Aprindo: Ada Peluang Mengembangkan Bisnis Ritel di Luar Jawa

Reporter

Aditya Budiman

Editor

Martha Warta

Senin, 8 Januari 2018 11:30 WIB

Department Store Debenhams menggelar program Black Friday yang menawarkan potongan harga hingga 80 persen di Senayan City Jakarta, 25 November 2017. Program diskon berlangsung selama 24-26 November 2017. Tempo | Hendartyo Hanggi

TEMPO.CO, Jakarta -Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Mandel menyatakan ada peluang mengembangkan Bisnis Ritel di luar Jawa. Menurut dia, perkembangan sektor ritel saat ini masih bertumpu di kota-kota di Pulau Jawa. "Kami prediksi bisa (ekspansi) ke luar Jawa," kata dia saat dihubungi Tempo, kemarin.

Beberapa kota besar yang berada di kawasan Indonesia bagian timur mempunyai potensi. Wilayah seperti Lombok, Ambon, Papua dan Kalimantan bisa menjadi pertimbangan para pelaku usaha untuk merelokasi toko atau unit usahanya. "Pertumbuhan (ritel) bisa didominasi di luar Jawa," ucap Roy.

Baca: Debenhams Tutup, Antrean Panjang di Depan Kasir Toko

Menanggapi tutupnya sejumlah toko ritel di kota besar pada 2017, Roy menyatakan langkah itu bagian dari strategi bisnis. Ia menilai salah satu alasan pelaku ritel menutup toko karena perubahan konsumen. Langkah rekolasi, di sisi lain disebut-sebut Roy karena ada toko yang dianggap sudah tidak produktif. "Bisa karena masyarakat sudah jenuh atau areanya berubah menjadi kawasan komersial," kata dia.

Sekretaris Perusahaan PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk Setiadi Surya menilai ekspansi ke luar Jawa bisa dilakukan. Namun, menurut dia, pendorong ekonomi di wilayah luar Jawa saat ini masih didominasi oleh sektor perkebunan atau pertambangan. Ramayana hingga sekarang belum berencana melebarkan sayap ke luar Jawa. "Kami mau fokus ke Jabodetabek dan masih di Pulau Jawa," ucap Setiadi.

Advertising
Advertising

Meski demikian, lanjut Setiadi, pembangunan infrastruktur yang tengah digenjot pemerintah bisa menjadi pendorong berkembangnya sektor atau bisnis ritel di luar Jawa. Ia berharap proyek infrastruktur yang tuntas dikerjakan bisa berdampak kepada sektor ritel.

Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Christine Natasya memperkirakan prospek ritel di 2018 akan cerah karena ada dukungan pemerintah. Salah satu indikatornya ialah pengeluaran Kementerian Sosial yang meningkat 138 persen secara year on year menjadi Rp 41,3 triliun di APBN 2018. "Ini diharapkan dapat menolong pengeluaran rumah tangga berpenghasilan rendah," kata dia.

Ditambah lagi dengan tidak adanya penyesuaian tarif listrik, Christine memprediksi terjadi perbaikan daya beli di masyarakat. Tidak hanya itu, kenaikan upah minimun 2018 yang lebih tinggi dari 2017 akan menjadi faktor positif bagi daya beli konsumen.

Berita terkait

Prediksi Ritel Tumbuh 4,2 Persen hingga Akhir 2023, Aprindo: Kalau Suasana Kondusif

16 November 2023

Prediksi Ritel Tumbuh 4,2 Persen hingga Akhir 2023, Aprindo: Kalau Suasana Kondusif

Aprindo memprediksi pertumbuhan usaha ritel nasional tumbuh hingga 4,2 persen hingga akhir tahun.

Baca Selengkapnya

Harga Beras Kian Meroket, Aprindo Minta Bulog Gelontorkan 2.500 Ton ke Ritel Setiap Bulan

21 September 2023

Harga Beras Kian Meroket, Aprindo Minta Bulog Gelontorkan 2.500 Ton ke Ritel Setiap Bulan

Roy Nicholas Mandey mengaku telah meminta Perum Bulog menggelontorkan stok beras ke ritel sebanyak 2.500 ton. Hal tersebut untuk meredam kenaikan harga beras secara nasional.

Baca Selengkapnya

Sederet Ancaman Pengusaha ke Pemerintah yang Tak Kunjung Bayar Rafaksi Minyak Goreng

20 Agustus 2023

Sederet Ancaman Pengusaha ke Pemerintah yang Tak Kunjung Bayar Rafaksi Minyak Goreng

Aprindo beberkan sejumlah ancaman kepada pemerintah yang tak kunjung melunasi utang rafaksi minyak goreng. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Aprindo Tidak Kunjung Berhasil Tagih Utang Minyak Goreng, Aprindo: Kami Minta Transparansi

11 Mei 2023

Aprindo Tidak Kunjung Berhasil Tagih Utang Minyak Goreng, Aprindo: Kami Minta Transparansi

Perwakilan Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia (Aprindo) terus menagih utang subsidi atau rafaksi minyak goreng.

Baca Selengkapnya

Alasan 7 dari 10 Konsumen Pilih Belanja Langsung dan Daring

13 Maret 2023

Alasan 7 dari 10 Konsumen Pilih Belanja Langsung dan Daring

Penelitian mencatat tujuh dari 10 konsumen di kawasan Asia Pasifik cenderung memilih berbelanja secara daring sekaligus datang ke gerai.

Baca Selengkapnya

Betulkah Pengusaha Ritel Tak Ambil Margin dari Penjualan Beras Bulog? Ini Kata Aprindo

9 Februari 2023

Betulkah Pengusaha Ritel Tak Ambil Margin dari Penjualan Beras Bulog? Ini Kata Aprindo

Buwas mengklaim pengusaha ritel tidak mendapatkan margin sama sekali dari penjualan beras Bulog ukuran 5 kilogram seharga Rp 47.250.

Baca Selengkapnya

Pekan Ini Beras Bulog 5 Kg Dijual di Indomaret dan Alfamart

9 Februari 2023

Pekan Ini Beras Bulog 5 Kg Dijual di Indomaret dan Alfamart

Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso alias Buwas mengumumkan beras Bulog akan mulai dijual di ritel modern Alfamart dan Indomaret pekan ini.

Baca Selengkapnya

Gerai Makanan dan Minuman Merugi, Aprindo: Tidak Memperhitungkan Perubahan Zaman

9 Februari 2023

Gerai Makanan dan Minuman Merugi, Aprindo: Tidak Memperhitungkan Perubahan Zaman

Ketua Umum Aprindo Roy Nicholas Mandey mengungkap penyebab banyaknya gerai makanan dan minuman yang tutup.

Baca Selengkapnya

Aprindo Bantah Minyakita Langka Karena Dijual di Ritel Modern: Peminatnya Tidak Banyak

9 Februari 2023

Aprindo Bantah Minyakita Langka Karena Dijual di Ritel Modern: Peminatnya Tidak Banyak

Ketua Umum Aprindo Roy Nicholas Mandey mengatakan ritel modern selama ini tidak banyak menjual Minyakita. Minyakita juga tidak diminati pembeli.

Baca Selengkapnya

29 Bank Masuk BI Fast, Mewakili 87 Persen Sistem Pembayaran Ritel Nasional

29 November 2022

29 Bank Masuk BI Fast, Mewakili 87 Persen Sistem Pembayaran Ritel Nasional

Bank Indonesia (BI) mengumumkan ada jumlah peserta BI Fast kini bertambah sebanyak 29 bank.

Baca Selengkapnya