BI: Neraca Pembayaran Indonesia Defisit USD 4,3 Miliar
Reporter
Kartika Anggraeni
Editor
Martha Warta Silaban
Jumat, 10 Agustus 2018 20:28 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia mencatat Neraca Pembayaran Indonesia atau NPI pada triwulan II 2018 mengalami defisit sebesar US$ 4,3 miliar. Direktur Eksekutif Kepala Departemen Statistik Bank Indonesia Yati Kurniati mengatakan defisit tersebut disebabkan karena surplus dari transaksi modal dan finansial belum cukup untuk membiayai neraca transaksi berjalan triwulan II 2018 yang mengalami defisit US$ 8,0 miliar.
BACA: Neraca Perdagangan Terus Menerus Defisit, Ekonom Usulkan Ini
"Surplus transaksi modal dan finansial masih belum cukup membiayai defisit neraca transaksi berjalan," ujar Yati di Bank Indonesia, Jumat, 10 Agustus 2018.
Yati mengatakan transaksi modal dan finansial pada triwulan II 2018 mengalami surplus US$ 4,0 miliar. Angka tersebut lebih besar dibandingkan triwulan sebelumnya dengan surplus sebesar US$ 2,4 miliar.
"Surplus transaksi modal dan finansial terutama berasal dari aliran masuk investasi langsung asing yang tetap tinggi dan investasi portofolio yang kembali mencatat surplus," tutur dia.
BACA: BI: Kenaikan Defisit Neraca Transaksi Berjalan Naik 3 Persen PDB
Ia mengatakan surplus investasi lainnya juga meningkat karena didorong penarikan simpanan penduduk pada bank di luar negeri untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan di dalam negeri.
Yati menuturkan kinerja NPI ke depan diperkirakan masih tetap baik dan dapat terus menopang ketahanan sektor eksternal. "Defisit transaksi berjalan untuk keseluruhan 2018 diprakirakan masih dalam batas aman yaitu tidak melebihi 3,0 persen dari PDB," kata dia.
Bank Indonesia, kata dia, akan terus mencermati perkembangan global yang dapat mempengaruhi prospek NPI antara lain ketidakpastian pasar keuangan global yang tetap tinggi, kecenderungan penerapan inward-oriented trade policy di sejumlah negara, dan kenaikan harga minyak dunia. Selain itu, Bank Indonesia akan terus memperkuat bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi, serta memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah dalam mendorong kelanjutan reformasi struktural.
Baca berita tentang defisit lainnya di Tempo.co.