Asepsi: Regulator Belum Maksimal Tingkatkan UKM

Reporter

Editor

Jumat, 2 Juli 2004 15:19 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia (Asepsi) menilai Departemen Koperasi sebagai regulator belum berperan maksimal dalam meningkatkan Usaha Kecil Menengah (UKM). "Karena kita selalu terlambat di dalam menghadapi kompetisi pasar," kata Ketua Asepsi Jawa Timur, Shahputra WR kepada Tempo News Room di Jakarta, Kamis malam. Menurut Shahputra, keterlambatan pelaksanaan di pasar bisa dilihat dari produk-produk UKM yang kalah dalam berkompetisi akibat dari aturan regulator sendiri. Dia mencontohkan pengusaha kecil batik yang bertebaran di Jawa Tengah dan Jawa Timur masih mengalami kesulitan dalam pendistribusian, termasuk yang masuk ke Jakarta. Hal itu juga dialami oleh beberapa sektor lainnya. "Kita membuat makanan dan minuman apakah menjadi kekuatan kita sendiri," katanya. Dia juga menambahkan kasus lainnya seperti yang menimpa Cibaduyut dan Ceper. Shahputra mengatakan, aturan regulator yang begitu ketat sangat menyulitkan pihak perbankan untuk memberikan bantuan kepada UKM . "Sangat sulit perbankan memberikan jangkauan kepada UKM akibat dari ketatnya peraturan ini," katanya. Departemen Koperasi dan UKM, menurut Shahputra, seharusnya hanya sebagai pembuat kebijakan selayaknya peran regulator. Sedangkan, pemain bisnis pasarlah yang seharusnya menentukan. Saat ini UKM yang ada di Indonesia hampir mencapai 40 juta. Menurut Shahputra paling tidak satu UKM mempekerjakan 1-2 orang. "Jadi paling tidak ada 70 juta tenaga kerja yang terserap di UKM," ujarnya. Pemasukan dari UKM sendiri dari GDM menurut Shahputra mencapai 16,5 persen.Untuk bisa meningkatkan peran UKM dalam perekonomian nasional, Shahputra mengatakan, pemerintah harus memberikan langkah-langkah yang mendukung kemajuan UKM itu, antara lain dengan melakukan penguatan pasar serta memberikan jangkauan kredit oleh Bank Indonesia. Selain itu, kendala yang dihadapi oleh UKM antara lain menyangkut masalah legalitas. "Jadi sebaiknya pemerintah mendorong dipermudahnya legilitas perizinan bagi UKM," kata Shahputra.Namun, jika legilitas sudah didapatkan, UKM-UKM itu juga merasa khawatir dengan adanya peraturan pengenaan wajib pajak. Walaupun pihaknya tidak menganjurkan UKM-UKM tadi untuk tidak membayar pajak, tetapi hal ini diharapkan adanya pebedaan antara pengusaha yang besar dengan UKM. "Apakah harus sama antara dengan yang besar dengan yang kecil," katanya. Kalau seandainya hal itu tidak diperhatikan, lanjut dia, lambat laun UKM-UKM itu akan tergeser dan menutup usahanya. "Bisa jadi sangat memungkinkan kalau konsidinya seperti ini pada 2005 pengusaha-pengusaha asinglah yang akan bermain," kata Shahputra.Dengan diluncurkannya PT Usaha Kita Makmur Indonesia (PT UKM Indonesia) pada Kamis 27 malam, Shahputra berharap akan adanya kemudahan mengakses dan bantuan distribusi dan pemasaran. "Jadi kami para pelaku UKM sangat berharap PT UKM Indonesia ini akan membantu sebagai partner," kata Shahputra.Muhamad Nafi - Tempo News Room

Berita terkait

Jokowi Puji 'Mama Muda' di Forum Ekonomi: Saya Senang

54 hari lalu

Jokowi Puji 'Mama Muda' di Forum Ekonomi: Saya Senang

Presiden Joko Widodo memuji perkembangan sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah di tanah air.

Baca Selengkapnya

Amartha dan Unilever Indonesia Sinergikan Jejaring Usaha Mikro Perempuan

27 Februari 2024

Amartha dan Unilever Indonesia Sinergikan Jejaring Usaha Mikro Perempuan

Amartha dan Unilever Indonesia kolaborasikan jejaring usaha mikro Perempuan dengan jejaring bank sampah berbasis komunitas untuk kelola sampah plastik secara produktif dan ekonomis.

Baca Selengkapnya

Jenis dan Contoh UMKM di Indonesia yang Banyak Diminati

3 Februari 2024

Jenis dan Contoh UMKM di Indonesia yang Banyak Diminati

Keberadaan UMKM di Indonesia kian meningkat karena memiliki daya tarik tersendiri. Pahami jenis dan contoh UMKM di Indonesia yang banyak diminati.

Baca Selengkapnya

Terbitkan 7,1 Juta Nomor Induk Berusaha Via OSS, BKPM: Didominasi Usaha Mikro Kecil

31 Desember 2023

Terbitkan 7,1 Juta Nomor Induk Berusaha Via OSS, BKPM: Didominasi Usaha Mikro Kecil

Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) telah menerbitkan sebanyak 7.146.105 nomor induk berusaha (NIB).

Baca Selengkapnya

Lampaui Target, BRI Catat Business Matching Rp 1,26 T Lewat UMKM Expo

10 Desember 2023

Lampaui Target, BRI Catat Business Matching Rp 1,26 T Lewat UMKM Expo

BRI mencatat business matching antara UMKM dengan pembeli di luar negeri melalui UMKM EXPO(RT) Brilianpreneur 2023 mencapai Rp 1,26 triliun.

Baca Selengkapnya

Keberhasilan Kupedes BRI terhadap Pelaku Usaha Mikro di Indonesia

15 November 2023

Keberhasilan Kupedes BRI terhadap Pelaku Usaha Mikro di Indonesia

Terus tumbuh kuat, kinerja kredit segmen mikro PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI tercatat semakin baik pascapandemi.

Baca Selengkapnya

Undang-Undang Cipta Kerja Bentuk Keberpihakan Pemerintah kepada Usaha Mikro Kecil

2 Oktober 2023

Undang-Undang Cipta Kerja Bentuk Keberpihakan Pemerintah kepada Usaha Mikro Kecil

Undang-Undang Cipta Kerja Bentuk Keberpihakan Pemerintah kepada Usaha Mikro Kecil

Baca Selengkapnya

Hari UMKM Nasional, BRI Tegaskan Komitmen Dukung Pembiayaan Mikro

12 Agustus 2023

Hari UMKM Nasional, BRI Tegaskan Komitmen Dukung Pembiayaan Mikro

BRI optimistis segmen mikro dapat berkontribusi sebesar 45 persen dari total portofolio pembiayaan.

Baca Selengkapnya

Pemasaran Produk UMKM, Dosen ITB: Media Sosial untuk Menyasar Target Pasar

2 Agustus 2023

Pemasaran Produk UMKM, Dosen ITB: Media Sosial untuk Menyasar Target Pasar

Pemasaran UMKM di media sosial membutuhkan kata kunci pesan untuk menyasar target pasar

Baca Selengkapnya

Riset Prediksi Kebutuhan Pembiayaan UMKM Rp 4.300 T pada 2026

14 Juli 2023

Riset Prediksi Kebutuhan Pembiayaan UMKM Rp 4.300 T pada 2026

Riset yang dilakukan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) bersama Ernst & Young Indonesia menemukan kebutuhan pembiayaan usaha mikro, kecil dan menengah alias UMKM yang mencapai ribuan triliun pada 2026.

Baca Selengkapnya