Sri Mulyani Curigai Bahasan Utang Dimanfaatkan Elite Politik

Jumat, 23 Maret 2018 20:31 WIB

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati berpidato dalam pertemuan negara-negara G-20 di Buenos Aires, Argentina, 20 Maret 2018. facebook.com

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan penilaian tentang perdebatan soal utang negara yang telah menimbulkan kepanikan di tengah masyarakat. Dia ingin mendudukkan masalah tersebut, agar masyarakat dan elite politik tidak terjangkit histeria dan kekhawatiran berlebihan yang menyebabkan kondisi masyarakat menjadi tidak produktif.

Menurut Sri Mulyani, jika tujuan menyoroti utang negara untuk membuat masyarakat resah, ketakutan, dan penjadi panik, hal tersebut merupakan upaya politik destruktif. “Sungguh tidak sesuai semangat demokrasi yang baik dan membangun,” kata dia dalam keterangan terlulisnya, Jumat, 23 Maret 2018.

Simak: Ini Strategi Sri Mulyani Genjot Penerimaan Pajak di 2018

Utang, kata Sri Mulyani, merupakan instrumen kebijakan dalam pengelolaan keuangan negara dan perekonomian. Utang bukanlah tujuan dan bukan instrumen kebijakan satu-satunya dalam pengelolaan perekonomian. “Dalam konteks keuangan negara dan neraca keuangan pemerintah, banyak komponen lain selain utang yang harus juga diperhatikan,” tutur dia.

Sebelumnya, ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira, mengatakan kenaikan ULN ini cukup mengkhawatirkan dan kurang produktif karena tidak sebanding dengan penerimaan pajak negara. "Pertumbuhan utang luar negeri mencapai 10,3 persen, tapi kalau kita cek kinerja penerimaan pajak hanya tumbuh 4 persen rata-rata dalam dua tahun terakhir," kata Bhima saat dihubungi Tempo pada Kamis malam, 15 Maret 2018.

Advertising
Advertising

Menurut Bhima, rasio pembayaran cicilan pokok dan bunga utang terhadap penerimaan pajak pada 2016 sudah mencapai 31 persen. Sedangkan di tahun 2011 26 persen.

Selain itu, Bhima melanjutkan, bertambahnya utang luar negeri juga tidak berkorelasi dengan naiknya pertumbuhan ekonomi. "Utang naik 10,3 persen, sementara ekonomi hanya tumbuh 5 persen. Ini ada diskonektivitas," kata Bhima.

Namun, Bhima menambahkan, adalah hal wajar jika pemerintah mengatakan utang luar negeri Indonesia masih pada level aman. "Pemerintah tentu ingin membuat pasar lebih tenang dan tidak panik. Pemerintah juga perlu meyakinkan calon investor bahwa Indonesia masih on the track," ujarnya.

Selain melihat utang, nilai aset negara juga harus dilihat. Sri Mulyani menjelaskan, dari hasil evaluasi pada 2017, aset negara telah meningkat hingga 239 persen. Di mana nilai aset tersebut mengalami kenaikan hingga Rp 1.867 triliun, dari Rp 781 triliun menjadi Rp 2.648. “Kenaikan kekayaan negara tersebut harus dilihat sebagai pelengkap dalam melihat masalah utang,” ucap Sri Mulyani.

Berita terkait

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

8 jam lalu

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

Direktorat Jenderal Bea dan Cuka (Bea Cukai) mendapat kritik dari masyarakat perihal sejumlah kasus viral.

Baca Selengkapnya

Minta Perbaikan Kinerja, Pernyataan Lengkap Sri Mulyani tentang Alat Belajar SLB Dipajaki Bea Cukai

12 jam lalu

Minta Perbaikan Kinerja, Pernyataan Lengkap Sri Mulyani tentang Alat Belajar SLB Dipajaki Bea Cukai

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati tanggapi kasus penahanan hibah alat belajar SLB oleh Bea Cukai.

Baca Selengkapnya

Beberapa Kasus Terkait Bea Cukai yang Menghebohkan Publik

15 jam lalu

Beberapa Kasus Terkait Bea Cukai yang Menghebohkan Publik

Bea cukai sedang disorot masyarakat. Ini beberapa kasus yang membuat heboh

Baca Selengkapnya

Rangkuman Poin Kehadiran Sri Mulyani di Forum IMF-World Bank

1 hari lalu

Rangkuman Poin Kehadiran Sri Mulyani di Forum IMF-World Bank

Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengatakan terdapat tiga hal utama dari pertemuan tersebut, yaitu outlook dan risiko ekonomi global.

Baca Selengkapnya

Viral Berbagai Kasus Denda Bea Masuk Barang Impor, Sri Mulyani Instruksikan Ini ke Bos Bea Cukai

1 hari lalu

Viral Berbagai Kasus Denda Bea Masuk Barang Impor, Sri Mulyani Instruksikan Ini ke Bos Bea Cukai

Sri Mulyani merespons soal berbagai kasus pengenaan denda bea masuk barang impor yang bernilai jumbo dan ramai diperbincangkan belakangan ini.

Baca Selengkapnya

Bertubi-tubi Penghargaan untuk Bobby Nasution, Terakhir Menantu Jokowi Raih Satyalancana dan Tokoh Nasional

3 hari lalu

Bertubi-tubi Penghargaan untuk Bobby Nasution, Terakhir Menantu Jokowi Raih Satyalancana dan Tokoh Nasional

Wali Kota Medan Bobby Nasution boleh dibilang banjir penghargaan. Menantu Jokowi ini dapat penghargaan Satyalancana baru-baru ini.

Baca Selengkapnya

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

3 hari lalu

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

Pada perdagangan Kamis, kurs rupiah ditutup melemah pada level Rp 16.187 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Semakin Turun, Surplus APBN Maret 2024 Hanya Rp 8,1 Triliun

3 hari lalu

Semakin Turun, Surplus APBN Maret 2024 Hanya Rp 8,1 Triliun

Sri Mulyani menilai kinerja APBN triwulan I ini masih cukup baik.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Anggaran Pemilu 2024 Belum Terbelanjakan Rp 12 Triliun

3 hari lalu

Sri Mulyani: Anggaran Pemilu 2024 Belum Terbelanjakan Rp 12 Triliun

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan masih ada Rp 12,3 triliun anggaran Pemilu 2024 yang belum terbelanjakan.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Penyaluran Bansos Januari-Maret 2024 Mencapai Rp 43 Triliun

3 hari lalu

Sri Mulyani: Penyaluran Bansos Januari-Maret 2024 Mencapai Rp 43 Triliun

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan penyaluran bantuan sosial atau Bansos selama Januari-Maret 2024 mencapai Rp 43 triliun.

Baca Selengkapnya