TEMPO.CO, Jakarta - Harga minyak jatuh sekitar tiga persen pada Selasa atau Rabu pagi WIB, 28 September 2016, setelah Arab Saudi dan Iran memusnahkan harapan pasar bahwa kedua produsen besar anggota OPEC itu akan menemukan kompromi pada pertemuan Aljir untuk membantu mengurangi kelebihan pasokan global.
Menteri Energi Saudi Khalid al-Falih mengatakan kepada wartawan di ibukota Aljazair, di mana OPEC dan produsen minyak lainnya berkumpul untuk Forum Energi Internasional pada 26-28 September, ia tidak memperkirakan sebuah kesepakatan dapat dihasilkan dari konsultasi pada hari terakhir pertemuan.
Dia juga mengatakan, ia tidak berpikir ada kebutuhan untuk melakukan penyesuaian secara signifikan atau memotong pasokan dan bahwa Iran, Libya dan Nigeria harus diizinkan untuk memproduksi pada tingkat maksimum terlihat selama ini.
"Jika Anda sedang mencari sesuatu yang berbahaya dari pertemuan ini, ini adalah itu," kata Jim Williams, analis di WTRG Economics di London, Arkansas. "Alih-alih pemotongan, mereka memberitahu semua orang untuk secara substansial meningkatkan pasokan."
Harga minyak mentah berjangka mengakhiri sesi dengan memberikan kembali sebagian besar dari keuntungan mereka yang diperoleh hari sebelumnya.
Minyak mentah Brent untuk pengiriman November, patokan Eropa, turun US$ 1,38 atau 2,9 persen menjadi menetap di US$ 45,97 per barel di perdagangan London.
Sementara itu, patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November, merosot US$ 1,26 atau 2,7 persen menjadi berakhir di US$ 44,67 per barel.
Dalam perdagangan pasca-penyelesaian (settlement), pasar mengurangi kerugian setelah kelompok perdagangan American Petroleum Institute (API) melaporkan penarikan mengejutkan sebanyak 752 ribu barel pekan lalu, dibandingkan perkiraan analis bertambah tiga juta barel.
Pemerintah AS akan melaporkan data persediaan resmi pada Rabu, menunjukkan jika stok memang jatuh secara tak terduga selama empat minggu berturut-turut.
Harga minyak telah merosot menjadi kurang dari setengah tertinggi mereka pada 2014, mendorong Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan produsen lainnya untuk melakukan rebalancing pasar yang akan mengangkat pendapatan minyak yang mereka andalkan untuk anggaran nasional mereka.
Pembicaraan Aljir merupakan upaya kedua OPEC tentang kesepakatan produksi setelah putaran pertama yang gagal di Qatar pada April.
Sebelumnya, Iran, mencoba untuk merebut kembali ekspor minyaknya yang hilang akibat sanksi, menolak tawaran Saudi untuk membatasi produksi dalam pertukaran untuk mengurangi pasokan oleh Riyadh.
Iran mengatakan tidak bersedia untuk membekukan produksi minyaknya pada level saat ini, mengandaskan ekspektasi pasar untuk kesepakatan pembekuan produksi di antara anggita OPEC.
Seperti rekannya Saudi, Menteri Perminyakan Iran Bijan Zanganeh mengatakan pembicaraan Aljir "bukan waktu untuk pengambilan keputusan", menunda kemungkinan setiap perjanjian hingga pertemuan kebijakan resmi OPEC yang ditetapkan pada 30 November di Wina.
Bijan mengatakan pada Selasa bahwa negaranya ingin menaikkan produksi minyak mentah menjadi empat 4 juta barel per hari dari tingkat saat ini 3,6 juta barel per hari.
Ini "tidak ada dalam agenda kami" untuk mencapai kesepakatan dalam perundingan OPEC di Aljir, katanya.
Anggota OPEC Irak mengatakan negaranya telah membuat anggaran 2017 berdasarkan pada asumsi ekspor minyaknya 3,75 juta barel per hari dengan harga 42 dolar AS per barel.
Goldman Sachs memangkas proyeksi harga untuk WTI pada kuartal keempat menjadi 43 dolar AS per barel dari sebelumnya di kisaran US$ 45-50, mengatakan mereka memperkirakan pasokan melebihi permintaan sebesar 400 ribu barel per hari.
ANTARA
Berita terkait
Harga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi
2 hari lalu
Menteri Keuangan Sri Mulyani bisa melakukan penyesuaian anggaran subsidi mengikuti perkembangan lonjakan harga minyak dunia.
Baca SelengkapnyaEkskalasi Konflik Iran-Israel Berpotensi Kerek Inflasi, Dimulai dari Harga Minyak
9 hari lalu
Senior Fellow CIPS Krisna Gupta mengatakan ekskalasi konflik Iran-Israel bisa berdampak pada inflasi Indonesia.
Baca SelengkapnyaKonflik Iran-Israel Memanas, Harga Minyak Dunia Nyaris US$ 90 per Barel
9 hari lalu
Harga minyak dunia melonjak jadi US$ 89 (Brent) dan US$ 84 (WTI) per barel pada Jumat, 19 April 2024, seiring memanasnya konflik Iran-Israel.
Baca SelengkapnyaNaik Lagi, Harga Emas Antam Hari Ini Sentuh Rp 1.335.000 per Gram
10 hari lalu
Harga emas Antam per 1 gram hari ini ada pada level Rp 1.335.000. Harga ini naik Rp 14 ribu dibanding perdagangan kemarin.
Baca SelengkapnyaAnalis Sebut Harga Minyak Terus Naik Akibat Konflik Iran-Israel dan Penguatan Dolar
10 hari lalu
Harga minyak dunia cenderung naik gara-gara konflik Iran - Israel dan penguatna dolar AS terhadap sejumlah mata uang dunia.
Baca SelengkapnyaHarga Minyak Dunia Turun di Perdagangan Awal Pekan, Apa Penyebabnya?
8 Januari 2024
Harga minyak dunia turun dalam perdagangan awal pekan, 8 Januari 2024. Kenaikan harga terjadi karena pemotongan harga yang tajam oleh eksportir utama Arab Saudi dan kenaikan produksi OPEC.
Baca SelengkapnyaHarga Minyak Dunia Bergejolak, Analis Sebut Ketegangan Geopolitik Terbaru
5 Januari 2024
Harga minyak mentah tengah bergejolak hari ini. Apa saja penyebabnya?
Baca SelengkapnyaHarga Minyak Dunia Jeblok ke USD 70,5 per Barel, Apa Saja Pemicunya?
21 Juni 2023
Harga minyak mentah berjangka jeblok pada akhir perdagangan Selasa atau Rabu pagi WIB, 21 Juni 2023. Apa saja faktor pemicunya?
Baca SelengkapnyaHarga Minyak Dunia dan BBM Nonsubsidi Turun, Bagaimana dengan Harga Pertalite?
7 Juni 2023
Harga minyak dunia terus berfluktuasi, namun belakangan mengalami tren penurunan. Apakah harga Pertalite juga akan diturunkan seperti Pertamax?
Baca SelengkapnyaHarga Minyak Dunia Naik, Buntut Arab Saudi Pangkas Produksi Mulai Juli Mendatang
6 Juni 2023
Kementerian Arab Saudi menyampaikan akan menurunkan produksi minyak mentah menjadi 9 juta barel per hari pada Juli mendatang.
Baca Selengkapnya