Investasi Lesu, BKPM Akui Target Rp 765 Triliun Sulit Dicapai

Reporter

Bisnis.com

Selasa, 14 Agustus 2018 16:18 WIB

Tom Lembong. Dok. TEMPO/ Bernard Chaniago

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Koordinasi Penanaman Modal mengakui target investasi 2018 sebesar Rp765 triliun akan sulit dicapai dalam situasi ekonomi saat ini. Hingga semester I/2018, realisasi investasi tercatat mencapai Rp 361,6 triliun atau tumbuh 7,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sekitar Rp 336,7 triliun.

BACA: BKPM Catat Realisasi Investasi Kuartal Kedua Capai Rp 176,3 Triliun

Namun, angka ini baru mencapai 47,26 persen dari total target sepanjang tahun. Untuk kuartal II/2018 saja, realisasi investasinya sebesar Rp 176,3 triliun atau melambat 3,1 persen secara year-on-year (yoy) yang nilainya Rp 170,9 triliun.

Pada kuartal II/2017, pertumbuhan investasi dalam negeri dan asing tercatat meningkat 12,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas T. Lembong menuturkan dengan perlambatan pada kuartal kedua kali ini, pencapaian target 2018 menjadi lebih sulit. "Tapi seperti yang saya katakan, pemerintah tidak akan diam dan akan mengambil terobosan yang drastis, bila perlu guna menangkal efek negatif," katanya, Selasa, 14 Agustus 2018.

BACA: Sri Mulyani Targetkan Investasi Tumbuh 7 Persen di Semester Dua

Terobosan drastis tersebut antara lain menekan impor untuk menghemat devisa, memperbaiki defisit di neraca perdagangan sekaligus defisit transaksi berjalan melalui pemanfaatan biofuel 20 persen (B20), mengkaji insentif super tax holiday atau tax deduction bagi industri barang setengah jadi; serta menyiapkan terobosan di sektor e-commerce dan digital ekonomi.

Lembong mengemukakan sektor e-commerce dan smelter telah berhasil menyelamatkan investasi asing langsung di dalam negeri dalam lima tahun terakhir. "Mengingat peran yang luar biasa dari sektor-sektor ini, kami akan mendorong upaya-upaya terobosan untuk terus mempertahankan momentum investasi di digital economy," ungkapnya.

Lebih lanjut, BKPM menilai pengendalian laju impor merupakan langkah strategis. Terlebih, posisi neraca perdagangan dan transaksi berjalan yang negatif akan memaksa Indonesia untuk mengencangkan ikat pinggang. BKPM bakal membantu memprioritaskan barang modal yang mendukung investasi dan bisa mengurangi ketergantungan impor melalui insentif bea dan cukai, yaitu master list.

Tidak hanya itu, Lembong berharap di tengah kondisi yang tidak menentu ini pemerintah menjaga kebijakannya agar tidak blunder. Pasalnya, kebijakan yang mengagetkan akan berdampak negatif terhadap investasi.

Dalam catatan BKPM, realisasi investasi paling besar di Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) pada kuartal II/2018 adalah di sektor pertambangan dengan nilai Rp 28,2 triliun. Realisasi investasi di sektor transportasi, gudang dan telekomunikasi adalah Rp 25,6 triliun, selanjutnya sektor Listrik, Gas dan Air sebesar Rp 20,8 triliun.

Advertising
Advertising

BISNIS

Berita terkait

Microsoft Investasi Rp35,6 triliun di Malaysia, Bagaimana dengan di Indonesia?

21 jam lalu

Microsoft Investasi Rp35,6 triliun di Malaysia, Bagaimana dengan di Indonesia?

Microsoft siap investasi Rp35,6 triliun di Malaysia, bagaimana dengan rencana investasinya di Indonesia?

Baca Selengkapnya

Kejati Bali Buka Peluang Kembangkan Kasus Pemerasan Bendesa Adat ke Investor Lain

23 jam lalu

Kejati Bali Buka Peluang Kembangkan Kasus Pemerasan Bendesa Adat ke Investor Lain

Kejaksaan Tinggi membuka peluang mengembangkan kasus dugaan pemerasan Bendesa Adat di Bali.

Baca Selengkapnya

LPEM UI: Proyeksi Ekonomi RI Tumbuh 5,15 Persen di Kuartal I 2024

1 hari lalu

LPEM UI: Proyeksi Ekonomi RI Tumbuh 5,15 Persen di Kuartal I 2024

Perayaan bulan suci Ramadan dan hari raya Idul Fitri juga dapat memacu pertumbuhan ekonomi domestik lebih lanjut.

Baca Selengkapnya

Bendesa Adat Diduga Peras Pengusaha Rp 10 Miliar, Seperti Apa Perannya dalam Izin Investasi di Bali?

1 hari lalu

Bendesa Adat Diduga Peras Pengusaha Rp 10 Miliar, Seperti Apa Perannya dalam Izin Investasi di Bali?

Kejaksaan Tinggi Bali menangkap seorang Bendesa Adat karena diduga telah memeras seorang pengusaha untuk rekomendasi izin investasi.

Baca Selengkapnya

Basuki Hadimuljono Pastikan Groundbreaking Keenam di IKN Setelah World Water Forum 2024 Digelar

2 hari lalu

Basuki Hadimuljono Pastikan Groundbreaking Keenam di IKN Setelah World Water Forum 2024 Digelar

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan groundbreaking keenam di IKN dilakukan akhir Mei atau awal Juni 2024.

Baca Selengkapnya

Delegasi Uni Eropa Kunjungi IKN untuk Jajaki Peluang Investasi

2 hari lalu

Delegasi Uni Eropa Kunjungi IKN untuk Jajaki Peluang Investasi

Delegasi Uni Eropa mengunjungi Ibu Kota Nusantara (IKN) untuk penjajakan peluang investasi.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

3 hari lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Kejati Bali Lakukan OTT Anggota Bendesa Adat yang Diduga Lakukan Pemerasan Investasi

3 hari lalu

Kejati Bali Lakukan OTT Anggota Bendesa Adat yang Diduga Lakukan Pemerasan Investasi

Kejati Bali melakukan operasi tangkap tangan (OTT) terhadap oknum Bendesa Adat di Bali. Bendesa itu diduga melakukan pemerasan investasi.

Baca Selengkapnya

Apple dan Microsoft Bilang ke Jokowi Mau Investasi di Indonesia, Ahli ICT Beri Catatan Ini

3 hari lalu

Apple dan Microsoft Bilang ke Jokowi Mau Investasi di Indonesia, Ahli ICT Beri Catatan Ini

Ahli ini menyatakan tak anti investasi asing, termasuk yang dijanjikan datang dari Apple dan Microsoft.

Baca Selengkapnya

Rencana Investasi Microsoft Senilai Rp 27,6 Triliun, Pengamat: Harus Jelas Pembuktiannya

3 hari lalu

Rencana Investasi Microsoft Senilai Rp 27,6 Triliun, Pengamat: Harus Jelas Pembuktiannya

Rencana investasi Microsoft itu diumumkan melalui agenda Microsoft Build: AI Day yang digelar di Jakarta.

Baca Selengkapnya