Indonesia Minta Bank Dunia Hapuskan Biaya Komitmen Pinjaman

Reporter

Editor

Kamis, 7 Oktober 2004 13:22 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:Pemerintah Indonesia meminta Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) menghapus biaya komitmen dalam setiap pinjaman untuk tahun ini dan tahun depan. Permintaan ini disampaikan dalam sidang tahunan IMF/Bank Dunia pada 2 dan 3 Oktober 2004 lalu, di Washington DC Amerika Serikat.Hal ini dikemukakan oleh Kepala Pusat Kerjasama Keuangan Internasional Departemen Keuangan Marwanto, di Jakarta, Kamis (7/10). Dalam sidang itu, Marwanto terpilih sebagai International Development Agencies Borrower Representatives untuk konstituen Asia Timur Pasifik. Menurut Marwanto, permintaan itu dibahas dalam pertemuan International Development Association (IDA) Replenishment ke-14 di Washington. Pemerintah Indonesia, kata Marwanto, meminta asosiasi tersebut menghapuskan biaya komitmen, debt sustainability dan proyek regional. Biaya komitmen mulai diterapkan lembaga peminjam sejak tahun ini, atas sejumlah pinjaman yang belum ditarik. "Negara peminjam menuntut lembaga keuangan nasional membatalkan biaya itu, karena akan menjadi beban negara peminjam," ujar Marwan menjelaskan. Besarnya biaya komitmen atas pinjaman yang belum ditarik itu, sebesar 0,5 persen untuk tahun 2004 dan 0,35 persen untuk tahun 2005. Biaya komitmen tersebut dibebankan kepada 13 negara anggota, yaitu Kamboja, Indonesia, Kiribati, Laos, Mongolia, Myanmar, Papua Nugini, Samoa, Solomon Island, Timor Leste, Tonga, Vanuatu dan Vietnam. Marwanto menjadi juru bicara lima negara yang diwakilinya, yaitu Indonesia, Laos, Myanmar, Tonga dan Vietnam. Menurut Marwanto, penghapusan biaya komitmen ini menjadi penting karena besarnya hibah dan pijaman bagi setiap negara berkembang untuk tiga tahun kedepan, besarnya alokasi pertahun, ditentukan pada pertemuan ini. "Jika Indonesia bisa meyakinkan negara donor, Indonesia akan memperoleh pinjaman yang lebih besar dari alokasi sebelumnya, khususnya bila bisa mencapai asumsi high case scenario," katanya. Pertemuan Replenishment ke-14 ini, akan berakhir sampai Juni 2005. Dalam pertemuan Replenishment itu, hadir sembilan wakil negara peminjam untuk mendengarkan usulan dari negara-negara yang meminta pinjaman. Sejak 2002, negara-negara berkembang dilibatkan dalam pertemuan ini. Marwanto mejelaskan, IDA Replenishment merupakan lembaga keuangan internasional pada grup Bank Dunia yang memberikan bantuan hibah dan pinjaman sangat lunak kepada negara anggotanya. Negara-negara yang meminjam, hanya dikenakan biaya administrasi sebesar 0,75 persen pertahun dengan jangka waktu pengembalian sangat panjang yaitu antara 20- 40 thn. Bagja Hidayat - Tempo

Berita terkait

Rangkuman Poin Kehadiran Sri Mulyani di Forum IMF-World Bank

12 jam lalu

Rangkuman Poin Kehadiran Sri Mulyani di Forum IMF-World Bank

Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengatakan terdapat tiga hal utama dari pertemuan tersebut, yaitu outlook dan risiko ekonomi global.

Baca Selengkapnya

Harga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi

2 hari lalu

Harga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi

Menteri Keuangan Sri Mulyani bisa melakukan penyesuaian anggaran subsidi mengikuti perkembangan lonjakan harga minyak dunia.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Raup Rp 5,925 Triliun dari Lelang SBSN Tambahan

4 hari lalu

Pemerintah Raup Rp 5,925 Triliun dari Lelang SBSN Tambahan

Pemerintah meraup Rp 5,925 triliun dari pelelangan tujuh seri SBSN tambahan.

Baca Selengkapnya

Kemenkeu Antisipasi Dampak Penguatan Dolar terhadap Neraca Perdagangan

4 hari lalu

Kemenkeu Antisipasi Dampak Penguatan Dolar terhadap Neraca Perdagangan

Kementerian Keuangan antisipasi dampak penguatan dolar terhadap neraca perdagangan Indonesia.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Bertemu Managing Director IFC, Apa Saja yang Dibicarakan?

7 hari lalu

Sri Mulyani Bertemu Managing Director IFC, Apa Saja yang Dibicarakan?

Sri Mulyani melakukan pertemuan bilateral dengan Managing Director IFC Makhtar Diop di Washington DC, Amerika Serikat. Apa saja yang dibicarakan?

Baca Selengkapnya

Erick Thohir Minta BUMN Segera Antisipasi Dampak Penguatan Dolar

8 hari lalu

Erick Thohir Minta BUMN Segera Antisipasi Dampak Penguatan Dolar

Erick Thohir mengatakan BUMN perlu mengoptimalkan pembelian dolar, artinya adalah terukur dan sesuai dengan kebutuhan.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Erick Thohir Minta BUMN Beli Dolar Secara Optimal, Rupiah Loyo Jadi Rp 16.260 per USD

9 hari lalu

Terkini Bisnis: Erick Thohir Minta BUMN Beli Dolar Secara Optimal, Rupiah Loyo Jadi Rp 16.260 per USD

Erick Thohir mengarahkan agar BUMN membeli dolar secara optimal dan sesuai kebutuhan di tengah memanasnya geopolitik dan penguatan dolar.

Baca Selengkapnya

Utang Luar Negeri RI Tercatat Rp USD 407,3 Miliar, Banyak Pembiayaan Proyek Pemerintah

9 hari lalu

Utang Luar Negeri RI Tercatat Rp USD 407,3 Miliar, Banyak Pembiayaan Proyek Pemerintah

BI mencatat jumlah utang luar negeri Indonesia jumlahnya naik 1,4 persen secara tahunan.

Baca Selengkapnya

Estafet Keketuaan ASEAN 2024, Pemerintah RI Beri Hibah Rp 6,5 Miliar ke Laos

24 hari lalu

Estafet Keketuaan ASEAN 2024, Pemerintah RI Beri Hibah Rp 6,5 Miliar ke Laos

Pemerintah RI menyalurkan bantuan Rp 6,5 M kepada Laos untuk mendukung pemerintah negara tersebut sebagai Keketuaan ASEAN 2024.

Baca Selengkapnya

PBB-Bank Dunia: Kerusakan Infrastruktur Gaza Diperkirakan Mencapai Rp 294 T

25 hari lalu

PBB-Bank Dunia: Kerusakan Infrastruktur Gaza Diperkirakan Mencapai Rp 294 T

Penilaian awal ini kemungkinan besar merupakan perkiraan yang terlalu rendah terhadap kerusakan, kerugian, dan kebutuhan nyata di Gaza.

Baca Selengkapnya