TEMPO.CO , Jakarta - Kementerian Energi Sumber Daya Mineral menyatakan penurunan harga solar bersubsidi menjadi Rp 6.700 per liter merupakan hasil diskusi dengan PT Pertamina (Persero). Namun harga Premium dianggap sulit turun lantaran masih ada defisit dari harga jual saat ini. "Premium deltanya negatif. Untuk harga saat ini masih sulit," ujar Direktur Jenderal Migas I.G.N. Wiratmadja, Kamis, 7 Oktober 2015.
Jumlah rupiah yang dikurangi dalam harga solar, yakni Rp 200, dianggap Wirat tidak membebani keuangan Pertamina. Jika lebih dari itu, harga jual bisa defisit.
Namun, menurut Wirat, harga Premium masih berpeluang diturunkan dalam masa evaluasi harga BBM pada akhir Desember mendatang. "Solar juga bisa turun kalau harga minyak dunia trennya turun terus."
Ditjen Migas sebenarnya mengusulkan opsi pengurangan PPN agar mengurangi harga BBM secara signifikan. Tapi proposal itu ternyata tidak diakomodasi Kementerian Keuangan. "Ternyata tidak bisa dilakukan dalam jangka pendek. Mungkin dalam jangka panjang," kata Wirat.
ROBBY IRFANY