Suku Bunga Acuan Naik 5,5 Persen, Ekonom Nilai BI Terburu-buru

Rabu, 15 Agustus 2018 18:30 WIB

Gubernur BI, Perry Warjiyo, memberikan keterangan saat Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia di Jakarta, Rabu, 15 Agustus 2018. Keputusan ini konsisten dengan upaya untuk pertahankan daya tarik pasar keuangan domestik dan mengendalikan defisit transaksi berjalan dalam batas yang aman. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah mengatakan kenaikan suku bunga acuan 25 basis poin menunjukkan Bank Indonesia tidak percaya diri menghadapi tekanan terhadap rupiah. Hal tersebut merespons kebijakan BI yang baru saja menaikkan suku bunga acuan atau BI 7 Day Repo Rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,50 persen.

Baca: UBS Sebut Alasan Kuat BI Bakal Naikkan Lagi Suku Bunga Acuan

"Kenaikan suku bunga acuan 25 bps menurut saya justru menunjukkan bahwa BI tidak percaya diri menghadapi tekanan terhadap rupiah yang meningkat seiring memburuknya CAD (defisit transaksi berjalan) dan potensi krisis di Turki," kata Piter Abdullah saat dihubungi, Rabu, 15 Agustus 2018.

Piter khawatir para pelaku pasar justru melihat langkah BI ini terlalu buru-buru, mengingat bank sentral Amerika Serikat atau The Fed kemungkinan baru bulan depan menaikkan suku bunga. Jika begitu, kata Piter, BI bisa jadi terdorong menaikkan kembali suku bunga acuan.

Sebelumnya, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 14-15 Agustus 2018 memutuskan untuk menaikkan BI 7DRR sebesar 25 bps menjadi 5,50 persen. Suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 4,75 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 6,25 persen.

Advertising
Advertising

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan keputusan tersebut konsisten dengan upaya untuk mempertahankan daya tarik pasar keuangan domestik dan mengendalikan defisit transaksi berjalan dalam batas yang aman.

Lebih lanjut Piter mengatakan bila setiap tekanan terhadap rupiah selalu dijawab dengan menaikkan suku bunga acuan, maka akan berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.

"Perlu juga melihat apa yang terjadi di Argentina yang sekarang menghadapi krisis nilai tukar seperti di Turki. Argentina menaikkan suku bunga acuan hingga 40 persen. Kebijakan itu tidak menjadi solusi yang efektif. Argentina tetap terjebak krisis," ujar Piter.

HENDARTYO HANGGI | KARTIKA ANGGRAENI

Berita terkait

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

2 jam lalu

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

Tiga bulan pertama 2024, kredit BNI utamanya terdistribusi ke segmen kredit korporasi swasta.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

12 jam lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

22 jam lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

23 jam lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

1 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

2 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

3 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

3 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

3 hari lalu

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

4 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya