BI Sebut Pasar Sekunder Properti Melambat, Ini Tandanya
Reporter
Bisnis.com
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Senin, 17 September 2018 13:28 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia membenarkan bahwa saat ini terjadi perlambatan pasar sekunder properti di seluruh Indonesia. Direktur Eksekutif Kepala Departemen Statistik Bank Indonesia Yati Kurniati mengatakan ada kasus yang berbeda terkait pasar sekunder properti di Indonesia tahun ini.
Baca: Pengembang Lebih Khawatirkan Pelemahan Rupiah ketimbang Pilpres
Yati mencontohkan, pasar sekunder properti di Provinsi DKI Jakarta mengalami perlambatan. “Kalau pelambatan ini tidak berarti negatif harga turun. Sebaliknya, melambat sebenarnya, harganya tetap naik, tetapi penyerapannya tidak meningkat, malah menurun,” ujar Yati, Ahad, 16 September 2018.
Laporan Perkembangan Harga Properti Residensial Bank Indonesia dari Departemen Statistik yang diluncurkan 13 September 2018 lalu menunjukkan perkembangan harga properti residensial pasar sekunder di Jakarta pada Agustus 2018 melambat menjadi 3,14 persen. Sementara per Juli 2018 angkanya mencapai 4,36 persen.
Bank Indonesia mencatat pelambatan harga properti residensial tersebut terjadi di semua tipe rumah dan di sebagian besar wilayah Jakarta, kecuali Jakarta Timur. “Pertumbuhan harga tertinggi di wilayah Jakarta Selatan,” ujar Yati.
Yati mengungkapkan, perkembangan harga properti di pasar sekunder pada Agustus 2018 mengalami peningkatan walaupun masih cenderung melambat. Perlambatan tersebut terjadi di sebagian besar Kota/Kabupaten besar di Indonesia terjadi di Jakarta, Surabaya, Yogyakarta, dan Denpasar. “Kalau ada yang turun itu misalnya di Palembang, pertumbuhannya baik tetapi harganya menurun,” katanya.
Data statistik yang digunakan Bank Indonesia dalam mengukur properti residensial sekunder mengacu pada iklan penjualan properti pada dua portal online terbesar. Adapun dua portal itu telah memiliki keterjangkauan di 50 persen di seluruh Indonesia.
Bank Indonesia mencatat, terdapat 418 kota/kabupaten yang memiliki iklan properti online. Ada pun yang diolah lebih lanjut adalah kota/kabupaten dengan jumlah iklan properti lebih dari 200.
Sementara itu, Kepala Departemen Riset Savills Indonesia, Anton Sitorus mengatakan sektor apartemen di Jakarta memang mengalami penurunan volume penjualan pada semester I tahun 2018 ini sekitar 1.350 unit. Angka itu di bawah semester I di 2017 yang di atas 5.000 unit.
Anton menyebut total apartemen baru di Jakarta hanya sekitar 2.000 unit. Kondisi ini membuat tawaran untuk apartemen kelas menengah ke atas memasang harga yang kompetitif.
Sebagai contoh, belakangan ini mulai ditemukan harga apartemen di Jakarta sudah sama harga dengan di luar Jakarta yaitu Rp 20 juta per meter persegi. Awalnya, Jakarta memasang harga sekitar Rp 35 juta per meter persegi sampai Rp 40 juta per meter persegi.
Baca: Survei IPW: Generasi Milenial Lebih Pilih Kos ketimbang Apartemen
Anton memprediksi kondisi ini disebabkan oleh kondisi suplai yang banyak dengan angka penjualan yang relatif rendah. “Jadi ini waktunya beli properti, bukan hanya gimmick. Mungkin mereka mulai jual aset dengan kondisi sedang BU (butuh uang). Jadi ini memang baru fenomena saja, sudah ada harga apartemen sekunder yang murah di Jakarta,” ucapnya.
BISNIS