak terkecuali BCA dan BRI.

BISNIS

Berita terkait

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

27 menit lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

13 jam lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

15 jam lalu

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

Ketegangan di Timur Tengah yang perlahan mereda menjadi salah satu faktor peluang menguatnya rupiah.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

1 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

2 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

3 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

3 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

3 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

3 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

3 hari lalu

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

BI mengungkapkan uang beredar dalam arti luas pada Maret 2024 tumbuh 7,2 persen yoy hingga mencapai Rp 8.888,4 triliun.

Baca Selengkapnya