Bursa Saham Amerika Anjlok dan Terburuk Sejak 2012, Sebabnya?

Selasa, 6 Februari 2018 19:49 WIB

Ilustrasi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup naik. (ANTARAFOTO)

TEMPO.CO, Jakarta - Bursa saham di New Yok Stock Exchange atau Bursa Efek New York, Wall Street, Amerika Serikat mengalami penurunan terburuk dalam enam tahun terakhir atau sejak 2012. Sejumlah saham mulai berguguran pada hari Senin, 5 Februari 2018, waktu setempat.

Michael Yoshikami, CEO Destination Wealth Management, sebuah firma penyedia jasa manajemen dan perencanaan pajak menilai kegelisahan masih menaungi investor di Amerika Serikat. "Terutama saat mereka terus memikirkan hal ini (penurunan nilai saham)," katanya sebagaimana dikutip dari CNBC, Selasa, 6 Februari 2018.

Penurunan, salah satunya dialami oleh Indeks Dow Jones Industrial Average, turun drastis sekitar 1.175,21 poin ke level 24.345,75, atau sekitar 4,6 persen. Penurunan ini dinilai merupakan yang terburuk dalam sejarah pasar saham di Amerika Serikat.

Simak: Pengusaha Usulkan Aturan Bursa Saham Khusus

Selain itu, Indeks S&P 500 juga mengalami penurunan sebesar 113,19 poin ke level 2.648,94 atau sekitar 4,1 persen. Terakhir, penurunan dialami oleh indeks Nasdaq Composite yang turun sebesar 273,42 poin ke level 6.967,53, atau sekitar 3,78 persen.

Advertising
Advertising

Penurunan harga saham Amerika Serikat ini pun berimbas saham di sejumlah wilayah Aisa dan Eropa. Hanya Indeks Shanghai Composite yang cukup kuat melawan tren penurunan dengan mencatatkan kenaikan 0,7 persen. Sebaliknya, Indeks FTSE 100 mengalami penurunan paling tajam dalam 10 bulan terakhir, mencapai 1,5 persen.

Jeffrey Kleintop, Chief Global Investment Strategist pada Charles Schwab, sebuah firma broker mengatakan penurunan bursa saham ini bukanlah disebabkan oleh aspek fundamental ataupun persitiwa makro ekonomi. Ia menilai penurunan ini merupakan imbas dari perdagangan berbasis komputer. Namun ia meyakini penurunan ini tidak akan berlangsung lama. "Bisa dikoreksi dengan cepat dan akan mengalami rebound," ujarnya,

FAJAR PEBRIANTO | CNBC | TELEGRAPH

Berita terkait

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

3 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Hari Ini IHSG Diperkirakan Menguat, Saham Apa Saja yang Potensial Dilirik?

9 hari lalu

Hari Ini IHSG Diperkirakan Menguat, Saham Apa Saja yang Potensial Dilirik?

Analis PT Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada memperkirakan IHSG pada awal pekan ini menguat bila dibandingkan pekan lalu. Apa syaratnya?

Baca Selengkapnya

Senin Depan, BEI Terapkan Full Call Auction di Papan Pemantauan Khusus

40 hari lalu

Senin Depan, BEI Terapkan Full Call Auction di Papan Pemantauan Khusus

BEI akan menerapkan mekanisme perdagangan lelang berkala secara penuh atau full call auction di Papan Pemantauan Khusus pada Senin pekan depan.

Baca Selengkapnya

Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun

25 Februari 2024

Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun

Aliran modal asing tetap surplus kendati ada penjualan Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), karena jumlah modal masuk ke pasar saham jauh lebih besar.

Baca Selengkapnya

Microsoft Salip Apple di Pasar Saham dengan Keunggulan AI

30 Januari 2024

Microsoft Salip Apple di Pasar Saham dengan Keunggulan AI

Para investor sepakat bahwa Microsoft berkembang jauh lebih signifikan dibanding Apple, bahkan untuk lima tahun ke depan.

Baca Selengkapnya

Israel Selidiki Investor Untung Jutaan Dollar karena Sudah Antisipasi Serangan Hamas 7 Oktober

5 Desember 2023

Israel Selidiki Investor Untung Jutaan Dollar karena Sudah Antisipasi Serangan Hamas 7 Oktober

Israel sedang menyelidiki klaim peneliti AS bahwa beberapa investor mungkin telah mengetahui sebelumnya tentang rencana serangan Hamas

Baca Selengkapnya

Potensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual

4 Desember 2023

Potensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi menjelaskan bahwa ke depan potensi bursa karbon masih cukup besar.

Baca Selengkapnya

BEI Ungkap Penyebab Sepinya Bursa Karbon Dibandingkan dengan Bursa Saham

30 November 2023

BEI Ungkap Penyebab Sepinya Bursa Karbon Dibandingkan dengan Bursa Saham

Dari sisi transaksi bursa karbon tercatat sudah ada lebih dari 490 ribu ton dengan nilai harga jual karbon terakhir senilai Rp 59.200.

Baca Selengkapnya

2024, BEI Bidik Nilai Transaksi Harian Rp 12,25 Triliun

26 Oktober 2023

2024, BEI Bidik Nilai Transaksi Harian Rp 12,25 Triliun

PT Bursa Efek Indonesia (BEI) membidik rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) pada tahun 2024 sebesar Rp 12,25 triliun pada tahun 2024.

Baca Selengkapnya

Transaksi Harian Jeblok 29 Persen, BEI: Ada Shifting Investasi dengan New Normal

7 Oktober 2023

Transaksi Harian Jeblok 29 Persen, BEI: Ada Shifting Investasi dengan New Normal

Bursa Efek Indonesia (BEI) membeberkan alasan nilai transaksi harian di pasar modal Indonesia yang jeblok dibandingkan tahun lalu.

Baca Selengkapnya