TEMPO Interaktif, Solo:Sejumlah pengusaha industri garmen di kawasan Jabotabek dan Jawa Barat mulai memindahkan pabrik mereka ke wilayah Karesidenan Surakarta, Jawa Tengah (Jateng). Pertimbangannya, menurut Tan Kiem Sing, penasehat Asosiai Pertekstilan Indonesia (API) Jateng, biaya produksi di wilayah ini lebih murah dibandingkan di Jabotabek. "Sudah ada beberapa yang memindahkan mesin garmennya ke Surakarta, terutama dari Jabotabek dan Bandung," kata Tan kepawa wartawan, Kamis (26/1).Menurutnya, nilai upah minimum kabupaten/kotamadya (UMK) buruh di kawasan ini jauh lebih rendah dibanding di kawasan Jabotabek maupun kota-kota besar di Jawa Barat dan Jawa Timur. Untuk merelokasi pabrik ke kawasan Surakarta, mereka ada yang melakukan kerja sama dengan pengusaha setempat yang sudah menutup pabriknya, atau membeli lahan sendiri. Tan yang juga pemilik PT Surakarta Sentosa Sejahtera dan PT Sumber Jaya Textile di Karanganyar ini mengaku tidak tahu pasti berapa pengusaha yang sudah merelokasi pabriknya ke Surakarta. Sebab mereka juga tidak punya keharusan untuk melapor ke API sebagai organisasi pertekstilan. "Hanya saja, saya sudah mendapat pemberitahuan dari beberapa pengusaha kalau mau dipindah ke Surakarta," ujarnya. Sementara itu, Hartono Setyo, pengusaha tekstil dari PT Sari Warna Asli, mengakui dirinya telah merelokasi pabrik garmen miliknya dari Tangerang ke Solo. "Sudah ratusan mesin saya tarik ke pabrik di Solo," ujarnya. Ia memperkirakan pemindahan pabrik ke daerah yang memiliki potensi ongkos produksi lebih murah akan terus bertambah. Kalau di Jawa Barat, tujuan relokasi adalah Sukabumi. Anas Syahirul
Tren Ekspor Meningkat, Luhut: Pemerintah Siapkan Berbagai Insentif untuk Pelaku Industri Tekstil
9 Mei 2023
Tren Ekspor Meningkat, Luhut: Pemerintah Siapkan Berbagai Insentif untuk Pelaku Industri Tekstil
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menilai tren ekspor maupun impor produk tekstil Indonesia meningkat cukup tinggi setelah pandemi Covid-19.