Perang Dagang AS Cina, Darmin: Indonesia Tidak Bisa Berbuat Banyak

Kamis, 21 Juni 2018 12:17 WIB

Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution (tengah) mendengar penjelasan Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar (kanan) saat meninjau proyek stasiun bawah tanah MRT Jakarta fase I di stasiun Senayan, Jakarta, Senin, 11 Juni 2018. Darmin melakukan kunjungan ke proyek MRT rute Lebak Bulus-Bunderan HI pada hari pertama cuti bersama Lebaran 2018. TEMPO/M Taufan Rengganis

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyebut Indonesia tidak bisa berbuat banyak terhadap perang dagang yang terjadi antara dua negara adidaya, Amerika Serikat dan Cina. Meski, ia mengatakan tidak senang dengan adanya kondisi itu.

"Walaupun perang dagang itu merugikan semuanya, kita tidak bisa banyak berbuat, sebab antara Cina, Eropa dan Amerika saja mereka enggak bisa bicara. Kita cari saja keuntungan untuk kita," ujar Darmin di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Kamis, 21 Juni 2018.

BACA:Perang Dagang AS Cina Dongkrak Kenaikan Harga Emas

Ketimbang memusingkan fenomena itu, Darmin mengatakan Indonesia kini masih sibuk mengurusi dirinya sendiri. "Bahwa kita sejak 2-3 bulan lalu itu kursnya agak terganggu."

Bukan hanya itu, dalam periode yang sama pula neraca perdagangan Indonesia masih negatif alias defisit. "Itu jadi yang nomor satu kita urusi, kita tidak perlu terlalu fokus kepada perang dagang orang-orang itu, fokus pada urusan kita saja," kata Darmin.

Artinya, pemerintah kini tengah memutar otak untuk mengembalikan neraca perdagangan Indonesia ke angka positif. Menurut dia, defisitnya neraca perdagangan Indonesia belakangan ini dipicu oleh melonjaknya impor menjelang lebaran. Serta, melesunya pertumbuhan ekspor, yang utamanya dipicu oleh kebijakan negara lain, misalnya bea masuk CPO di India yang terlampau tinggi.

BACA: Perang Dagang, Neraca Perdagangan Indonesia Terancam Defisit

Meski demikian, Darmin tetap mengikuti dan memantau perkembangan perang dagang itu. Khususnya untuk melihat peluang Indonesia mendapatkan keuntungan dari situasi yang semakin menghangat itu.

Misalnya, dengan mengambil ceruk pasar ekspor alumunium dan besi ke AS lantaran Indonesia tidak dikenakan bea masuk yang besar. "Kita akan bisa memulai dengan situasi bea masuk itu. Sebab situasi kita berbeda dengan situasi yang dihadapi negara-negara yang sudah lama mengekspor ke Amerika (dikenai bea masuk tinggi)," ujar Darmin.

Perang dagang antara Amerika dan Cina makin menghangat setelah Presiden Donald Trump mengumumkan rencana pengenaan tarif impor untuk 800 produk asal Cina dengan total nilai US$ 50 miliar terhitung mulai 6 Juli 2018. Produk otomotif andalan Cina termasuk yang akan mengalami kenaikan tarif di Amerika.

Sebagai balasan, Cina pun bersiap mengenakan tarif impor pada 659 produk asal Amerika, mulai kedelai, mobil, hingga makanan laut.

BACA:Perang Dagang AS-Cina, Menko Darmin Lihat Peluang bagi Indonesia

Berita terkait

Di Forum AIFED, Sri Mulyani Sebut Fragmentasi Ekonomi Dunia Semakin Meningkat

6 Desember 2023

Di Forum AIFED, Sri Mulyani Sebut Fragmentasi Ekonomi Dunia Semakin Meningkat

Sri Mulyani mengatakan telah terjadi perubahan cara pandang dalam memandang proses hubungan internasional, perdagangan.

Baca Selengkapnya

Jurnalisnya Ditahan di Cina, PM Australia Bersiap ke Beijing

25 Juni 2023

Jurnalisnya Ditahan di Cina, PM Australia Bersiap ke Beijing

Perdana Menteri Australia segera bertolak ke Cina untuk membahas hubungan bilateral kedua negara.

Baca Selengkapnya

Bahlil Paparkan 4 Goncangan Global Ancam Perekonomian Indonesia Sejak 2018

5 Oktober 2022

Bahlil Paparkan 4 Goncangan Global Ancam Perekonomian Indonesia Sejak 2018

Menteri Bahlil menyatakan sedikitnya ada empat goncangan global yang mengancam perekonomian Indonesia terjadi dalam kurun 2018 hingga 2022.

Baca Selengkapnya

Sebut Kondisi Global Sangat Gelap, Bahlil Uraikan Banyaknya Fakta Ketidakpastian

4 Oktober 2022

Sebut Kondisi Global Sangat Gelap, Bahlil Uraikan Banyaknya Fakta Ketidakpastian

Kepala BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal) Bahlil Lahadalia mengungkapkan kondisi global saat ini sangat gelap.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat dan Uni Eropa Sepakat Akhiri Perang Tarif Baja Era Donald Trump

31 Oktober 2021

Amerika Serikat dan Uni Eropa Sepakat Akhiri Perang Tarif Baja Era Donald Trump

Amerika Serikat dan Uni Eropa sepakat untuk mengakhiri perang tarif untuk baja dan aluminium AS yang diberlakukan oleh mantan Presiden Donald Trump.

Baca Selengkapnya

Ajakan Bertemu Tatap Muka Ditolak Xi Jingping? Ini Kata Joe Biden

15 September 2021

Ajakan Bertemu Tatap Muka Ditolak Xi Jingping? Ini Kata Joe Biden

Presiden Joe Biden membantah bahwa tawarannya untuk bertemu tatap muka telah ditolak pemimpin Cina, Xi Jinping.

Baca Selengkapnya

Rencana 6G Huawei Dirilis 2030, Kecepatan 50 Kali Lipat 5G

16 April 2021

Rencana 6G Huawei Dirilis 2030, Kecepatan 50 Kali Lipat 5G

Menunjukkan kemajuan yang telah dibuat Huawei, bahkan saat perusahaan itu di puncak pembatasan ketat oleh Amerika Serikat dan beberapa sekutunya.

Baca Selengkapnya

Boeing Minta Urusan HAM dan Sengketa Dagang Tak Dicampur

1 April 2021

Boeing Minta Urusan HAM dan Sengketa Dagang Tak Dicampur

Boeing meminta agar ada pemisahan antara permasalahan HAM dengan sengketa dagang sehingga tidak ada kesempatan bagi kompetitor untuk ambil untung

Baca Selengkapnya

5 Hal Seputar Krisis Chip Dunia, Pandemi Bukan Satu-satunya Penyebab

22 Maret 2021

5 Hal Seputar Krisis Chip Dunia, Pandemi Bukan Satu-satunya Penyebab

Berikut 5 hal yang harus diketahui seputar kelangkaan suplai chip di dunia saat ini

Baca Selengkapnya

Perang Dagang Amerika Cina Belum Reda, Ini Kebijakan Mendag Lutfi

31 Januari 2021

Perang Dagang Amerika Cina Belum Reda, Ini Kebijakan Mendag Lutfi

Mendag Muhammad Lutfi mengatakan Indonesia akan terus menjalin hubungan bilateral dengan Amerika Serikat dan Cina

Baca Selengkapnya