TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance Ahmad Erani Yustika menilai nyaris tak mungkin inflasi 2013 berada di bawah 5 persen. Hal ini dengan mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi, kenaikan tarif dasar listrik, upah minimum provinsi, kemungkinan kenaikan BBM dan bencana. "Apalagi kalau BBM naik, ditambah lagi bencana, cuaca, nyaris tidak mungkin," ucap Erani kepada Tempo, Kamis, 17 Januari 2013.
Erani mengungkapkan, bencana banjir di Jakarta tampaknya lebih besar dibanding tahun lalu dan mendekati kondisi pada tahun 2007. Ia menjelaskan, kondisi ini akan berpengaruh pada kenaikan harga pangan akibat terganggunya distribusi. Selain itu, beberapa komoditas pertanian juga belum akan panen alias panceklik. "Kemungkinan inflasi tinggi cukup besar," ujarnya. Belum lagi kesiapan pemerintah terhadap bencana kali ini, dinilainya, kurang.
"Saya melihat tahun ini banjir akan lebih hebat. Nah, sementara kita melihat pemerintah tidak cukup siap dengan pasokan pangan, distribusi. Tidak sebagus seperti yang diharapkan, kemungkinan inflasi cukup tinggi," ujarnya.
Ia memprediksi inflasi bisa mencapai 0,7-0,8 persen atau bahkan di atas 1 persen jika curah hujan tetap tinggi dalam beberapa hari ke depan dan Jakarta tetap lumpuh. "Kalau sampai 1 minggu Jakarta lumpuh, inflasi bisa lebih tinggi dari 2007," ujarnya.
Mengacu pada catatan Badan Pusat Statistik, inflasi Januari 2007 tercatat 1,04 persen. Adapun pada 2011 inflasi Januari 0,76 persen. Ekonom Bank Negara Indonesia, Ryan Kiryanto memprediksi inflasi bisa mencapai 0,8 - 1 persen akibat naiknya harga sembako karena pasokan terhambat. "Cuaca buruk dan banjir menghambat laju distribusi barang antarkota dan antarpropinsi, akibatnya pasokan barang terutama sembako terhambat, ujung-ujungnya harga naik," katanya. Dalam kondisi normal, ia memprediksi inflasi Januari hanya sekitar 0,5-0,7 persen.
MARTHA THERTINA