TEMPO Interaktif, Jakarta - Cadangan batubara Indonesia terancam habis dalam 20 tahun lagi, jika tidak dikelola dengan sistem penambangan yang benar. Eksplorasi berkelanjutan juga mutlak diperlukan.
Saat ini Indonesia adalah negara pengekspor batubara terbesar ke dua di dunia setelah Australia. Menurut data kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), pada 2010, total produksi batubara Indonesia 275 juta ton per tahun, dan tahun ini diperkirakan 325 juta ton per tahun.
"Kalau eksplorasi tidak berkelanjutan, potensi cadangan batubara akan jalan di tempat, tapi produksi terus meningkat. Ini yang membuat cadangan batubara habis," ujar Ketua Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia, Bob Kamandanu, saat jumpa pers Indonesian Coal Confrence, hari ini (21/3).
Dengan total cadangan batubara sekitar 21 miliar ton, asumsi cadangan batubara yang bisa ditambang maksimal 50 persen, atau 10 miliar ton. Jika total produksi meningkat hingga 500 juta ton per tahun, maka dalam 20 tahun cadangan batubara habis.
"Eksplorasi Indonesia juga terbilang lambat, dan minim. Dari total dana eksplorasi dunia, Indonesia hanya menyerap 1,5 hingga 2 persen untuk dana eksplorasi," ujar Ketua Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi), Irwandy Arif.
Eksplorasi perlu ditingkatkan agar jumlah cadangan diketahui pasti pertambahannya. Sementara untuk sistem penambangan yang benar, harus melalui beberapa tahap, yaitu penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan dan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), konstruksi, penambangan, pengolahan atau pemurnian, pengangkutan, dan pemasaran.
"Jika prosesnya benar, maka masyarakat dan lingkungan sekitar pertambangan akan terjaga,"
Menurut Irwandi, angka 21 miliar ton cadangan batubara masih menggunakan data Ditjen Minerba ESDM. Sedangkan potensi cadangan batubara yang belum tereksplorasi mencapai 104 miliar ton di Indonesia.
DWITA ANGGIARIA