TEMPO.CO , Jakarta:Kepala Ekonom Bank Mandiri Destry Damayanti memperkirakan permintaan dolar Amerika Serikat akan mencapai puncaknya pada Juli-Agustus. Penyebab utamanya adalah pembalikan arus modal akibat kebijakan Amerika Serikat membatasi jumlah uang yang beredar.
“Amerika mengurangi stimulus karena perekonomiannya membaik,” kata Destry saat dihubungi Tempo kemarin. Celakanya, kebijakan Negeri Abang Sam itu berimbas ke dalam negeri. Investor asing di sini berbondong-bondong menjual aset dan sahamnya untuk dikonversi menjadi dolar AS.
Sedangkan faktor internal, ia mengimbuhkan, dipicu oleh kebutuhan dolar AS untuk keperluan impor dan pembayaran utang luar negeri. Tak hanya itu, semua pihak juga tengah berjaga-jaga terhadap kemungkinan lonjakan inflasi akibat kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi.
Ekspektasi inflasi tersebut membuat pelaku pasar dan eksportir enggan menjual cadangan dolar mereka. “Ini membuat pasokan dolar AS kita hanya berasal dari Bank Indonesia,” ujar Destry.
Ia menyarankan pemerintah untuk menstabilkan pasar dengan menaikkan suku bunga. Pilihan lainnya adalah Bank Indonesia menyediakan semua kebutuhan dolar AS. “Pemerintah juga harus membuktikan kondisi ekonomi kita sehat untuk berinvestasi,” ucap dia.
Juru bicara Bank Indonesia, Difi Ahmad Johansyah, menuturkan kebutuhan dolar AS memang biasa meningkat pada pertengahan tahun. Tujuannya adalah untuk membayar utang luar negeri korporasi dan impor. Selain itu, melemahnya rupiah juga disebabkan faktor ketidakpastian global karena isu penarikan stimulus bank sentral Amerika
"Hal inilah yang membuat fund managers melakukan rebalancing portfolio dan mencari dolar AS," kata dia.
Pengamat pasar uang Fahrial Anwar mengatakan lonjakan inflasi juga akan jadi faktor penekan rupiah ke depan. Fahrial menjelaskan, saat inflasi orang cenderung memegang dolar. "Biasanya orang tak mau pegang mata uang yang nilainya susut karena inflasi," ucapnya.
LINDA TRIANITA | ANGGA SUKMA WIJAYA | MARTHA THERTINA | RAMADHANI | EFRI R
BISNIS Terpopuler
Laris Manis Lelang Barang Gratifikasi di KPK
Dolar Tembus Rp 10.000, BI Guyur US$ 100 Juta/Hari
Dolar Kuat, Kekayaan Keluarga Amerika Tembus Rekor
CT Corp Jajaki Akuisisi Telkomvision