Ketidakpastian BBM Pengaruhi Pasar

Rabu, 8 Mei 2013 14:47 WIB

REUTERS/Daniel Munoz

TEMPO.CO, Jakarta - TEMPO.CO, Jakarta - Belum jelasnya kebijakan pemerintah terkait harga bahan bakar minyak bersubsidi menjadi perhatian serius lembaga pemeringkat global.

Pekan lalu, lembaga pemeringkat Standard & Poor menurunkan outlook ekonomi Indonesia dari positif menjadi stabil lantaran pemerintah masih menunda kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.

Pasar pun merespons negatif penurunan outlook tersebut dengan melakukan aksi jual saham hingga merosot lebih dari 2 persen hanya dalam dua hari perdagangan.

Baru-baru ini, Moody's turut menyoroti ketidakpastian harga BBM dan mungkin saja menurunkan peringkat utang Indonesia. Mereka menilai tingginya subsidi BBM menyebabkan defisit neraca berjalan.

Analis pasar modal dari PT Millenium Danatama Sekuritas, Probo Sujono, mengatakan spekulasi yang beredar bahwa Moody's akan memotong peringkat utang Indonesia cukup merisaukan pelaku pasar. "Penurunan peringkat kredit oleh lembaga internasional akan berpengaruh pada tekanan jual, terutama investor asing."

Kebijakan pemerintah yang tak kunjung melakukan penyesuaian harga BBM bersubsidi bisa menimbulkan efek negatif dalam jangka panjang. Sebab, pelaku pasar akan kehilangan pegangan untuk mengatur portofolionya.

Meski demikian, Probo optimistis faktor fundamental berupa positifnya laporan kinerja emiten lebih menentukan pergerakan saham. Kalaupun itu terjadi (Moody's menurunkan peringkat utang), paling hanya koreksi temporer. "Melihat kinerja kuartal pertama, kami yakin IHSG masih bisa tembus ke level 5.300 hingga akhir tahun."

Analis dari PT Monex Investindo Futures, Yohanes Ginting, mengatakan, pelaku pasar masih menunggu keputusan pemerintah mengenai penyesuaian harga BBM. Faktor internal (BBM) menjadi salah satu penghambat apresiasi rupiah di pasar uang. "Sejak isu BBM bergulir, rupiah justru semakin melemah terhadap dolar Amerika."

Defisitnya neraca perdagangan Indonesia sejak tahun 2012 telah membuat mata uang rupiah paling lemah di antara mata uang Asia lainnya. Hal itu salah satunya disebabkan tingginya impor BBM dari luar negeri.

Apalagi pemerintah kini meminta kajian kenaikan BBM berdasarkan persetujuan DPR sehingga semakin memakan waktu. Diperkirakan baru bulan Juni atau Juli, dan mendekati hari raya Idul Fitri yang sudah pasti mendorong inflasi.

Senada dengan itu, pengamat pasar finansial dari PT Harvest International Futures, Ibrahim, meminta pemerintah untuk segera memastikan harga BBM yang baru agar nilai tukar rupiah lebih stabil.

Semakin tinggi beban impor subsidi BBM yang ditanggung, semakin tinggi kurs dolar terhadap mata uang rupiah. "Tanpa ada intervensi Bank Indonesia, tekanan impor BBM bisa mendorong rupiah kembali ke level 10.000 di akhir tahun."

PDAT | M. AZHAR



Topik hangat:
Perbudakan Buruh
| Harga BBM | Susno Duadji | Ustad Jefry

Baca juga:

Sering Mengingat Masa Lalu Bisa Sebabkan Insomnia

Jangan Anggap Sepele Insomnia

Cara Aman Atasi Gangguan Tidur

Tambah Langsing, Seleksi Alam Berubah pada Wanita

Berita terkait

Ciputra Resmi Akuisisi 15 Persen Saham Metropolitan Land Senilai Rp 367,4 M

13 November 2021

Ciputra Resmi Akuisisi 15 Persen Saham Metropolitan Land Senilai Rp 367,4 M

Ciputra Development melalui anak perusahaannya, Ciputra Nusantara resmi mengakuisisi 15 persen saham Metropolitan Land.

Baca Selengkapnya

IHSG Hari Ini Diperkirakan Masih Tertekan di Kisaran 5.803-5.960, Apa Sebabnya?

1 Februari 2021

IHSG Hari Ini Diperkirakan Masih Tertekan di Kisaran 5.803-5.960, Apa Sebabnya?

Indeks harga saham gabungan atau IHSG pada perdagangan hari ini, Senin, 1 Februari 2021, diperkirakan masih tertekan.

Baca Selengkapnya

2019, Ekonom Prediksi Nilai Tukar Rupiah Rata-rata Rp 14.725

6 Desember 2018

2019, Ekonom Prediksi Nilai Tukar Rupiah Rata-rata Rp 14.725

Ekonom Bank Danamon, Wisnu Wardana memperkirakan rupiah pada 2019 akan berada pada level Rp 14.725 per dolar Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

IHSG Diprediksi Rebound Hari Ini, Tetap Waspadai Rupiah

18 Juli 2018

IHSG Diprediksi Rebound Hari Ini, Tetap Waspadai Rupiah

Pergerakan kurs rupiah diprediksi tetap mempengaruhi IHSG hari ini.

Baca Selengkapnya

Infobank Beri Penghargaan untuk 100 Emiten Berkinerja Baik

25 Januari 2018

Infobank Beri Penghargaan untuk 100 Emiten Berkinerja Baik

Lembaga analis strategi perbankan dan keuangan, Infobank, akan memberikan penghargaan kepada 100 emiten dengan pertumbuhan tercepat.

Baca Selengkapnya

Dibuka Menguat, IHSG Tiba-tiba Anjlok 14,09 Poin

3 Januari 2018

Dibuka Menguat, IHSG Tiba-tiba Anjlok 14,09 Poin

Pada awal perdagangan, IHSG dibuka menguat sebelum tiba-tiba turun.

Baca Selengkapnya

IHSG Diprediksi Menguat, Simak Rekomendasi Saham Pilihan

6 Desember 2017

IHSG Diprediksi Menguat, Simak Rekomendasi Saham Pilihan

Untuk investasi jangka panjang, IHSG diprediksi akan memberi keuntungan.

Baca Selengkapnya

Dolar Menguat, Rupiah Tertekan ke Level Rp 13.587

26 Oktober 2017

Dolar Menguat, Rupiah Tertekan ke Level Rp 13.587

Rupiah ditutup melemah 0,07 persen atau 9 poin di Rp 13.587 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Rupiah Kembali Melemah, Ditutup di Level Rp 13.578 Per Dolar AS

25 Oktober 2017

Rupiah Kembali Melemah, Ditutup di Level Rp 13.578 Per Dolar AS

Rupiah tertekan penguatan dolar Amerika Serikat saat imbal hasil obligasi Amerika meningkat.

Baca Selengkapnya

5 Hari Melemah, Kurs Rupiah Akhirnya Kembali Rebound

24 Oktober 2017

5 Hari Melemah, Kurs Rupiah Akhirnya Kembali Rebound

Rupiah ditutup menguat 0,07 persen atau 10 poin di Rp 13.533 per dolar AS.

Baca Selengkapnya