TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo membahas kondisi perekonomian Indonesia dan global bersama pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat. Dalam pertemuan tersebut, Agus menjelaskan, kondisi perekonomian Indonesia dipengaruhi faktor eksternal.
Agus mencontohkannya dengan perekonomian Amerika Serikat yang semakin membaik dan berencana menaikan suku bunga acuan. Juga adanya penurunan ekonomi Cina, jatuhnya harga komoditas dalam tiga tahun terakhir, serta harga minyak mentah dunia yang anjlok setelah selesainya masalah Iran.
Baca Juga:
"Dibarengi lagi dengan devaluasi yuan, "kata Agus di Jakarta, Rabu, 26 Agustus 2015.
Sentimen-sentimen itu, menurut Agus, mempengaruhi penurunan pemasukan Indonesia. Ditambah lagi jatuhnya pasar modal. Tidak hanya di Indonesia, tapi juga di dunia. Dengan begitu, Agus meneruskan, banyak dana asing yang keluar. "Itu yang berdampak ke Indonesia," ujar mantan Menteri Keuangan di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu. "Negara tetangga juga mengalami tekanan."
Dengan begitu, Agus meneruskan, turunnya pertumbuhan ekonomi dalam dua kuartal terakhir dapat diterima. Pada kuartal pertama, pertumbuhan perekonomian hanya 4,7 persen, sementara di kuartal kedua sekitar 4,67 persen. Padahal, pemerintah memproyeksikan di kisaran 5-5.1 persen.
"Karena ekonomi dunia yang menurun," ujar Agus. "Jadi ada kekhawatiran perekonomian Indonesia akan melemah."
Pelemahan pertumbuhan Indonesia, menurut Agus, juga dikarenakan terbentuknya pemerintahan baru, sehingga Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2015 baru disetujui Februari lalu. Juga ada penyesuaian nomenklatur dan pengisian jabatan.
"Juga perlu proses pengadaan secara lelang dan sebagainya," kata Agus.
Agus berharap perekonomian Indonesia semakin membaik di semester kedua. Dengan cara penyerapan anggaran anggaran di pemerintah pusat dan daerah. Apalagi, Presiden Joko Widodo sudah melakukan pertemuan dengan para gubernur dan bupati terkait masalah kepastian hukum penggunaan anggaran.
Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat, Fadli Zon, mengatakan faktor-faktor eksternal di luar kendali Pemerintah Indonesia. Yang perlu difokuskan, menurut Fadli, pada sisi domestik. Karena itu, dibutuhkan koordinasi antara DPR dan pemerintah.
"Kita harus menghadapi ini semua dengan konservatif," ujarnya. "Termasuk memperluas potensi dalam negeri."
Menurut Fadli, potensi tersebut baru terwujud apabila anggaran diserap dengan cepat. Untuk mempercepat penyerapan anggaran, diperlukan koordinasi. Dengan begitu, sektor industri dapat tetap berkembang.
SINGGIH SOARES