Indonesia Jajaki Ekspor Salmon Asap ke Malaysia  

Reporter

Editor

Abdul Malik

Senin, 1 Oktober 2012 18:42 WIB

Ikan Salmon. sfgate.com

TEMPO.CO, Denpasar - Pelaku usaha perikanan Indonesia sedang berusaha memasuki pasar ekspor produk perikanan olahan untuk kelas premium. Pasar yang dibidik adalah Malaysia untuk ekspor ikan salmon asap.

Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Saut Hutagalung, mengatakan ekspor salmon asap ini akan dilakukan pada 4 Oktober 2012. Salmon asap ini merupakan hasil pengolahan pelaku usaha di Bali.

Dia mengakui bahan baku salmon masih harus diimpor dari berbagai negara seperti Cile, Selandia Baru, Australia, dan Norwegia, karena Indonesia tidak memproduksi salmon.

"Meskipun ikan salmon kita masih impor, kita mampu menciptakan nilai tambah dengan diolah dulu di Indonesia lalu diekspor," kata Saut di sela sidang ke-32 Codex Committee on Fish and Fishery, di Bali, Senin, 1 Oktober 2012.

Dia mengingatkan pelaku usaha perikanan yang ingin mengekspor produk olahannya agar memenuhi standar keamanan dan kesehatan internasional. Ini bertujuan memberikan perlindungan bagi konsumen dan menjaga kelancaran perdagangan ke depannya.

Ditemui di tempat yang sama, Presiden Direktur PT Prasetya Agung Cahaya Utama, Haryanto Mulia, selaku perusahaan yang akan mengekspor ikan salmon asap tersebut, mengatakan volume ekspor perdana ini hanya satu kontainer berukuran 20 feet.

Menurut dia, ekspor perdana masih dilakukan dalam volume kecil karena masih melihat respons pasar di Malaysia terhadap produk salmon asap Indonesia. Sebab, selama ini Malaysia masih menganggap Indonesia hanya mampu bermain di produk ekspor kelas menengah ke bawah, belum untuk kelas premium.

"Jauh lebih sulit membenahi citra Indonesia, terutama untuk bermain di produk kelas atas seperti smoked salmon. Image Indonesia tidak begitu bagus untuk main di kelas premium," katanya.

Biasanya, lanjut dia, produk salmon asap kelas premium sudah dikuasai negara-negara Eropa seperti Denmark yang memang mampu memproduksi sendiri ikan salmon.

Dia yakin bisa memasuki pasar premium salmon asap di Malaysia, sebab pihaknya sudah memenuhi standar kualitas dan kesehatan internasional. Bahkan, pihaknya juga dapat memasok salmon asap itu lebih besar lagi ke Malaysia.

Namun, permintaan salmon asap dari importir di Malaysia masih terbatas. Hal itu disebabkan pangsa pasar smoked salmon masih terbatas hanya untuk hotel berbintang lima dan kalangan menengah ke atas.

PT Prasetya Agung Cahaya Utama diakuinya lebih fokus menggarap pasar domestik, karena belum banyak industri yang bermain di pengasapan ikan salmon tersebut.

Dia berharap dapat menggeser pasar salmon asap impor di dalam negeri, karena yakin produk yang dihasilkannya lebih murah dan berkualitas.

ROSALINA

Berita lain:

Rupiah Berpeluang ke 9.300

Wika Bangun Jalan di Brunei Darussalam

Spanyol Butuh Pinjaman US$ 267 miliar

Penyatuan Tiket dan Pajak Bandara Berlaku Hari Ini

Al-Qaeda Indonesi Gunakan Peledak Nitrogliserin

Berita terkait

Menteri KKP Ajak Investor Asing Investasi Perikanan

1 jam lalu

Menteri KKP Ajak Investor Asing Investasi Perikanan

Kementerian Kelautan dan Perikanan atau KKP mengajak investor untuk investasi perikanan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

DFW Desak Pemerintah Usut Dugaan Kejahatan Perikanan di Laut Arafura

11 hari lalu

DFW Desak Pemerintah Usut Dugaan Kejahatan Perikanan di Laut Arafura

Destructive Fishing Watch (DFW) Indonesia mendesak pemerintah untuk mengusut dugaan kejahatan perikanan di laut Arafura.

Baca Selengkapnya

Sejumlah Permasalahan Perikanan Jadi Sorotan dalam Hari Nelayan Nasional

22 hari lalu

Sejumlah Permasalahan Perikanan Jadi Sorotan dalam Hari Nelayan Nasional

Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) mengungkap sejumlah permasalahan nelayan masih membutuhkan perhatian serius dari pemerintah.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Sri Mulyani Masih Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 5,2 Persen, Bahlil Debat dengan Luhut

40 hari lalu

Terkini Bisnis: Sri Mulyani Masih Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 5,2 Persen, Bahlil Debat dengan Luhut

Sri Mulyani masih yakin pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap bisa mencapai 5,2 persen pada tahun ini.

Baca Selengkapnya

Inflasi Komoditas Perikanan 2,61 Persen, Ditopang Produksi Melimpah

41 hari lalu

Inflasi Komoditas Perikanan 2,61 Persen, Ditopang Produksi Melimpah

KKP menargetkan inflasi komoditas perikanan tahun 2023 sebesar 3+1 persen.

Baca Selengkapnya

KKP Anggarkan Rp 662 Miliar untuk Kesetaraan Gender, Ada 148 Ribu Perempuan di Sektor Perikanan

41 hari lalu

KKP Anggarkan Rp 662 Miliar untuk Kesetaraan Gender, Ada 148 Ribu Perempuan di Sektor Perikanan

Anggaran untuk mendukung perempuan dan disabilitas yang ada dalam sektor perikanan nasional.

Baca Selengkapnya

Eksploitasi Pekerja Sektor Perikanan Indonesia Masih Tinggi, Subsidi Nelayan Sulit

42 hari lalu

Eksploitasi Pekerja Sektor Perikanan Indonesia Masih Tinggi, Subsidi Nelayan Sulit

Pengusaha yang hanya mengejar keuntungan telah menyebabkan luasnya praktik kerja paksa, perdagangan manusia, dan perbudakan di sektor perikanan.

Baca Selengkapnya

Edi Damansyah Dorong Produksi Perikanan Kukar

42 hari lalu

Edi Damansyah Dorong Produksi Perikanan Kukar

Bupati Kutai Kartanegara (Kukar), Edi Damansyah, membuat program Dedikasi Kukar Idaman untuk para nelayan dan pembudidaya ikan di Kecamatan Anggana.

Baca Selengkapnya

Gagal, Isu Pertanian dan Subsidi Perikanan Belum Disetujui WTO

55 hari lalu

Gagal, Isu Pertanian dan Subsidi Perikanan Belum Disetujui WTO

Isu soal pertanian dan subsidi perikanan belum disetujui dalam KTM13 WTO di Abu Dhabi lalu. Meski demikian, sudah disetujui sekitar 80 member WTO.

Baca Selengkapnya

KKP Klaim Penerapan Sanksi Administratif Tingkatkan Efek Jera

25 Februari 2024

KKP Klaim Penerapan Sanksi Administratif Tingkatkan Efek Jera

Sejak penerapan sanksi administratif di sektor kelautan dan perikanan, KKP menyebut kebijakan tersebut mampu meningkatkan efek jera.

Baca Selengkapnya