TEMPO.CO, Bojonegoro - Naiknya harga beras dan gabah justru menjadi berkah bagi petani di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Pasalnya, saat ini sebagian besar daerah pertanian di Bojonegoro sudah memasuki masa panen.
Bagi petani di Desa Ngraseh, Kecamatan Dander, Bojonegoro, Kozin, naiknya harga beras saat ini merupakan kesempatan bagi orang desa menikmati keuntungan dari bertani. "Jelas, petani bersuka ria," ujar Kozin pada Tempo, Rabu, 25 Februari 2015.
Kozin menuturkan sawah seluas 1 hektare bisa menghasilkan sekitar 7 ton gabah kering panen. Untuk menggarap sawah 1 hektare, diperlukan modal Rp 8-9 juta, yang digunakan untuk jasa tanam, perawatan, pembelian pupuk, dan upah panen.
Begitu masuk masa panen, gabah kering panen bisa laku dijual Rp 4.000-4.200 per kilogram. Alhasil, Kozin bisa mendapatkan keuntungan rata-rata Rp 15 juta per hektare selama tiga bulan. "Jadi, lumayan," ucap Kozin, yang juga menjabat Kepala Desa Ngraseh.
Pengakuan serupa juga diungkapkan Usamali, petani asal Desa Ngulanan, Kecamatan Dander. Dari 2 hektare sawah yang dimilikinya, rata-rata 1 hektare menghasilkan sekitar 6,5 ton gabah kering panen. Sedangkan modal untuk biaya produksi dikeluarkan sekitar Rp 6 juta per hektare.
Dan ketika panen, gabah kering panen bisa dijual rata-rata Rp 4.200 per kilogram. Dengan jumlah tersebut, sawah miliknya bisa menghasilkan keuntungan total sekitar Rp 30 juta untuk 2 hektare sawahnya. "Jadi, ini memang musim untungnya petani," katanya.
Usamali menyatakan Desa Ngulanan termasuk daerah produktif padi. Jika tidak terjadi banjir luapan Sungai Bengawan Solo, petani di desa tersebut akan bisa tanam padi minimal dua kali dalam satu tahun.
Kepala Dinas Pertanian Bojonegoro Ahmad Djupari menuturkan naiknya harga beras dan gabah menjadikan Bojonegoro hidup. Terlebih sebentar lagi akan memasuki musim panen raya.
Jadi, jika saat musim panen nanti harga beras masih akan tinggi, masyarakat di pedesaan akan mendapat untung besar. "Jadi, itu sesuatu yang positif," kata Ahmad Djupari kepada Tempo, Rabu, 25 Februari 2015.
Ahmad Djupari mencontohkan, pada Januari lalu, sawah yang sudah mendekati panen sebanyak 72 ribu hektare dengan hasil 6,5-7 ton per hektare.
Saat ini para tengkulak sedang beramai-ramai mendatangi sejumlah lumbung padi di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Mereka memborong gabah dan beras yang pada dua pekan terakhir ini harganya melambung tinggi.
Menurut para tengkulak, dibanding daerah lain, harga gabah dan beras pada tingkat petani di Bojonegoro masih terbilang murah. "Mereka memborong beras dan gabah langsung dari petani," kata Miftahudin, petani di Kecamatan Padangan, Bojonegoro, kepada Tempo, Selasa, 24 Februari 2015.
SUJATMIKO